Hampir 28 tahun yang lalu, Challenger merupakan transportasi udara terhebat yang mampu menjangkau zona-zona terjauh di ruang angkasa. Pesawat ulang-alik ini yang juga mengirim wanita pertama Amerika Serikat (AS) ke bumi.
Setelah sukses terbang selama sembilan kali ke luar angkasa, Challenger akhirnya bertemu dengan tragedi besarnya. Pesawat ulang-alik itu berubah menjadi transportasi maut bagi 7 penumpangnya yang salah satunya merupakan seorang guru.
73 detik setelah meluncur, api menyambar Challenger dan menghancurkannya berkeping-keping.
Uniknya, seorang petugas NASA sebelumnya mati-matian melarang peluncuran tersebut. Namun sayang permintaannya ditolak, dan Challenger tetap diluncurkan.
Bagaimana kisah memilukan dari hancurnya pesawat ulang-alik Challenger? Berikut kisahnya seperti dikutip dari The Space, The History, The NPR, dan sejumlah sumber lainnya, Kamis (12/12/2013):
Advertisement
NASA luncurkan pesawat ulang-alik pertama di dunia
Pada 1976, Badan Antariksa National Amerika Serikat (NASA) mengumumkan pembangunan pesawat ruang angkasa berpenumpang pertama di dunia yang dikenal dengan sebutan pesawat ulang-alik. Lima tahun kemudian, serangkaian penerbangan dimulai saat pesawat bernama Columbia itu terbang ke luar angkasa dalam misi 54 jam.
Diluncurkan dengan dua roket pendorong, pesawat ulang-alik tersebut mengelilingi orbit sekitar bumi. Saat misi selesai, pesawat tersebut membakar mesin untuk mengurangi kecepatan dan meluncur kembali ke bumi.
Pesawat ulang alik tersebut membawa berbagai perlengkapan satelit ke luar angkasa dan membawa berbagai eksperimen ilmiah para ilmuwan.
Advertisement
10 tahun kemudian, pesawat ulang-alik Challenger lahir dan jadi kebanggaan NASA
Challenger merupakan pesawat ulang-alik kedua di dunia milik NASA. Pesawat tersebut dibangun Divisi Sistem Transportasi Luar Angkasa, Rockwell International. Challenger akhirnya memulai penerbangan perdananya yang sempat tertunda pada 4 April 1983.
Bahkan dalam tiga tahun, pesawat tersebut telah menyelesaikan sembilan misi luar angkasa NASA dan membawa sejumlah satelit ke sana. Tak heran, Challenger menjadi salah satu kebanggaan NASA.
Tak hanya itu, Challenger mampu terbang lebih jauh dari pesawat ruang angkasa manapun. Pada 1986, Challenger dijadwalkan untuk melakukan 15 penerbangan besar termasuk peluncuran berbagai peralatan pendeteksi ruang angkasa seperti Hubble Space Telescope, Gailieo dan Ulysses.
Challenger angkut perempuan pertama AS ke ruang angkasa
Selain menjadi tonggak dalam teknologi ruang angkasa, Challenger juga menjadi pionir dalam sejumlah penerbangannnya. Challenger merupakan pesawat ulang-alik yang membawa wanita AS pertama ke luar angkasa. Wanita yang mendaratkan Challenger di ruang angkasa pada Juni 1983 itu adalah Sally Ride.
Pesawat ulang-alik kebanggaan NASA itu juga membawa pria keturunan Afrika-Amerika pertama, Guion Bluford ke luar angkasa. Dia dan Challenger berhasil mencapai ruang pada zona STS-8.
Pada 1984, dua perempuan lainnya, Kathryn Sullivan dan Marc Garneu. Terbang ke luar angkasa merupakan penerbangan perdana warga Kanada sepanjang sejarah, dan juga merupakan misi pertama Sullivan.
Keunggulan Challenger lainnya adalah penerbangan operasional laboratarium ruang angkasa (spacelab) pertama ke Zona STS-51B. Spacelab merupakan laboratorium antariksa Eropa yang dirancang untuk melakukan uji gaya berat.
Challenger hancur berkeping-keping tanpa suara ledakan
28 Januari 1986, Challenger dijadwalkan terbang keluar angkasa. Pagi itu sangat dingin, temperatur bahkan terus menurun hingga nyaris melebihi titik beku.
Sebagian pegawai NASA dan kontraktor mulai merasa khawatir dengan kemampuan pesawat tersebut menghadapi cuaca dingin. Namun semua persiapan pelepasan Challenger tetap dilakukan.
Saat itu, media yang meliput peluncuran Challenger jauh lebih banyak dari biasanya. Rupanya, seorang wanita bernama Chirsta McAuliffe menjadi pusat perhatian publik karena menjadi guru pertama yang terbang ke luar angkasa.
Setelah berbulan-bulan mengikuti pelatihan NASA, Christa dinyatakan siap untuk ikut terbang melakukan misi ruang angkasa bersama enam astronot lainnya. Christa bahkan akan mengajar di ruang angkasa saat tiba di sana menemani para astronot NASA yang bertugas memasang satelit komunikasi di sana.
Namun sayang, semua impian Christa dan rencana NASA tak pernah terwujud. Hanya berselang 73 detik setelah peluncurannya, pesawat ulang alik Challenger hancur lebur, habis terbakar. Meski hancur berantakan, tak ada ledakan dari pesawat ulang-alik andalan NASA itu. Yang kemudian ramai terdengar adalah jerit tangis histeris para keluarga korban yang tewas di dalam pesawat naas itu.
Para petugasnya harus menunggu beberapa lama untuk mengevakuasi para korban mengingat puing-puing terus berjatuhan ke lokasi peluncuran.
Advertisement
Sehari sebelum tragedi terjadi
Sehari sebelum pesawat ulang-alik Challenger hancur berkeping-keping, seorang insinyur di salah satu kontraktor roket NASA, Roger Boisjoly bersama empat kerabatnya telah berkeras melarang penerbangan itu.
Sebelum peluncuran Challenger, dia menemukan ada yang tidak beres dengan data roket pendorong pesawat. Dia kemudian mengkaji kesiapan roket tersebut.
Enam bulan sebelum Challenger hancur, dia telah memprediksi malapetakan maut itu akan terjadi. Dia bahkan telah mengirimkan laporannya ke sejumlah manajer di perusahaannya.
Persoalannya terletak pada cincin segel karet di bagian pesawat yang dapat mengeras dan mudah rusak saat berada pada suhu terlalu dingin. Dia memperingatkan NASA kerusakan tersebut dapat menimbulkan bencana.
Pada 27 Januari 1986, udara di pagi hari terus bertambah dingin. Malam itu, tim lain dari kontraktor roket NASA mencoba mengidentifikasi adanya kerusakan. Namun suhu udara yang telah mencapai titik beku membuatnya tak menemukan banyak masalah.
Permintaan Boisjoly untuk menghentikan penerbangan ditolak mentah-mentah. Becana itu benar terjadi, beberapa detik setelah roket muluncur, api menyambar roket hingga melelehkan tangki bahan bakar yang penuh berisi hidrogen.
Mimpi buruk Boisjoly menjadi kenyataan. Saat dicoba dihubungi 3 minggu kemudian dia tak mampu berbicara banyak. "Aku mencoba menghentikannya seperti orang gila. Aku sangat terpukul"
(Sis/Igw)