Para pelaku pasar terobsesi dan panik menanti kepastian dimulainya penarikan dana stimulus (tapering off) Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserves. Dalam kondisi tersebut, Chief Investment Strategy Wells Capital, Jim Paulsen, justru memiliki pandangan berbeda tentang apa yang paling berbahaya dari tapering the Fed.
Paulsen seperti dikutip dari CNBC, Selasa (17/12/2013), menilai kepanikan The Fed yang bisa saja memutuskan pengurangan dana stimulus hingga habis (panic taper) lebih cepat dari jadwal, justru menjadi risiko terburuk yang seharusnya diantisipasi pasar.
Isu tapering AS dalam beberapa hari terakhir kembali mengemuka setelah pelaku pasar kembali memusatkan perhatiannya pada rapat direksi Federal Open Market Committee (FOMC) yang Ā berlangsung selama dua hari hingga besok.
"Saya rasa tapering akan mulai pada Rabu, tapi itu bukan event besar seperti yang dibayangkan banyak orang selama ini," ungkap Paulsen.
Menurut Paulsen, isu utamanya dari tapering The Fed kali ini bukan lagi berbicara mengenai ada tidaknya pengurangan dana stimulus AS. Fokus perhatian kini justru beralih pada pertanyaan apakah Bank Sentral Negeri Paman Sam tersebut akan mematuhi agenda pengurangan stimulusnya.
Jika melihat kondisi ekonomi AS yang terlalu baik, bukan tidak mungkin The Fed bisa saja panik dan menarik seluruh dana stimulusnya dalam waktu dekat.
Kecepatan The Fed mempercepat proses tapering inilah, yang dianggap Paulsen, jauh lebih berisiko bagi pasar-pasar keuangan dunia. "Tak peduli apakah The Fed menerapkan rencananya pada Januari atau Maret, saya rasa pasar sudah mengantisipasinya dengan baik," ungkapnya.
Paulsen khawatir jika kondisi inflasi memanas, The Fed justru akan menginjak gas dan segera menarik dana stimulusnya dari peredaran akibat terserang panik. "Itu kemungkinan yang paling saya yakini terjadi pada 2014," tegasnya.
The Fed telah beberapa kali menegaskan akan mulai mengurangi pembelian surat utang senilai US$ 85 miliar setelah yakin ekonomi AS mampu pulih dan bertahan. Untuk sampai ke sana, The Fed memberikan syarat tingkat pengangguran yang harus mencapai 6,5% dan inflasi meningkat hingga 2,5%.
Pada saat ini, tingkat pengangguran di AS tercatat masih berada di level 7% dengan laju inflasi yang berada di bawah target.
Meski yakin takkan ada penghentian program stimulus, Paulsen menduga The Fed dapat terdorong untuk mempercepat aksi tapering-nya jika muncul ketakutan pada laju inflasi yang membesar.
"Masalah inflasi bukan hal penting. Masalahnya apakah kita takut pada inflasi dan menjadikannya sebagai pemicu aksi The Fed. Bagi saya itu merupakan event lebih besar yang bisa terjadi pada 2014," tandasnya.(Sis/Shd)
Paulsen seperti dikutip dari CNBC, Selasa (17/12/2013), menilai kepanikan The Fed yang bisa saja memutuskan pengurangan dana stimulus hingga habis (panic taper) lebih cepat dari jadwal, justru menjadi risiko terburuk yang seharusnya diantisipasi pasar.
Isu tapering AS dalam beberapa hari terakhir kembali mengemuka setelah pelaku pasar kembali memusatkan perhatiannya pada rapat direksi Federal Open Market Committee (FOMC) yang Ā berlangsung selama dua hari hingga besok.
"Saya rasa tapering akan mulai pada Rabu, tapi itu bukan event besar seperti yang dibayangkan banyak orang selama ini," ungkap Paulsen.
Menurut Paulsen, isu utamanya dari tapering The Fed kali ini bukan lagi berbicara mengenai ada tidaknya pengurangan dana stimulus AS. Fokus perhatian kini justru beralih pada pertanyaan apakah Bank Sentral Negeri Paman Sam tersebut akan mematuhi agenda pengurangan stimulusnya.
Jika melihat kondisi ekonomi AS yang terlalu baik, bukan tidak mungkin The Fed bisa saja panik dan menarik seluruh dana stimulusnya dalam waktu dekat.
Kecepatan The Fed mempercepat proses tapering inilah, yang dianggap Paulsen, jauh lebih berisiko bagi pasar-pasar keuangan dunia. "Tak peduli apakah The Fed menerapkan rencananya pada Januari atau Maret, saya rasa pasar sudah mengantisipasinya dengan baik," ungkapnya.
Paulsen khawatir jika kondisi inflasi memanas, The Fed justru akan menginjak gas dan segera menarik dana stimulusnya dari peredaran akibat terserang panik. "Itu kemungkinan yang paling saya yakini terjadi pada 2014," tegasnya.
The Fed telah beberapa kali menegaskan akan mulai mengurangi pembelian surat utang senilai US$ 85 miliar setelah yakin ekonomi AS mampu pulih dan bertahan. Untuk sampai ke sana, The Fed memberikan syarat tingkat pengangguran yang harus mencapai 6,5% dan inflasi meningkat hingga 2,5%.
Pada saat ini, tingkat pengangguran di AS tercatat masih berada di level 7% dengan laju inflasi yang berada di bawah target.
Meski yakin takkan ada penghentian program stimulus, Paulsen menduga The Fed dapat terdorong untuk mempercepat aksi tapering-nya jika muncul ketakutan pada laju inflasi yang membesar.
"Masalah inflasi bukan hal penting. Masalahnya apakah kita takut pada inflasi dan menjadikannya sebagai pemicu aksi The Fed. Bagi saya itu merupakan event lebih besar yang bisa terjadi pada 2014," tandasnya.(Sis/Shd)