Jakarta menjadi kota yang memiliki ketergantungan pemakaian mobil pribadi tertinggi jika dibandingkan kota di negara-negara lain, baik di tingkat regional maupun global.
Lembaga riset internasional Frost & Sullivan mencatat 62% dari total penduduk Jakarta bergantung pada kendaraan pribadi seperti mobil, 14% lainnya bergantung pada transportasi umum, 19% menggunakan kendaraan bermotor dan pribadi. Selain itu sebanyak 4% sisanya tidak menggunakan kendaraan bermotor, baik transportasi umum maupun pribadi.
"63% responden yang disurvei di Jakarta menyebutkan bahwa penyebab utama yang membuat mereka frustasi adalah kemacetan lalu lintas," ujar Vice Presiden Automotive & Transportation Asia Pasifik, Frost & Sullivan Vivek Vaidya di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Dia juga menjelaskan, hampir 58% perjalanan yang ditempuh hanya memanfaat 25% kapasitas mobil yang dimiliki. Hal ini memberikan peluang untuk car pooling.
Vivek mengatakan, melalui rencana pembangunan transportasi yang dicanangkan pemerintah dalam Rencana Umum Jaringan Angkutan Massal Jabodetabek pada periode 2014-2030 untuk meningkatkan jaringan transportasi umum dengan pembangunan jalan dan infrastruktur kereta api termasuk MRT, monorail dan 6 jalan tol, maka juga akan mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan yang hemat bahan bakar.
"Jadi ketika proyek-proyek pengembangan jaringan transportasi umum mulai diinisiasi, para komuter di Jakarta telah beralih ke mobil yang lebih efisien dalam hal penggunaan bahan bakar. Ini pertanda baik bagi penerapan program LCGC di Indonesia," tandasnya.(Dny/Nrm)
Lembaga riset internasional Frost & Sullivan mencatat 62% dari total penduduk Jakarta bergantung pada kendaraan pribadi seperti mobil, 14% lainnya bergantung pada transportasi umum, 19% menggunakan kendaraan bermotor dan pribadi. Selain itu sebanyak 4% sisanya tidak menggunakan kendaraan bermotor, baik transportasi umum maupun pribadi.
"63% responden yang disurvei di Jakarta menyebutkan bahwa penyebab utama yang membuat mereka frustasi adalah kemacetan lalu lintas," ujar Vice Presiden Automotive & Transportation Asia Pasifik, Frost & Sullivan Vivek Vaidya di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Dia juga menjelaskan, hampir 58% perjalanan yang ditempuh hanya memanfaat 25% kapasitas mobil yang dimiliki. Hal ini memberikan peluang untuk car pooling.
Vivek mengatakan, melalui rencana pembangunan transportasi yang dicanangkan pemerintah dalam Rencana Umum Jaringan Angkutan Massal Jabodetabek pada periode 2014-2030 untuk meningkatkan jaringan transportasi umum dengan pembangunan jalan dan infrastruktur kereta api termasuk MRT, monorail dan 6 jalan tol, maka juga akan mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan yang hemat bahan bakar.
"Jadi ketika proyek-proyek pengembangan jaringan transportasi umum mulai diinisiasi, para komuter di Jakarta telah beralih ke mobil yang lebih efisien dalam hal penggunaan bahan bakar. Ini pertanda baik bagi penerapan program LCGC di Indonesia," tandasnya.(Dny/Nrm)