Maskapai penerbangan perintis milik pemerintah PT Merpati Nusantara Airlines kali ini sudah tak mampu membayar biaya operasional untuk terbang. Hal itulah yang membuat Kementerian Perhubungan mempersiapkan pembekuan izin terbang Merpati dengan kurun waktu kurang dari 30 hari ke depan.
Demi kembali membangkitkan Merpati untuk menjadi maskpai yang sehat dan layak terbang, Pemerintah Indonesia diimbau untuk meniru Pemerintah Filipina dan Jepang.
"Bailout atau suntikan dana adalah hal yang bukan mustahil. Filiphina Airlines pernah bangkrut dan dibantu oleh negaranya dengan cara bailout. Ada juga Japan Airline yang di-bailout 1 juta yen oleh pemerintahnya," kata Ppraktisi penerbangan dari Universitas Gadjah Mada, Arista Atmadjati di Jakarta, Sabtu (8/2/2014).
Arista menilai Merpati lebih pantas diperjuangkan dan dibangkitkan kembali mengingat sejarah Merpati sangatlah besar bagi dunia perhubungan indonesia terutama daerah terpencil.
"Merpati itu sudah 52 tahun jasanya, memang Merpati itu ada fungsi agen of development, di mana alat transportasi ke rute perintis yang saat itu awal tahun 1970-an tidak ada," katanya.
Menurut dia, Merpati telah menggerakan roda ekonomi dalam kurun waktu 30 sampai 40 tahun, dan juga banyak faktor teknis yang dibebankan Merpati ini pada saat itu.
Lebih lanjut Arista mengatakan, layaknya pemberian bailout tersebut tidak hanya berdasarkan sejarah, namun juga merupakan perusahaan yang sahamnya sebagian besar milik pemerintahan Indonesia.
"Jadi cenderung di-bailout saja, apalagi Bank Century saja yang kecil dan swasta rela, kenapa ini tidak rela," pungkasnya. (Yas/Ndw)
Demi kembali membangkitkan Merpati untuk menjadi maskpai yang sehat dan layak terbang, Pemerintah Indonesia diimbau untuk meniru Pemerintah Filipina dan Jepang.
"Bailout atau suntikan dana adalah hal yang bukan mustahil. Filiphina Airlines pernah bangkrut dan dibantu oleh negaranya dengan cara bailout. Ada juga Japan Airline yang di-bailout 1 juta yen oleh pemerintahnya," kata Ppraktisi penerbangan dari Universitas Gadjah Mada, Arista Atmadjati di Jakarta, Sabtu (8/2/2014).
Arista menilai Merpati lebih pantas diperjuangkan dan dibangkitkan kembali mengingat sejarah Merpati sangatlah besar bagi dunia perhubungan indonesia terutama daerah terpencil.
"Merpati itu sudah 52 tahun jasanya, memang Merpati itu ada fungsi agen of development, di mana alat transportasi ke rute perintis yang saat itu awal tahun 1970-an tidak ada," katanya.
Menurut dia, Merpati telah menggerakan roda ekonomi dalam kurun waktu 30 sampai 40 tahun, dan juga banyak faktor teknis yang dibebankan Merpati ini pada saat itu.
Lebih lanjut Arista mengatakan, layaknya pemberian bailout tersebut tidak hanya berdasarkan sejarah, namun juga merupakan perusahaan yang sahamnya sebagian besar milik pemerintahan Indonesia.
"Jadi cenderung di-bailout saja, apalagi Bank Century saja yang kecil dan swasta rela, kenapa ini tidak rela," pungkasnya. (Yas/Ndw)
Â