Kisah Zanetti: Jadi Tukang Susu Demi Keluarga [1]

Kehidupan masa kecil Zanetti mengerikan. Ia kelelahan karena harus membagi waktu antara mengantar susu, sekolah dan latihan sepakbola

oleh Jonathan Pandapotan Purba diperbarui 21 Mei 2014, 08:02 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2014, 08:02 WIB
Javier Zanetti
Javier Zanetti (REUTERS/Alessandro Garofalo)

Liputan6.com, Buenos Aires: Jam 04.00 dinihari. Bocah itu masih mengantuk. Matanya merah. Tapi, ia harus bangun dan bergegas. Banyak botol susu yang harus diantar. Kerja, kerja dan kerja, itulah kata yang ada di benaknya.

Ia memulai harinya dengan mengantar botol susu ke rumah-rumah. Ia jalan kaki. Pekerjaan paginya itu memakan waktu empat jam.

"Aku memakai seragam sebagai 'Bocah pengantar susu'. Jam 08.00 setelah selesai pekerjaan, aku lalu ke sekolah," kata Legenda Inter Milan, Javier Zanetti, mengenang masa kecilnya.

Begitulah rutinitas Zanetti kecil setiap hari. Maklum, pria yang baru resmi gantung sepatu itu lahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya hanya tukang batu. Mau tak mau, ia harus ikut bertanggung jawab atas keluarganya.

"Selesai sekolah, aku latihan. Dan pada malam harinya aku benar-benar kelelahan. Sungguh kehidupan yang mengerikan," ujar Zanetti.

Tak hanya jadi tukang susu, Zanetti kecil juga sering membantu ayahnya di proyek. Ia juga bekerja sebagai penjaga toko kelontong milik sepupunya.



Ditolak Karena Terlalu Kurus

Meski memiliki banyak pekerjaan, namun ini tak mengurangi kecintaan Zanetti pada sepakbola. Ia terus mencoba masuk klub-klub Argentina. Zanetti sempat lolos seleksi Independiente yang merupakan klub idolanya.

Namun, Zanetti yang saat itu baru berusia 15 tahun, pada akhirnya dikeluarkan karena tubuhnya terlalu kurus. Ia kecewa dan putus asa. Saking kecewanya, Zanetti memutuskan berhenti bermain selama setahun.

Secercah titik terang datang ketika salah satu teman ayahnya membantunya masuk klub Talleres. Di klub itu, Zanetti kecil juga kesulitan membagi waktu antara bekerja, sekolah dan latihan.

"Masalah utamaku selain sepakbola adalah, aku harus memikirkan bagaimana pulang ke rumah dengan membawa roti untuk keluarga. Aku selalu kelelahan dan kehidupan masa kecilku mengerikan. Tapi aku terus berusaha karena tahu itu satu-satunya kesempatanku menjadi pemain profesional," ucap Zanetti seperti dilansir thexiiplayer.



Berkat kerja kerasnya di lapangan, Zanetti akhirnya promosi ke tim utama Talleres. Namun, Manajer Talleres saat itu memintanya memilih antara sepakbola atau bekerja.

Zanetti pun memilih bekerja karena ia harus membantu keluarganya. Namun, hal ini tak terjadi karena Talleres memberinya kontrak profesional. Di musim pertamanya bersama Talleres, Zanetti bermain dalam 33 pertandingan dan mencetak satu gol.

Lalu, bagaimana cerita selanjutnya dari perjalanan karier Javier Zanetti. Ikuti terus kisahnya di Liputan6.com.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya