Liputan6.com, PB Djarum kembali menggelar audisi umum mencari pemain berbakat untuk mendapat beasiswa bulutangkis 2014 di GOR Djarum, Jati, Kudus, 5 sampai 7 September 2014.
Berbeda seperti tahun sebelumnya, pemandu bakat tidak hanya fokus mencari pemain tunggal, tetapi juga konsentrasi menemukan pemain dengan spesialis ganda, di nomor campuran, putri dan ganda. Audisi ini diikuti anak-anak usia 10 sampai 15 tahun.
PB Djarum sadar, sektor ganda dalam beberapa tahun belakangan mulai menunjukkan kekuatan. Seperti sektor ganda campuran dan ganda putra yang mampu meraih gelar kejuaraan dunia.
Advertisement
Untuk memaksimalkan potensi pencarian pemain berbakat, pelatih kepala PB Djarum, Christian Hadinata memiliki gagasan, ke depannya PB Djarum tidak hanya mencari pemain berbakat, tetapi juga memberikan pendidikan pada pelatih saat PB Djarum menggelar roadshow mencari pemain berbakat di berbagai daerah.
"Karena keterbatasan waktu untuk melihat pemain secara keseluruhan, sulit bagi kami melihat secara keseluruhan pemain bertalenta. Mungkin, bisa memberikan workshop dan pelatihan pada pelatih," ujar Christian dalam keterangan pers yang diterima Liputan6.com.
Justru, pelatih itu yang nantinya bisa melihat dan mengasah bakat pemain muda dengan materi yang telah diberikan. "Baru kemudian kami bisa merekrut pemain itu untuk didik di PB Djarum," sambung mantan juara dunia All England 1972 dan 1973.
Manajer PB Djarum, Fung Permadi mengatakan, memang tidak mudah menjaring bibit pebulutangkis unggul mengingat banyaknya peserta audisi. "Karena itu, kami juga menyediakan audisi khusus melalui asosiasi di propinsi. Di situ, kami memantau pemain berbakat. Waktunya nanti bisa ditentukan kemudian."
Dalam proses audisi kali ini, banyak aspek yang dilihat untuk menentukan keberhasilan untuk mendapatkan beasiswa dari Djarum. "Tapi aspek paling mudah dilihat saat sesi pertandingan."
Pada 2014, PB Djarum juga memanggil mantan pemain bulutangkis legendaris seperti Haryanto Arbi dan Susi Susanti memantau langsung proses seleksi. Menurut Susi, tidak ada yang mustahil untuk menggapai prestasi. Dia mencontohkan, sukses Caroline Marin merebut gelar Kejuaraan Dunia 2014.
"Sukses tersebut bisa menjadi motivasi baru buat pebulutangkis Indonesia, khususnya di nomor putri.Marin membuktikan, kerja keras membuat segalanya menjadi mungkin," kata mantan juara dunia Olimpiade Barcelona 1992 itu.