Liputan6.com, Hanoi - Turnamen besar di Asia Tenggara seperti SEA Games dan Piala AFF tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tidak heran bila Indonesia menjadi negara yang rajin mengirimkan wartawan ke berbagai event berataraf internasional.
Seperti perhelatan Piala AFF 2014 ini, Liputan6.com mendapatkan kesempatan meliput langsung perhelatan sepakbola akbar di kawasan Asia Tenggara. Liputan6.com menjadi salah satu dari puluhan dari media cetak, elektronik, dan on line yang ikut ambil bagian menyaksikan langsung perjuangan Timnas Indonesia di babak penyisihan grup A yang berlangsung di Hanoi.
Bila dihitung, pasukan jurnalis dari Indonesia masih kalah banyak dibanding dari kuli tinta 3 negara yang tergabung di grup A. Bahkan, jumlah wartawan Indonesia tidak mencapai setengah dari jumlah wartawan tuan rumah Vietnam yang masih bisa dihitung dengan jari.
Dari grup what's app diketahui jumlah peliput dari Indonesia di Piala AFF tahun ini mencapai 23 orang termasuk wartawan stasiun televisi yang mengirimkan dua orang; reporter dan kameramen.
Â
Tidak heran bila Hotel Crown Plaza yang dihuni seluruh tim ramai oleh wartawan Indonesia. Jurnalis Indonesia dangat militan mencari berita soal timnas dari pagi sampai malam hari.
Pantang pulang sebelum dapat berita. Kira kira begitu tekad jurnalis Indonesia. Beragam cara dilakukan agar mendapat gambar dan berita ekslusif. Jurnalis televisi misalnya, nekat mengambil gambar ketika pemain sedang makan dari celah celah fentilasi. Padahal pelatih Alfred Riedl telah mengingatkan, pemain tidak boleh disentuh sebelum jam makan. Tapi aturan itu tidak berlaku bagi media dari Indonesia.
Ketika latihan, wartawan Indonesia pun memadati pinggir lapangan. Kameramen televisi sibuk merapihkan tripod kamera, fotografer membidik pemain dari berbagai sudut. Sedangkan wartawan on line sibuk mengetik template berita di telepon pintar masing-masing. Panas tidak menjadi soal. Asalkan tetap mampu menyajikan berita aktual dan faktual pada masyarakat di Indonesia
Begitu latihan usai, mereka pun langsung menyerbu pemain dengan segudang pertanyaan. Tidak jarang mereka langsung berlari ke dalam bis ogah meladeni pertanyaab wartawan yang sukar dijawab. Pelatih Alfred Riedl ditemani asisten Wolfgang Pikal paling ditunggu komentarnya. "Kita wawancara di tempat teduh," permintaan yang selalu diulang Rield setelah memimpin latihan tim.
Advertisement
Â
Bersambung ke halaman selanjutnya ------------>
Presenter Cantik Indonesia
Perhatian media lokal setempat tersihir dengan pesona salah satu presenter stasiun televisi swasta yang sudah tidak asing di Indonesia, Putri Violla. Sejak hari pertama perhelatan Piala AFF, wanita asal Malang itu menjadi primadona wartawan setempat sampai putri diwawancara televisi lokal.
Begitu juga ketika dia melaporkan langsung perkembangan tim dari Hotel. Semua mata pria tertuju pada sosok wanita berkulit putih itu. Praktis, dalam sekejap Puvi, begitu dia dipanggil, menjadi pusat perhatian di lobi Hotel. Dengan senang hati, dia meladeni permintaan fans dadakan di Hotel.
Selain meliput Piala AFF 2014, wartawan Indonesia diundang kedutaan besar menghadiri bazar yang diprakarsai istri diplomat dari seluruh negara perwakilan di Vietnam yang digelar di komplek elite Ciputra Hanoi. Jelas ini menjadi pengalaman unik bagi kami para wartawan selama di Vietnam.
"Hanya saja, di Vietnam kami kesulitan bahasa. Jarang, masyarakat sekitar yang bisa berbicara bahasa Inggris," ujar dedengkot jurnalis sepakbola nasional Erwin Fithriansyah di hari pertama pertandingan Indonesia vs Vietnam. "Jadi memakai bahasa Tarzan," kata dia.
Kendala bahasa juga dialami Rio Irwansyah. Reporter televisi swasta ini berbagi pengalaman, sulitnya berkomunikasi dengan supir taksi membuat ongkos perjalanan lebih mahal.
"Malam hari, saya ingin beli minum ke supermarket tapi malah diantarkan ke bank yang sudah tutup. Padahal, saya telah memberikan alamatnya," kata Rio berdumel.
Baca Juga:
Manajer Persipura Tengok Boaz dan Wanggai di Hanoi, Ada Apa?
Advertisement