Kaleidoskop Sepakbola: 2014 Tahun Kelabu Bagi Tim Nasional

Semua level timnas Indonesia gagal total di turnamen internasional

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 01 Jan 2015, 11:00 WIB
Diterbitkan 01 Jan 2015, 11:00 WIB
Latihan Timnas U23 Indonesia
Latihan Timnas U23 Indonesia (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, 2014 menjadi tahun kelam buat sepakbola di Indonesia. Awan hitam masih menggelayuti Tim Merah Putih. Semua level kelompok umur Timnas junior dan senior gagal bersinar di kancah internasional.

Di awal tahun, Indonesia menunjuk pelatih Alfred Riedl sebagai juru taktik. Nama pelatih asal Austria itu sudah tidak asing lagi di Tanah Air mengingat pencapaian mengantarkan skuat Merah Putih tampil sebagai runner-up Piala AFF 2010. Dualisme PSSI membuat eks-pelatih Timnas Vietnam itu didepak dari Indonesia.

Namun di bawah kendali Ketua BTN, La Nyalla Mattalitti, Riedl kembali dipanggil. Tugasnya cukup berat, membawa Indonesia tampil menjadi juara di Piala AFF 2014. Sayang, harapan tinggal harapan. "Opa" Riedl gagal total di perhelatan antarnegara ASEAN dua tahunan itu. Selama di tangani Riedl, Indonesia memetik 9 kemenangan.

Di tangan Riedl, Indonesia tersingkir di babak penyisihan grup. Rapor merah itu pun menjadi preseden buruk buat Riedl. Sebab, selama 10 kali menangani tim dari ASEAN di semua kompetisi level Asia Tenggara (SEA Games dan Piala AFF), baru sekali tim yang dilatihnya sudah harus terdepak di babak penyisihan grup. Sedangkan, bagi Indonesia, untuk kedua kali tereliminasi dua kali berturut-turut.

Dalam Piala AFF 2014, rekor buruk Indonesia tercipta. Untuk pertama kali dalam rentang 56 tahun, Indonesia harus menelan kekalahan. Aib itu juga terasa menyakitkan karena Indonesia kalah dengan skor telak 0-4. Kekalahan bersejarah itu langsung menutup Indonesia lolos ke babak ke semifinal. Masa depan Riedl di Indonesia mudah ditebak, dia harus mengakhiri kontrak kerja di Indonesia lebih cepat dari rencana semula.

Riedl sendiri merasakan, hasil di Piala AFF 2014 ikut dipengaruhi oleh kompetisi yang panjang. Ini membuat pemain sulit mencapai performa ideal ketika tampil di Piala AFF. Terlebih, Riedl tidak memiliki waktu berkumpul dengan pemain lantaran padatnya jadwal kompetisi. Salah seorang pemain yang diminta tidak disebutkan namanya sudah tidak bergairah tampil di AFF karena kelelahan.

Gembar-gembor Garuda Jaya Berujung Kegagalan

Paling fenomenal, kegagalan Timnas U-19 di Piala Asia 2014. Harapan Garuda Jaya bisa mengobati rindu akan gelar juara, yang terjadi justru sebaliknya. Tim besutan Indra Sjafri itu nihil kemenangan di turnamen kelompok umur tersebut. Harapan lolos ke semifinal Piala Dunia U-20 di Selandia Baru sebatas angan-angan.

Padahal, sececerah harapan sempat timbul. Penampilan meyakinkan selama Kualifikasi pada 2013 lalu membuat Evan Dimas Cs menjadi idola baru. Terlebih, Timnas U-19 berstatus sebagai juara Piala AFF U-19. Persiapan matang menuju Piala Asia U-19 dilakukan. Dana besar dikeluarkan BTN dan PSSI untuk mendukung program persiapan Garuda Jaya. Mereka berkeliling Indonesia hingga Eropa untuk mengasah kemampuan.

Uji coba bertajuk Tur Nusantara menjadi ajang pemantapan yang berlangsung tiap pekan. Selain menjajal tim lokal, Timnas U-19 melakukan sparring partner dengan tim Timur Tengah sampai tim Akademi klub raksasa Eropa macam Real Madrid dan Barcelona. Tercatat, Timnas U-19 melakoni lebih dari 30 pertandingan sebelum sampai ke ajang sesungguhnya. BTN pun menyelipkan agenda umroh ke Tanah Suci.

Sebenarnya, sinyal Indonesia tidak akan bertahan lama di Piala AFC U-19 telah terlihat saat tidak berdaya di turnamen Sultan Hassanal Bolkiah Trophy. Indonesia menempati posisi 5 di klasemen terakhir babak penyisihan grup B mengantongi 4 poin.

Ketika hari turnamen tiba, Indonesia dibuat tidak berdaya. Tergabung bersama Uzbekistan, Australia, dan Uni Emirat Arab, Indonesia gagal memetik poin. Menempati urutan terbuncit, mereka terlempar dari babak penyisihan grup B. Pemain Timnas U-19 yang digadang-gadang menjadi "rising star" Indonesia harus pulang dengan tangan hampa. Opini yang berkembang, kelelahan pemain diduga berada di balik hasil memalukan itu.

Secercah Harapan Timnas U-23 di Asian Games

Situasi tidak jauh berbeda dirasakan Timnas U-23. Tampil di Asian Games 2014, Incheon, Korea Selatan, tim bentukan Aji Santoso itu membuat publik sepakbola dalam negeri berdecak kagum. Betapa tidak, Timnas U-23 yang dua kali berturut-turut menjadi runner-up di ajang SEA Games 2011 dan 2013 berhasil menembus partai semifinal.

Perjalanan Timnas U-23 di babak penyisihan grup Asian Games cukup meyakinkan. Di pertandingan pertama babak penyisihan grup, Indonesia memetik kemenangan dengan skor telak 7-0 ketika bertemu Timor Leste.

Kemenangan terus diukir Indonesia ketika menghajar Maladewa dengan skor telak 4-0 di pertandingan kedua. Raihan poin tiga Indonesia baru berhenti setelah menelan kekalahan besar 0-6 dari juara Piala AFF 2014, Thailand. Hasil itu membuat Indonesia harus puas menempati peringkat 2 klasemen.

Korea Utara menjadi lawan Indonesia di babak 16 besar. Prediksi Indonesia bakal kesulitan memetik kemenangan pun terbukti. Si Garuda Muda kalah dengan skor telak 1-4. Langkah Indonesia terhenti di fase knock-out.

Meski menelan kekalahan, Indonesia boleh bangga karena Ferdinand Sinaga tampil sebagai top-scorer dengan mencetak empat gol. Pemain yang kini memperkuat Sriwijaya FC itu mencetak quattrick ketika Indonesia meremukkan Timor Leste tujuh gol tanpa balas.

Persib Akhiri Penantian Panjang

Beralih ke kompetisi, Tahun Kuda ini menjadi berkah buat tim raksasa ISL, Persib Bandung. Ya, Persib berhasil menjadi juara kompetisi di kasta kompetisi tertinggi di Indonesia lewat pertandingan dramatis, Maung Bandung menjadi kampiun usai mengalahkan juara bertahan Persipura Jayapura di adu penalti.

Bertanding di Stadion Gelora Jakabaring, Palembang, Persib di atas angin setelah bek Persipura, Bio Pauline diusir keluar setelah mendapat kartu merah. Persib yang sempat memimpin 2-1 harus menunggu merayakan pesta gelar juara karena pemain Mutiara Hitam, Boaz Solossa mencetak gol untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2.

Di babak adu penalti, semua algojo Persib menjalankan tugas dengan sempurna. Sedangkan, satu eksekutor Persipura, Nelsom Alom gagal menceploskan bola ke gawang I Made Wirawan. Persib memastikan kemenangan dengan skor 5-3. Dan untuk pertama kali sejak 1995 atau 19 tahun, tim yang identik berwarna biru itu kembali tampil menjadi juara.

Sontak publik Bandung berpesta menyambut kemenangan bersejarah yang telah dinanti selama hampir dua dekade. Seperti tim-tim Eropa, Persib mengarak trofi ISL keliling Kota Kembang. Kabar bagus untuk Persib, mereka memiliki peluang untuk tampil di Liga Champions Asia (LCA) 2015 dari Kualifikasi babak ketiga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya