Liputan6.com, Zurich - Kandidat presiden FIFA, Zico, yang juga merupakan mantan pemain tim nasional Brasil, yakin peraturan dalam pemilihan presiden federasi tertinggi sepak bola dunia tersebut tidak adil, kuno, dan banyak tekanan.
Zico sudah tampil membela Seleccao selama tiga edisi Piala Dunia dan dikenal sebagai salah satu pesepakbola terbaik dunia. Pria 62 tahun itu menyayangkan bahwa pemain di generasi saat ini masih takut-takut untuk menyuarakan pendapat mereka soal pelbagai isu penting dalam sepak bola.
Salah satu aturan 'aneh' yang disorot Zico adalah syarat seorang kandidat untuk bisa mendapatkan dukungan dari lima federasi sepak bola nasional. Aturan tersebut menurut eks pelatih Jepang itu malah berpeluang untuk menekan federasi untuk bergabung dalam suatu blok dari konfederasi benua.
"Saya tau tentang hal ini dan kesulitan-kesulitan calon kandidat lainnya telah dilewati. Tapi Anda selalu harus mencoba dalam hidup ini," kata Zico kepada Reuters, pada Rabu (23/9) pagi tadi.
Zico telah 45 tahun berkarir sebagai pemain. Dirinya tampil dalam tiga edisi Piala Dunia yakni 1978, 1982, dan 1986. Namun, pencapaiannya sebagai gelandang serang Seleccao dicapai kala meraih peringkat tiga di Piala Dunia 1978 di Argentina.
"Saya terlibat dalam sepak bola selama 45 tahun dan ada profesional lainnya seperti saya gugur jadi kandidat gara-gara aturan lima asosiasi ini," tutur pemain yang pernah menjajal sepak bola pantai tersebut.
"Konfereasi benua itu menempel hidung mereka dan menaruh tekanan pada federasi nasional yang tak punya independensi untuk membuat pilihan mereka," kata Zico lagi.
Ketika ditanya apakah ia merasa bahwa federasi nasional takut aksi balas dendam karena mendukung seorang kandidat, Zico menjawab: "Saya memiliki pengalaman yang sama sejumlah federasi, yang harus memiliki kebebasan dan kemerdekaan mereka sendiri," pungkasnya.
Advertisement