Liem Swie King: Tinggalkan Kuliah demi Bulu Tangkis

Liem Swie King menjadi buah bibir sejak menantang Rudy Hartono pada final All England 1976 di usia 20 tahun.

oleh Bogi Triyadi diperbarui 25 Sep 2015, 16:31 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2015, 16:31 WIB
2015092- Liem Swie King-Jakarta
Liem Swie King saat wawancara bersama Liputan6.com di kediamannya di Jakarta, Selasa (22/9/2015). (Liputan 6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Liem Swie King merupakan salah satu legenda bulu tangkis Indonesia. Di era keemasannya, King adalah pebulu tangkis yang sangat disegani lawan maupun kawan.

Pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 28 Februari 1956, ini menjadi buah bibir sejak menantang Rudy Hartono di final All England 1976. Saat itu, usai King baru 20 tahun, sementara Rudy merupakan juara All England tujuh kali.

Liem Swie King saat wawancara bersama Liputan6.com di kediamannya di Jakarta, Selasa (22/9/2015). (Liputan 6.com/Angga Yuniar)
King lalu menjadi pewaris kejayaan Rudy di All England. Tercatat tiga kali pria yang memiliki julukan "King Smash" itu menjuarai turnamen bulu tangkis tertua di dunia tersebut, yakni 1978, 1979, dan 1981.

Mulai bermain bulu tangkis sejak kecil atas dorongan orang tua, King bergabung dengan klub PB Djarum yang banyak melahirkan para pemain nasional. Setelah meraih medali emas Pekan Olahraga Nasional 1973 saat berusia 17 tahun, King kemudian direkrut masuk pelatnas.

Liem Swie King saat wawancara bersama Liputan6.com di kediamannya di Jakarta, Selasa (22/9/2015). (Liputan 6.com/Angga Yuniar)
Setelah 15 tahun berkiprah di dunia tepok bulu, King akhirnya memutuskan mengundurkan diri pada 1988. Kendati demikian, ayah dari Alexander, Stevani, dan Michele ini tetap mengikuti perkembangan bulu tangkis nasional dan dunia di sela-sela kesibukannya mengurus usaha perhotelan keluarga.

Mau tahu seperti apa keseharian dan cerita Liem Swie King? Simak video wawancara King dengan Liputan6.com di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya