Liputan6.com, Bangkok- Leicester City mengejutkan dunia sepak bola di musim 2015/2016. The Foxes di luar dugaan berpeluang besar menjuarai Liga Premier Inggris untuk pertama kalinya. Mereka cuma butuh dua poin saja dari dua pertandingan sisa.
Sukses Leicester ini sangatlah luar biasa. Sebelum musim 2015/2016 dimulai, nyaris tidak ada orang yang menjagokan Leicester bakal mengangkangi tim-tim besar macam Manchester United, Manchester City, Chelsea, Liverpool ataupun Arsenal. Mereka hanya ditanggap sebagai tim penggembira saja.
Wajar The Foxes tak masuk sebagai unggulan. Materi pemain Leicester biasa-biasa saja. Tidak ada pemain bintang berharga mahal yang direkrut. Sebelum musim dimulai mungkin hanya sedikit pecinta bola yang mengenal sosok seperti Jamie Vardy, Riyad Mahrez hingga Ngolo Kante.
Baca Juga
- Menakar Peluang Juara Barcelona, Atletico dan Real Madrid
- MU Siapkan Rp 1,2 Triliun Demi Gagalkan Transfer Chelsea
- Soal Mourinho, MU Sudah Mulai Ambil Langkah
Leicester pun hanya mampu mengontrak manajer sekelas Claudio Ranieri. Pria Italia itu bukanlah sosok pelatih yang sering memberikan gelar juara. Mereka juga merupakan tim yo-yo (yang kerap naik-turun kasta). Musim lalu Leicester berada di papan bawah dan harus berjuang keras menghindari zona degradasi.
Namun Leicester mampu menjungkirbalikkan prediksi banyak pihak. Klub yang bermarkas di King Power Stadium itu kini sudah mengoleksi 77 poin. Leicester unggul delapan poin dari Tottenham Hotspur. Sang rival masih menyisakan tiga laga lagi.
Fenomena Leicester ini lantas banyak dikaitkan dengan faktor spiritual. Sejak membeli Leicester tahun 2010, konglomerat Thailand Vichai Srivaddhanaprabha memang sangat memperhatikan sisi spiritual.
Vichai membangun ruang beribadah di King Power Stadium. Tak hanya itu, Vichai selalu meluangkan waktu berdoa di ruangan tersebut selama 45 menit setiap sebelum pertandingan dimulai.
Dia juga rutin mengundang para biksu dari Thailand ke King Power Stadium. Para biksu ini diminta memberkati markas Leicester dan para pemain. Tidak tanggung-tanggung, Vichai mengirimkan jet pribadi miliknya untuk menjemput sekitar beberapa biksu yang dipimpin Phra Prommangkalachan. Terkadang Vichai turun tangan menemani para biksu terbang ke Inggris.
Para biksu Thailand ini biasanya akan masuk ke dalam lapangan sebelum pertandingan dimulai untuk memberkati King Power Stadium. Mereka memberikan jimat serta memercikan air suci yang sudah didoakan kepada para pemain sebelum bertanding.
Awalnya fans dan para pemain Leicester terheran-heran dan mungkin menertawai apa yang dilakukan Vichai. Tapi dengan kesuksesan Leicester saat ini, mulai banyak yang mengaitkannya dengan magic dari para biksu yang dibawa Vichai dari Thailand.
"Saya pikir awal-awal mereka tidak yakin mengenai peran kami. Tapi kemudian mereka terbiasa dengan kami dan saya yakin mereka sekarang mengapresiasi apa yang kami berikan," kata Phra seperti dikutip dari The Telegraph.
Saking penasaran, media-media Inggris mulai menelusuri rekam jejak Phra ke Bangkok Thailand. Liputan mengenai kegiatan biksu berusia 64 tahun itu di Wat Traimit Withayaram Woraviharn (Vihara Golden Buddha) marak di akhir April ini.
Publik Inggris ingin mengetahui apakah sukses Leicester ini benar-benar karena bantuan sihir. Dengan tegas Phra membantah kesuksesan Leicester musim ini karena sihir.
"Ini bukan tentang sihir. Kami hanya bisa menawarkan dukungan spiritual. Kami percaya itu membantu pemain dengan kesehatan yang baik, dengan menghindari cedera dan dengan fokus mereka. Tapi mereka masih harus tampil baik untuk meraih hasil yang diinginkan," terang Phra kepada CNN.
Pemuka agama Buddha yang kerap disapa dengan panggilan Chao Khun Thongchai ini membeberkan bila keberhasilan Leicester membuat kejutan besar musim ini murni karena karma baik dari sang pemilik klub Vichai.
"Khum Vichai adalah penganut Buddha yang taat yang telah melakukan banyak perbuatan baik. Perbuatan baiknya membantu menghasilkan bantuan yang menjadi kekuatan bagi Leicester. Klub diuntungkan dengan karma baik," terang Phra.
"Perbuatan baiknya selama ini mendapat balasan berupa performa bagus Leicester. Dia juga merupakan orang yang bijak dan tahu bagaimana mengelola klub, menyatukan tim dan pelatih. Hasilnya adalah kesuksesan mereka seperti sekarang."
"Doa dan jimat dan benda-benda suci ini hanya ada untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka. Saya tidak dapat mengatakan ini semua karena saya. Saya harus mengatakan bila kepercayaan diri ini membuat perbedaan besar. Semua pemain Lecester juga dalam kondisi kesehatan yang bagus, tidak seperti tim yang yang terganggu dengan cedera," lanjut Phra.
Phra awalnya sama sekali tidak tertarik pada olahraga. Dia bahkan tidak tahu peraturan sepak bola hingga tahun 2010 ketika Vichai membeli Leicester dan mulai mengundang para biksu ke King Power Stadium.
"Ketika mereka berada di dasar klasemen, Vichai mengatakan 'kami tidak memiliki cukup prestasi'. Dia penganut agama Buddha yang benar-benar percaya pada karma baik dan buruk. Jadi dia mulai membuat karma baik dengan membangun Vihara dan mendukung acara penahbisan biksu baik di dalam maupun di luar Thailand. Dia bertekad terus membuat karma baik. Dia telah menjadi sukses."
Meski sekarang dipuji-puji sebagai salah satu kunci sukses Leicester merajai Liga Inggris, Phra dan rekan-rekannya sama sekali tidak akan mau duduk di King Power Stadium menyaksikan Wes Morgan cs beraksi.
"Saya akan bermeditasi sepanjang pertandingan. Saya akan berkonsentrasi dan melantunkan doa untuk tim. Saya akan mengirimkan mereka energi positif," kata pria yang mulai menjadi biksu sejak usia 15 tahun itu.
"Ketika saya di Inggris, saya akan berada di ruang Buddha sepanjang pertandingan untuk bermeditasi dan mengirimkan energi positif saya kepada semua pemain. Saya tidak perlu menonton pertandingan untuk mengetahuui bila mereka menang, saya bisa merasakan kuatnya getaran dari sorak-sorak penonton. Saat itulah saya tahu mereka telah menang."
Musim depan Leicester sudah dipastikan lolos ke Liga Champions. Phra meminta para penggawa Leicester dan Vichai untuk terus berbuat baik agar bisa mendapat keberuntungan di kompetisi antarklub Eropa itu.
"Jika mereka terus menegakkan hukum karma, itu akan menjadi kekuatan mereka. Jika mereka masih memiliki kesadaran dan niat baik untuk melakukan perbuatan baik kekuatan akan tetap bersama mereka selamanya," pungkas Phra.
Kisah Leicester ini juga jadi bahan pembicaraan di Thailand. Vihara Golden Buddha kini menjadi semakin ramai. Para atlet dan pelatih kerap berkunjung agar diberkati sebelum bertanding. Saking ramainya, jimat yang diberikan secara cuma-cuma oleh Phra kerap habis.