Liputan6.com, Jakarta - Aksi protes mewarnai jalannya pertandingan gulat di hari terakhir Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Dua orang pelatih Mongolia yang tidak puas dengan hasil akhir pertandingan berunjuk rasa di depan para penonton dengan cara yang terbilang vulgar.
Insiden ini berlangsung pada perebutan medali perunggu cabang olahraga gulat gaya bebas kelas 63 kg, yang mempertemukan Ganzorig Mandakhnaran dari Mongolia dengan Navruzov Ikhtiyor dari Usbekistan, Minggu (21/8/2016) waktu setempat.
Advertisement
Baca Juga
Pertarungan berlangsung sengit. Namun Mandakhnaran berhasil memimpin atas lawannya dengan skor 7-6. Di detik-detik terakhir pertandingan, dia lalu berlari mengitari lapangan untuk merayakan kemenangannya sembari membawa bendera Mongolia.
Kedua pelatih yang mendampingi Mandakhnaran juga ikut bergabung. Mereka mengangkat atlet binaannya tersebut. Namun setelah 10 detik berlalu, suasana berubah drastis. Kegembiraan yang tadinya menghiasi atlet dan pelatih Mongolia itu sirna dan berubah duka. Mandakhnaran berlari ke pinggir lapangan dan menangis. Dia tak percaya medali yang sudah di depan mata hilang.
Seperti dilansir The Sun, wasit ternyata menganggap selebrasi yang mereka lakukan prematur karena pertandingan belum selesai. Akibatnya, Mandakhnaran kena penalti dan membuat skor berubah 8-7 untuk keunggulan Navruzov Ikhtiyor.
Pelatih Mandakhnaran tidak terima dengan keputusan tersebut. Dia lalu maju ke arena pertarungan sembari melepas satu per satu pakaiannya. Pelatih Mongolia lainnya juga bergabung dengannya. Mereka menelanjangi diri di hadapan para penonton.
Aksi protes kedua pelatih ini membuat penonton semakin liar. Teriakan Mongolia pun menggema dari tribun. Pihak penyelenggara lalu meminta kedua pelatih itu meninggalkan arena setelah terlebih dulu memberikan kartu merah kepada mereka. Pihak kepolisian bahkan harus terpaksa diturunkan untuk mengawal kedua pelatih tersebut keluar dari lokasi pertandingan.