Liputan6.com, Manchester - Tak perlu diragukan lagi, Jose Mourinho adalah salah satu manajer terbaik di dunia. Berbagai prestasi sudah direngkuh pria bernama lengkap Jose Mario dos Santos Mourinho Felix itu. Tak heran hingga sekarang ia mendapat julukan sebagai The Special One.
Mourinho memang dikenal berkat kehebatannya dalam menerapkan taktik. Ia mampu membaca permainan dan memiliki kemampuan beradaptasi dengan situasi yang di luar perkiraan. Ia bukan tipe manajer yang setia dengan satu formasi saja.
Baca Juga
Advertisement
Saat melatih Porto, Mourinho meraih banyak kemenangan dengan formasi 4-4-2. Ketika hijrah ke Chelsea di musim panas 2004, ia mulai mengganti formasi andalannya menjadi 4-3-3. Ia juga sempat mencicipi format 4-4-2 dan 4-1-3-2.
Bahkan, di tengah-tengah pertandingan pun ia kerap mengambil keputusan tepat saat mengubah formasi dan taktik. Kecerdasannya itu telah menghasilkan puluhan trofi di lima klub berbeda.
Di Porto, ia meraih dua gelar Liga Portugal, satu Taca de Portugal, satu Piala Super Portugal, satu Liga Champions, dan satu Piala UEFA. Tiga gelar Liga Inggris, satu Piala FA, tiga Piala Liga, dan satu Community Shield diraihnya bersama Chelsea.
Bukti kehebatan lain Mourinho adalah membawa Inter Milan menjadi satu-satunya klub Italia hingga saat ini yang meraih treble winners. Itu saat ia memenangkan gelar Liga Italia, Coppa Italia, dan Liga Champions di musim 2009/2010.
Sayang, prestasinya di Real Madrid tak begitu membanggakan. Pasalnya, hanya tiga gelar yang bisa dipersembahkan pria kelahiran 26 Januari 1963 itu. Meski begitu, hal itu tak menghalangi Manchester United (MU) untuk merekrutnya sebagai manajer mulai musim panas 2016.
Sayangnya, Mourinho juga dikenal sebagai manajer yang memiliki banyak kebiasaan buruk. Salah satunya adalah mencari kambing hitam saat timnya menelan kekalahan. Sikap buruk itu kembali diperlihatkan usai MU kalah 1-2 dari Manchester City pada pekan keempat Liga Inggris 2016/2017 di Old Trafford, Sabtu (10/9/2016).
"Jujur, saya memiliki dua sampai tiga pemain di babak pertama yang jika saya tahu apa yang akan terjadi, saya tak akan memainkan mereka. Tapi, ini adalah sepak bola dan terkadang para pemain mengecewakan pelatih dan terkadang pula pemain memberikan kejutan besar," kata Mourinho seperti dikutip Goal.
Perkataan seperti itu bukan hal mengejutkan untuk seorang Mourinho. Ia hampir selalu mencari kambing hitam saat gagal meraih hasil yang diinginkan. Salah satu dari perkataan Mourinho yang paling dikenal adalah saat Chelsea ditahan Tottenham Hotspur 0-0 di Stamford Bridge pada 19 September 2004.
"Seperti yang kita katakan di Portugal, mereka membawa bus dan meninggalkannya di depan gawang. Saya akan lebih frustrasi jika menjadi penonton yang membayar 50 pounds untuk menonton pertandingan ini karena Tottenham datang hanya untuk bertahan."
Pemain sekaliber Cristiano Ronaldo pun sempat menjadi kambing hitam Mourinho di Madrid. Kala itu, Mourinho menuding Ronaldo sama sekali tak mau mendengarkannya dalam penerapan taktik. Tak hanya pemain, wasit pun kerap menjadi sasaran kritik Mourinho.
Bahkan, Mourinho sempat terseret kasus hukum akibat menjadikan fisioterapis Eva Carneiro sebagai kambing hitamnya saat Chelsea kalah 1-2 dari Leicester City pada Desember 2015. Jadi, bukan sesuatu yang mengherankan jika kali ini giliran pemain MU yang menjadi sasaran Mourinho.
Jika dilihat dari pertandingan melawan City, para pemain yang disebut Mourinho tampil mengecewakan besar kemungkinan adalah Jesse Lingard dan Henrikh Mkhitaryan. Terbukti, Mourinho menarik keduanya sebelum babak kedua dimulai.
Untuk kali ini, perkataan Mourinho yang menjadikan beberapa pemain MU sebagai kambing hitam bisa dimaafkan. Pasalnya, para pemain MU memang tampil di bawah performa.