Soal Nasib Timnas Indonesia di ISG 2017, Ini Komentar PSSI

Timnas Indonesia sukses menjadi runner-up pada ISG 2013.

oleh Luthfie Febrianto diperbarui 01 Apr 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2017, 06:00 WIB
Timnas Indonesia
Timnas Indonesia (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Tangerang - Nasib timnas Indonesia U22 di Islamic Solidarity Games (ISG) Azerbaijan tak jelas. Tim asuhan Luis Milla itu bahkan disebut batal mengikuti cabang sepak bola ISG 2017 yang bakal berlangsung di Baku, Azerbaijan, 12-22 Mei.

Sejatinya, ISG 2017 sendiri sudah masuk dalam agenda timnas Indonesia. Awalnya, mereka dijadwalkan bertolak ke Azerbaijan usai melakukan pemusatan latihan (TC) di Spanyol. Namun, jadwal tersebut kini akan direvisi.

Direktur Media dan Hubungan Internasional PSSI, Hanif Thamrin menjelaskan, pihak PSSI sebetulnya sudah bertemu dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Pertemuan itu untuk membahas keikutsertaan timnas Indonesia di ISG.

"Saya sempat diperlihatkan screenshot entry by name-nya di website ISG. Cuma tidak tahu kenapa, keluar drawing yang delapan (peserta) itu, Indonesia tidak ada," kata Hanif saat ditemui di Hotel Yasmin, Karawaci Tangerang, Jumat (31/3/2017).

Seperti dikutip dari Azertag.az, delapan peserta ISG 2017 telah dirilis dan tanpa kehadiran timnas Indonesia. Delapan negara yang dipastikan ikut adalah Turki, Palestina, Aljazair, Arab Saudi, Kamerun, Maroko, Oman, dan tim tuan rumah Azerbaijan.

Tetap Berjuang

Hanif menuturkan, pihak PSSI sebetulnya telah melengkapi segala syarat yang dibutuhkan pada 16 Februari. Pihak KOI pun mengaku telah menyampaikan keikutsertaan Indonesia di ISG pada Komite ISG Azerbaijan (AISGOC). "Tapi untuk surat tertulisnya kami tidak tahu," ujarnya.

Lebih lanjut, Hanif mengatakan saat ini PSSI meminta penjelasan dari KOI dan permohonan agar timnas Indonesia bisa tetap turun di ISG. Ia mengatakan, peluang masih terbuka lantaran jumlah keikutsertaan tim di cabang sepak bola ISG adalah 12.

Hanya saja, ada regulasi yang menyatakan tuan rumah berhak mengecilkan jumlah peserta jika dianggap perlu. Regulasi itu, kata Hanif menjadi titik lemah dalam negosiasi yang akan diusahakan Indonesia.

"Tapi dengan diplomasi, kenapa tidak cari satu negara lagi yang pernah ikut serta biar jadi 10. Toh belum mencapai kuota maksimal. Mungkin itu pendekatan yang la,o coba lakukan untuk KOI," kata Hanif.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya