Liputan6.com, Jakarta - Malaysia mengklaim telah sukses menggelar SEA Games ke-29. Sebagai tuan rumah mereka juga tampil sebagai juara umum dengan perolehan 145 emas, 92 perak, dan 86 perunggu, jauh meninggalkan peserta lainnya.
Namun, beberapa negara ternyata memiliki perspektif berbeda. Thailand, misalnya. Mereka berang karena merasa "dikerjai" di ajang yang digelar pada 19-30 Agustus 2017 itu.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu stasiun televisi Negeri Gajah Putih, Workpoint News, dalam versi online-nya, membuat video kecurangan-kecurangan yang dilakukan tuan rumah. "SEA Games or SEA Cheat?" begitu video tersebut diberi judul, yang bisa diartikan sebagai SEA Games penuh kecurangan.
Video tersebut memuat cuplikan-cuplikan video dan gambar ketika atlet-atlet Thailand dicurangi tuan rumah. Disebutkan, atlet-atlet Malaysia meraih medali emas dengan cara menyalahi aturan.
Di nomor 10.000 meter jalan cepat putri, misalnya. Atlet Malaysia memenangkan lomba dengan dua kaki yang tidak menjejak tanah lintasan pada saat bersamaan. Hal ini luput dari pantauan wasit.
Di cabang senam artistik, nomor kuda pelana, Malaysia bahkan mendapat dua emas, lantaran dua atletnya yang berkompetisi mendapat poin sama, 13.650.
Di luar masalah teknis, Workpoint News menuding tuan rumah melakukan kecurangan dengan cara lain. Misalnya, tim voli putri Thailand merasa dikerjai karena tak disediakan sopir bus untuk menuju tempat latihan.
Waktu pertandingan yang tidak jelas juga disebut sebagai salah satu modus tuan rumah mencurangi tim rival. Di final cabang tinju yang mempertemukan atlet Thailand vs Malaysia, misalnya.
Panitia mengubah waktu pertandingan di menit-menit akhir. Laga yang seharusnya digelar pukul 15.00 dimajukan menjadi pukul 13.00.
Workpoint News juga menyoroti akal-akalan tuan rumah mengubah stadion pertandingan final sepak bola. Laga yang seharusnya digelar di Bukit Jalil, tiba- tiba dipindah ke Stadion Shah Alam, dengan alasan Stadion Bukit Jalil tidak siap menggelar final.
Tak hanya Workpoint News, harian terkenal Thailand, Bangkok Post juga menyebut SEA Games Kuala Lumpur penuh kecurangan. Mereka bahkan memelesetkan SEA Games menjadi "SEA Kong" atau "SEA Cheating".
Mengutip pernyataan ketua delegasi Thailand di SEA Games, Thana Chaiprasit, Bangkok Post menyebut penyelenggaraan SEA Games Kuala Lumpur adalah yang terburuk sepanjang masa.
Chaiprasit adalah sosok yang sangat berpengalaman di ajang multicabang internasional. Selain SEA Games, dia juga pernah terlibat di ajang Olimpiade dan Asian Games.
Chaiprasit menyebut, tidak hanya Thailand yang merasa SEA Games kali ini penuh kecurangan. Ofisial negara lain pun merasakan demikian. Namun mereka tak mengajukan komplain resmi ke panitia karena tahu hal itu tak akan berguna.
"Tuan rumah hanya ingin menjadi juara umum," begitu tulis Bangkok Post.
Seperti Workpoint News, Bangkok Post juga memerinci kecurangan-kecurangan tuan tuan rumah yang merugikan mereka.
Sebenarnya, tak hanya Thailand yang merasa dicurangi di SEA Games. Kontingen Indonesia berkali-kali mendapat perlakuan tak mengenakkan selama SEA Games, yang berujung keuntungan bagi tuan rumah.
Bahkan, tim sepak takraw putri Indonesia memilih walk out dari pertandingan lantaran tak tahan dicurangi. Itu terjadi saat Indonesia duel lawan Malaysia di Titiwangsa Indoor Stadium, Kuala Lumpur, Minggu (20/8/2017).
Wasit yang memimpin pertandingan, Muhammad Radi, selalu memberikan nilai kepada Malaysia karena menganggap pemain Indonesia salah servis. Ini membuat para pemain putri Indonesia menangis, dan akhirnya memilih WO.
Â