Demam Nonton Piala Dunia 2018 Bisa Diam-Diam Membunuh

Setiap penonton perlu berhati-hati, demam menonton Piala Dunia 2018 Rusia bisa diam-diam mematikan dan membunuhmu.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 01 Jul 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2018, 14:00 WIB
Prancis Melaju ke 8 Besar Piala Dunia 2018
Gelandang Prancis, Paul Pogba berusaha melewati bek Argentina, Gabriel Mercado saat bertanding pada babak 16 besar Piala Dunia di Kazan Arena di Kazan, Rusia, (30/6). Prancis menang tipis 4-3 atas Argentina. (AP Photo/David Vincent)

Liputan6.com, Jakarta Demam menonton Piala Dunia 2018 rupanya diam-diam bisa membunuh Anda. Hal ini terutama berisiko bagi seseorang yang punya masalah jantung saat menonton tim favorit mereka, menurut studi.

Para ahli memperingatkan, mengemil atau makan sebanyak-banyaknya saat menonton pertandingan Piala Dunia bisa mematikan. Tak hanya itu saja, tidur larut malam, duduk di sofa selama berjam-jam, dan mengemil makanan cepat saji yang mengandung banyak garam, lemak, dan karbohidrat sangat berbahaya.

Melansir laman South China Morning Post, Minggu (1/7/2018) mengemil makanan cepat saji akan mengakibatkan lebih banyak tekanan pada jantung dan memengaruhi tekanan darah. Belum lagi risiko serangan jantung bagi penggemar sepak bola yang emosional saat tim mereka bertanding.

Kejadian pun seperti yang dialami legenda sepakbola Argentina, Diego Maradona (57), yang dilaporkan jatuh sakit pada hari Rabu, 27 Juni 2018 saat menyaksikan kemenangan Argentina 2-1 melawan Nigeria.

Ada juga penelitian pada Piala Dunia 2006, yang mana Italia dinobatkan sebagai juara, menemukan pria Jerman 2,66 kali lebih berisiko menderita kondisi kardiovaskular (penyakit jantung) akut. Ini menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine pada tahun 2008.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

Waktu insiden terjadi

Portugal vs Uruguay, Piala Dunia 2018
Duel pemain Portugal, Raphael Guerreiro dan pemain Uruguay, Nahitan Nandez pada laga 16 besar Piala Dunia 2018 di Fisht Stadium, Sochi, Rusia, (30/6/2018). Portugal kalah 1-2. (AP/Francisco Seco)

Sebanyak 4.279 pasien dirawat di rumah sakit akibat kondisi kardiovaskular di daerah Munich pada hari-hari tim Jerman bertanding dengan 47 persen diketahui memiliki masalah jantung, tulis studi. Hal itu sangat tidak menyenangkan bagi pria, karena mereka 3,26 kali lebih berisiko kena masalah kardiovaskular.

Insiden kejadian rata-rata tertinggi terjadi dalam dua jam pertama setelah kick-off.

"Menonton pertandingan sepakbola yang menegangkan itu lebih dari dua kali lipat berrisiko kena kardiovaskular akut," kesimpulan hasil studi.

Badan sepakbola dunia, FIFA, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan departemen kesehatan Rusia telah melakukan upaya untuk mencegah terjadinya insiden penonton kena masalah kardiovaskular pada Piala Dunia 2018.

Sebuah kampanye video yang mempromosikan gaya hidup sehat dan peringatan tentang bahaya merokok, konsumsi garam yang berlebihan, dan aktivitas fisik.

Kampanye serangan jantung mendadak

Pendukung Timnas Portugal
Pelatih Timnas Portugal, Fernando Santos, menyebut kekalahan dari Uruguay di babak 16 besar Piala Dunia 2018 memberikan kesedihan mendalam buat timnya dan seluruh pendukung. (AFP/Patricia De Melo Moreira)

FIFA juga meluncurkan kampanye tentang serangan jantung mendadak untuk meningkatkan kesadaran penonton selama turnamen Piala Dunia 2018 di Rusia berlangsung.

Ahli jantung Hong Kong, Bernard Wong Bun-lap mengatakan, bagi penonton yang punya masalah jantung lebih mungkin mengalami kejadian kardiovaskular saat menonton pertandingan Piala Dunia.

"Setiap Individu dapat mudah merasa senang, yan mengarah ke peningkatan tekanan darah, denyut nadi, dan kondisi lainnya. Ini memicu kejadian kardiovaskular," kata Wong.

Ahli kardiologi University of Hong Kong, David Siu Chung Siu menambahkan, penyakit jantung lebih terkait dengan konsumsi alkohol sehingga mudah memicu aritmia (detak jantung yang tidak teratur).

"Jadi, jika seseorang mengonsumsi lebih banyak alkohol selama menonton Piala Dunia atau konsumsi makanan cepat saji, maka orang itu lebih mungkin berisiko kena masalah kardiovaskular," jelas Siu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya