Liputan6.com, Jakarta Aksi ciamik bek sekaligus kapten Timnas Brasil, Thiago Silva, saat membela negaranya di Piala Dunia 2018 mendulang decak kagum banyak penggemar. Siapa sangka, 13 tahun lalu ia nyaris meninggal gara-gara tuberkulosis (TB) saat membangun karirnya di Dinamo Moscow.
Infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis membuat Thiago Silva dirawat selama enam bulan di sebuah rumah sakit di Moscow. Penyakit yang mudah menular sempat membuatnya sedih. Bahkan sampai muncul ketakutan penyakit itu tidak bisa membuatnya bermain sepakbola.
Sebelum diagnosis TB ditegakkan, pelatih Dinamo Moscow saat itu senang akan performa Silva. Namun, dokter klub tersebut sempat keheranan dengan performanya yang mudah lelah.
Advertisement
Ia pun kemudian terlihat tampak sakit. Beberapa gejala muncul seperti suhu tinggi, batuk, dan berkeringat. Pada awalnya, tim medis menganggap hanya demam. Namun, kondisi Thiago makin parah sehingga tim medis meminta Thiago melakukan pemeriksaan secara menyeluruh seperti mengutip laman Four Four Two, Selasa (3/7/2018).
Ketika hasil pemeriksaan sudah keluar, betapa kagetnya. Silva didiagnosis menderita tuberkulosis dan ia telah mengidap penyakit itu sejak sembilan bulan lalu.
"Jika penyakit itu baru didiagnosis beberapa minggu kemudian, mungkin ia akan meninggal," kata dokter yang menangani bintang Brasil ini.
Paru-paru kanan hampir dipotong
Saat itu, benar-benar masa gelap bagi Silva. Ia membayangkan kariernya akan hancur. Apalagi ketika tim medis menyarankannya untuk melakukan pemotongan sedikit bagian paru-paru kanan agar ia bertahan hidup.Thiago menolak hal itu.
Dia memilih untuk menjalani pengobatan ketat dengan dirawat enam bulan di rumah sakit. Suasana hatinya makin membaik ketika orangtua serta pacarnya datang dan menemani di Moscow.
Seluruh biaya pengobatan dibayar oleh Dinamo Moscow. Klub tersebut sudah merasa lega Silva tidak menularkan ke pemain lain. Namun, kontraknya disudahi ketika ia keluar dari rumah sakit langsung pulang ker Brasil.
Kala itu, sempat pikiran untuk mengakhiri karier di sepakbola akan kondisi penyakit yang menderanya itu. Untung ia memiliki ibu hebat yang memintanya untuk terus bermain sepakbola.
Perlahan-lahan kepercayaan diri pria kelahiran 22 September 1984 meningkat. Dirinya pun bermain untuk sebuah klub sepak bola Brasil, Fluminense.
Lalu, di 2009, performanya makin ciamik ketika bermain untuk AC Milan. Kemampuannya disejajarkan oleh nama besar seperti Franco Baresi.
Beberapa tahun merumput bersama AC Milan, pada 2012 ia pindah ke Paris Saint-Germain dengan harga €42 juta. Di musim pertamanya, ia sukses mengantar PSG merebut trofi Ligue 1.
Performa apik Silva bersama klub yang dibela, membuatnya masuk dalam skuad Brasil sejak 2008 hingga sekarang.
Advertisement