Variatif, Jangka Waktu Pasien Corona Covid-19 Menderita Gagal Napas

Salah satu hal yang paling ditakutkan saat pasien Corona Covid-19 yaitu ketika mengalami gagal napas. Kondisi ini dialami berbeda-beda.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Apr 2020, 11:23 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2020, 19:25 WIB
FOTO: Kasus Corona COVID-19 Global Tembus 2 Juta Pasien
Pasien dan petugas medis memakai masker untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19 di luar NYU Langone Medical Center, New York, Amerika Serikat, Senin (13/4/2020). Berdasarkan data Johns Hopkins University, total kasus COVID-19 global sudah menembus dua juta pasien. (AP Photo/John Minchillo)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu hal paling ditakutkan dari pademi virus corona covid-19 yaitu pasien gagal napas. Ini terkadang berujung kepada hilangnya nyawa kalau tidak ditangani dengan cepat dan tentunya kesediaan alat yang cukup.

Dalam sebuah tulisan, dokter spesialis pulmonologi Menaldi Rasmin mengungkapkan, hari-harinya menangani pasien positif Corona COVID-19 di ruang isolasi dan Intensive Care Unit (ICU). Bahwa COVID-19, penularannya cepat dan luas.

Ketika pasien positif jatuh ke gawat napas, kemudian gagal napas, kondisi pun dapat memburuk. Butuh ventilator untuk pasien gagal napas yang akan terus digunakan, sulit untuk dilepas.

Lantas berapa lama jangka waktu pasien positif Corona COVID-19 bisa berujung pada kondisi gagal napas?

"Itu sangat individual sekali. Setiap orang mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Ada yang gawat sedikit kondisinya, tapi akhirnya membaik," jelas Menaldi saat berbincang dengan Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Selasa (14/4/2020).

"Ada juga yang enggak kelihatan gawat, tapi (mendadak) jatuh ke gagal napas. Tentunya, kalau ditanya berapa lama orang yang positif Corona COVID-19 jatuh ke gagal napas? Jawabannya, variatif sekali. Tidak bisa dipukul rata sama."

 

Penyakit Penyerta Lebih Berisiko

Mengintip Ruang Isolasi Pasien Virus Corona di RSUP Persahabatan
Tim medis saat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19 di ruang isolasi Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020). RSUP Persahabatan menangani 31 pasien dalam pemantauan dan pengawasan dari potensi terpapar virus corona. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Bagi pasien positif COVID-19 yang mempunyai penyakit penyerta atau yang disebut komorbid, akan lebih berisiko jatuh ke gagal napas. Sebut saja diabetes, hipertensi, jantung, dan penyakit paru kronis.

Apalagi untuk pasien lanjut usia (lansia) dengan usia di atas 60 tahun, yang punya komorbid, kondisi bisa memburuk dengan cepat.

"Kalau punya penyakit penyerta lebih berisiko (menuju gagal napas). Daya tahan tubuh kan setengah-setengah dan rendah. Sudah terpakai untuk membendung penyakit komorbidnya," tambah Menaldi, yang berpraktik di RS Persahabatan Jakarta.

"Nah, sekarang udah diserbu sama penyakit barunya (COVID-19). Bisa kita bayangkan, kekalahan (daya tahan tubuh) cepat dan berat kondisinya."

Namun, bisa saja pasien positif  COVID-19 yang punya komorbid pulih kembali. Tergantung daya tahan tubuh. Walaupun seluruh dunia, baik Tiongkok, Amerika, Jerman, dan Inggris menyatakan, pasien yang ada komorbid jauh lebih berat kondisinya untuk pulih.

Disadur dari kanal health (Fitri Haryanti Harsono,published 14/4/2020)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya