Liputan6.com, Jakarta - Deputi Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta mengakui sepak bola Indonesia khususnya sektor pembinaan dan kompetisi di usia muda masih tertinggal. Hal itu dikatakannya dalam webinar Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional, Selasa (15/12/2020) WIB.
"Apakah kompetisi belum berjalan berjenjang? Ya berjalan tapi kadang ada yang terputus. Pembinaan juga sudah berjalan, tapi ada yang terputus. Apalagi pengembangan bakat," kata Isnanta.
Baca Juga
Ia menambahkan, untuk membenahi masalah tersebut Kemenpora bekerjasama dengan sejumlah kementrian terkait. Hal itu sudah sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Persepakbolaan Nasional.
Advertisement
Setidaknya, ada tiga kementrian yang terkait dengan Inpres tersebut. Selain Kemenpora, ada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementrian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Kemenko PMK sendiri sudah mengeluarkan Permenko PMK No.1 tahun 2020 tentang peta jalan percepatan pembangunan persepak bolaan nasional. Menurut Isnanta, peta tersebut menjadi panduan bagi Kementrian yang terlibat dalam program percepatan tersebut.
"Kalau bisa dibilang dalam pembinaan usia muda, dua strikernya Kemenpora dan Kemendikbud. Nah, dari PMK nanti mengkoordinir sebagai manajernya lah. Kemudian dari PU menyediakan fasilitasnya," kata Isnanta.
Â
Saksikan Video Timnas Indonesia di Bawah Ini
Tugas Kemenpora
Isnanta menambahkan, tugas Kemenpora dalam peta itu berada dalam bidang pengembangan bakat, pembinaan, dan menyelenggarakan kompetisi berjenjang. Menurutnya, Kemenpora pun telah melakukan sejumlah usaha sebelum Inpres berlangsung.
Namun ia mengakui masih ada hal yang perlu dilakukan. Ia memberi contoh soal penambahan diklat di setiap provinsi.
"Diklat ini dari dulu jumlahnya tidak bertambah. Diklat ini menurut Inpres harus ditambah jumlahnya. Ini yang belum kita lakukan karena costnya tinggi. Harusnya 34 provinsi ini ada Diklat," katanya.
Advertisement
Bakat yang Merata
Lebih lanjut, Isnanta menuturkan alasan menargetkan pembangunan diklat di setiap provinsi. Menurutnya, hal itu dikarenakan bakat sepak bola anak Indonesia cukup merata.
"Witan itu dari Palu. Dulu ada coach (Rahmad, red) Darmawan dari Lampung. Putu Gede, Bali. Aples dari Papua. Ada dari Jawa Tengah, Kurniawan. Egi dari Medan. Indonesia itu unggul semua kalau sepak bola," kata Isnanta mengakhiri.