Keinginan FIFA Gandakan Frekuensi Piala Dunia Bikin Khawatir Presiden UEFA

Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengaku khawatir dengan rencana FIFA untuk menyelenggarakan Piala Dunia tiap dua tahun sekali karena dinilai bakal berdampak besar pada dunia sepak bola

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Sep 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2021, 07:00 WIB
Aleksander Ceferin
Aleksander Ceferin (AFP/ARIS MESSINIS)

Liputan6.com, Jakarta FIFA saat ini dilaporkan tengah menjajaki gagasan untuk menggandakan frekuensi pelaksanaan Piala Dunia menjadi dua tahun sekali. Akan tetapi, Presiden UEFA Aleksander Ceferin mengaku khawatir akan dampak dari keputusan tersebut.

Melansir Goal.com, gagasan untuk menjadikan Piala Dunia sebagai kejuaraan dua tahun sekali sejatinya telah mendapat banyak perhatian sejak pertama kali diangkat dalam kongres FIFA pada Mei lalu.

Badan pengelola sepak bola internasional ini kabarnya sedang melakukan studi kelayakan atas rencananya. Akan tetapi, Ceferin kecewa akibat kurangnya konsultasi FIFA dengan UEFA. Padahal, pihaknya menilai langkah tersebut bakal memiliki dampak besar.

Ceferin pun mengungkapkan keprihatinannya ketika menanggapi surat dari Direktur Eksekutif Suporter Sepak Bola Eropa Ronan Evain. Ceferin menyatakan bahwa UEFA dan asosiasi nasionalnya merasa keberatan dan memiliki perhatian serius soal rencana FIFA.

“Mempertimbangkan dampak besar dari reformasi ini terhadap seluruh organisasi sepak bola, ada kebingungan bahwa FIFA tampaknya meluncurkan kampanye PR untuk mendorong proposalnya, sementara proposal itu belum diajukan ke konfederasi, asosiasi nasional, liga, klub, pemain, pelatih, dan semua komunitas sepak bola,” ujarnya melansir Goal.com.

Dampak pada Kalender Internasional

Foto: 5 Trofi Sepak Bola yang Bernilai Paling Mahal di Dunia Saat Ini, Piala Dunia Paling Fantastis
Trofi Piala Dunia merupakan trofi termahal sejauh ini. Tercatat jika trofi ini memiliki harga 20 juta dolar AS atau setara Rp289 miliar karena terbuat dari emas 18 karat. Tak heran jika trofi ini diperebutkan oleh negara di seluruh dunia setiap empat tahun sekali. (Foto: FIFA/AFP/Kurt Schorre)

Adapun, salah satu dampak yang disoroti Ceferin dari penyelenggaraan Piala Dunia tiap dua tahun adalah perubahan pada kalender pertandingan internasional, yang dalam konteks ini utamanya akan dirasakan oleh sepak bola wanita.

“Surat Anda dan kekhawatiran yang muncul atas nama pendukung di seluruh Eropa mengenai rencana FIFA untuk menyelenggarakan Piala Dunia tiap dua tahun sangat valid dan penting,” ujar Ceferin.

“Biarkan saya meyakinkan bahwa UEFA mendukung Anda dan para penggemar dalam masalah penting ini. Kita harus bekerja sama untuk mempertahankan kepentingan permainan dan memperkuat posisi penggemar sebagai pemangku kepentingan,” sambungnya.

Alasan FIFA

gianni infantino
Gianni Infantino terpilih sebagai Presiden FIFA 2016-2020 dalam Kongres Luar Biasa FIFA di Zurich, Jumat (26/2/2016). (AFP/Fabrice Coffrini)

Dikutip dari Goal.com, anggota FIFA setuju untuk melakukan studi kelayakan pada rencana penyelenggaraan Piala Dunia dua tahun sekali, setelah menerima proposal diajukan oleh Federasi Sepak Bola Arab Saudi.

Presiden FIFA Gianni Infantino nampaknya mendukung rencana dengan mengatakan bahwa penyelenggaraan Piala Dunia setiap dua tahun bakal menggandakan pendapatan yang diperoleh.

“Anda tidak perlu menjadi Einstein untuk tahu bahwa jika Anda mengadakan Piala Dunia setiap dua tahun, Anda akan menggandakan pendapatan,” ujarnya dalam konferensi pers seperti dilansir dari Goal.com.

“Kita harus mempelajari studi ini dengan pikiran terbuka. Kami tahu tentang nilai Piala Dunia dan dampak dari Piala Dunia,” tuturnya.

Didukung Arsene Wenger

Rencana FIFA juga rupanya memperoleh dukungan dari eks manajer Arsenal Arsene Wenger yang kini menjabat sebagai kepala pengembangan sepak bola global FIFA. Menurut Wenger, perubahan itu bakal meminimalisasi jeda internasional sekaligus menurunkan risiko cedera pemain.

Meski demikian, Wenger menyangkal adanya insentif finansial yang diperoleh di balik rencana ubu. Sebaliknya, ia mengatakan bahwa perubahan yang diusung FIFA ditujukan untuk meningkatkan level permainan dan kompetisi.

“Idenya benar-benar untuk meningkatkan level permainan dan kompetisi, tidak ada insentif finansial di belakangnya, terutama karena FIFA mendistribusikan kembali dananya ke semua federasi sepak bola di seluruh dunia dalam rangka mengembangkan sepak bola di negara mereka,” ujarnya kepada L’Equipe, dilansir dari Goal.com.

 

Penulis: Melinda Indrasari

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya