Liputan6.com, Newcastle - Baru-baru ini, Newcastle United memperkenalkan manajer barunya pengganti Steve Bruce yang dipecat. Kebanggaan menjadi manajer klub bola milik sultan Arab tersebut jatuh di tangan seorang Eddie Howe.
"Jadikan setiap hari mahakarya Anda," kutipan yang pernah menghiasi dinding kantor Eddie Howe di Bournemouth. Kutipan tersebut datang John Wooden, seorang pelatih bola basket di peruguran tinggi Amerika.
Wooden sepenuhnya mengubah program bola basket UCLA pada 1970-an, membawa mereka ke 10 kejuaraan nasional, termasuk rekor tujuh kali berturut-turut. Pandangannya tentang kesuksesan didasarkan pada ketenangan pikiran karena mengetahui bahwa Anda telah bekerja sebaik mungkin.
Advertisement
Baca Juga
Seperti diwartakan BBC, Selasa (9/11/2021), manajer baru Newcastle United, Howe, mengatakan dalam sebuah podcast Graham Hunter's Big Interview, pada tahun 2016 bahwa membaca salah satu buku Wooden mengubah gagasannya tentang pembinaan, manajemen, dan kehidupan.
"Anda bertanya kepada siapa pun, kekuatan terbesar Ed adalah etos kerjanya," kata Jason Tindall, asisten Howe, dalam podcast Football Daily 5 Live. "Dia tidak meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat dan bekerja sepanjang waktu yang dibutuhkan untuk menjadi sukses."
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Eddie Howe Adalah Seorang Pemikir yang Mendalam
Fokus utama dalam manajemen Howe adalah para pemainnya. Pelatih berusia 43 tahun ini sangat aktif di tempat latihan, seperti yang ditunjukkan dalam video dari Bournemouth saat berada di kamp pra-musim mereka di La Manga pada 2019.
Pria Inggris itu mengenakan mikrofon dan dapat terdengar instruksinya dan bujukan yang berulang kepada pemainnya saat mereka latihan.
Keberhasilannya membawa Bournemouth dari dasar Liga Dua ke Liga Premier dan bertahan hingga lima musim di sana, menunjukkan bahwa Howe memiliki banyak substansi kepelatihan.
"Dia benar-benar pemikir yang mendalam, sangat teliti dan detail dalam pekerjaannya," kata Tommy Elphick yang diangkat kapten Bournemouth oleh Howe setelah bergabung dengan klub di Liga Satu.
"Dia selalu memiliki target dan sangat pandai menyatukan ruang ganti dengan satu tujuan di jantung yang dia lakukan."
Advertisement
Gaya Permainan Menyerang
Membentuk ikatan yang kuat dengan skuadnya adalah salah satu keunggulan lain dari Howe saat di Bournemouth, terutama dalam perjalanan mereka menuju ke Liga Premier.
Skuad itu tidak memiliki reputasi yang baik, tetapi menyatukan tujuan bersama dan dengan pembinaan yang cerdik dari Howe mereka menjadi lebih kuat.
Bagian terpenting lainnya tentang untuk siapa mereka bermain adalah tentu saja para penggemar. Newcastle adalah klub yang membutuhkan seorang manajer untuk memanfaatkan semangat para pendukung dan menjalin ikatan yang kuat antara mereka dan tim.
"Dia menghabiskan banyak waktu untuk mengenal para pemainnya dan hal hebat yang dia lakukan di Bournemouth adalah dia benar-benar memanfaatkan sejarah klub," tampah Elphick. "Dia membuat kami bangga mengenakan kaus itu, membuat kami bermain dengan cara yang sesuai dengan para penggemar."
Gaya bermain juga merupakan kunci untuk menarik perhatian para penggemar. Bournemouth bertahan di Liga Premier bukan dengan memainkan sepak bola yang reaktif dan menyerang balik, tetapi dengan menjadi yang terdepan.
Dalam sebuah wawancara dengan The Coaches' Voice, Howe menyampaikan bagaimana mereka berhasil mengalahkan juara bertahan Chelsea 3-0 di Stamford Bridge pada Januari 2018.
Dia meruntuhkan pendekatannya, yaitu melakukan man-for-man dan menekan tim inovatif Antonio Conte di atas lapangan. Itu adalah contoh pelatih yang mau mengambil risiko.
Rekrutmen yang Meragukan?
Jadi, Howe adalah pelatih langsung dengan reputasi bermain sepak bola menyerang yang juga peduli pada pemainnya, serta mampu mengumpulkan tim. Seperti penunjukkan yang sempurna untuk Newcastle United.
Seperti biasa, tidak ada yang semudah itu. Kritik terhadap Howe tetap datang. Ketika ia melangkah keluar dari zona nyaman Bournemouth untuk memimpin Burnley pada 2011. Tidak berjalan sesuai rencana, Burnley tidak berhasil mempromosikan diri ke Liga Premier.
Dia pergi setelah kurang dari dua tahun dengan alasan keluarga, kehilangan ibunya enam bulan sebelum waktunya di Turf Moor berakhir, serta hidup terpisah dari istri dan anak-anaknya. Kemudian, beberapa penggemar mempertanyakan kemampuan Howe bertahan di Newcastle.
Pengawasan media dan ekspektasi penggemar setelah pengambilalihan Magpies yang didukung Arab Saudi akan menjadi langkah besar dari Bournemouth.
Apakah Howe dapat menanganinya adalah pertanyaan yang layak diajukan, tetapi menulai berdasarkan bukti saat ini tampaknya tidak adil. Hanya waktu yang dapat menjawab.
Â
Penulis: Anastasia Merlinda
Advertisement