Liputan6.com, Jakarta - Pemangkasan jumlah kontingen Indonesia ke SEA Games 2021 oleh Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional atau PPON Kemenpora dipertanyakan banyak kalangan. Tim PPON diminta agar menyampaikan hasil review mereka secara transparan ke publik.
"Keputusan pemangkasan jumlah kontingen Indonesia dalam SEA Games Vietnam ini memicu banyak spekulasi liar," kata Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda di Jakarta, Jumat (22/4/2022).
"Baiknya Tim Review PPON membuka data mereka yang menjadi dasar kenapa satu atlet diberangkatkan yang lain tidak. Kenapa satu cabang harus berangkat, cabang yang lain tidak."
Advertisement
Huda mengungkapkan pemangkasan jumlah kontingen Indonesia ke pesta olahrag multievent yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, 12-23 Mei 2022, itu membuat publik penasaran. Mereka mempertanyakan alasannya hingga waktu yang mendadak.
Selain itu, publik juga bertanya mengenai kewenangan PPON yang begitu besar. "Rasa penasaran tersebut juga tergambar dari berbagai perbincangan publik di media sosial maupun beragam kritik yang disampaikan melalui media massa," ujarnya.
Rasa penasaran publik, tambah Huda, bisa dilihat dari reaksi ketika mengetahui timnas putra futsal Indonesia dicoret dari kontingen SEA Games. Alasannya, dinilai tidak berpotensi meraih medali.
Padahal timnas futsal putra Indonesia kerap mencetak prestasi membanggakan. Terakhir mereka meraih posisi runner up dalam Piala AFF 2022 di Thailand.
"Akhirnya atas desakan yang begitu kuat dari publik, Kemenpora dan Federasi Futsal Indonesia menganulir keputusan pencoretan dan memberangkatkan timnas putra futsal ke SEA Games Vietnam," ujarnya.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Atlet senam
Namun saat polemik pencoretan timnas putra futsal belum sepenuhnya rendah, Huda mengatakan kini publik kembali digegerkan dengan surat terbuka yang disampaikan Sutjiati Narendra. Atlet senam potensial itu gagal berangkat ke Hanoi, Vietnam.
Nasib serupa juga menimpa Muthia Nur Cahya. Pesenam muda asal Makassar yang merebut medali emas PON Papua itu juga tidak diberangkatkan ke SEA Games 2021.
"Sutjiati Narendra dan Muthia Nur Cahya adalah atlet-atlet potensial sehingga wajar jika publik mempertanyakan standar apa yang dipakai oleh Tim Review PPON untuk menentukan satu atlet bisa berangkat satu lain tidak," tukas Huda.
Huda mengatakan berbagai alasan yang disampaikan tim review PPON maupun Kementerian Pemuda dan Olahrag pora menanggapi pencoretan atlet atau cabang terkesan tidak singkron. Dia mencontohkan alasan Ketua Tim Review PPON Moch Asmawi yang menyebut keterbatasan anggaran sehingga hanya atlet berpotensi mendali yang diberangkatkan.
Di sisi lain Menpora Zainuddin Amali berdalih paradigma prestasi olah raga Indonesia harus berubah dari mengejar prestasi di SEA Games atau Asian Games menjadi fokus ke Olimpiade. "Jadi ini mana yang benar, adanya keterbatasan anggaran atau karena mengejar prestadi di Olimpiade sehingga kalau kirim kontingen ke SEA Games Vietnam gak perlu terlalu banyak," tanyanya.
Â
Advertisement
Konsep
Huda menilai menilai harus ada konsistensi antara konsep pembinaan olah raga prestasi dan realisasi di lapangan. Politisi PKB ini menegaskan dirinya sepakat dengan konsep Desain Besar Olah Raga Nasional (DOB) yang mencoba memfokuskan pembinaan ke beberapa cabang olah raga berpotensi medali olimpiade.
Tetapi, harusnya konsep itu segera dioperasionalkan dengan pembangunan pusat-pusat pelatihan, pencarian bibit atlet, dan mempersiapkan berbagai event sebagai sasaran antara.
"Tetapi, dari banyaknya konsep DOB yang saat ini menonjol justru pembentukan Tim Review PPON yang seolah sebagai algojo untuk menentukan siapa yang berangkat dan tidak berangkat ke berbagai event olah raga internasional, termasuk Sea Games Vietnam," pungkas Huda.