TGIPF Ungkap 6 Kelalaian Panpel dalam Tragedi Kanjuruhan

TGIPF Kanjuruhan telah melaporkan temuannya kepada Presiden RI, Joko Widodo.

oleh Marco Tampubolon diperbarui 14 Okt 2022, 16:30 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2022, 16:30 WIB
Aksi Seribu Lilin untuk Korban Kerusuhan Kanjuruhan di GBK
Massa yang tergabung dalam Ultras Garuda Jakarta mengikuti aksi menyalakan lilin dan tabur bunga untuk korban kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang di depan Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (2/10/2022). Aksi tersebut sebagai aksi solidaritas antar suporter dan bentuk keprihatinan atas tragedi kerusuhan suporter sepak bola di Stadion Kanjuruhan Malang. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Mahfud MD, telah melaporkan hasil temuan tragedi Kanjuruhan kepada Presiden RI, Joko Widodo, Jumat (14/10/2022). Laporan setebal 124 halaman itu menjadi pintu untuk menguak akar permasalahan dari insiden di Malang, 1 Oktober lalu.

Dalam keterangannya usai menyampaikan laporan kepada Presiden, Mahfud mengatakan kalau korban yang tewas pada tagedi Kanjuruhan lebih mengenaskan ketimbang berita yang selama ini telah beredar di media maupun media sosial. Pihaknya telah melihat hal itu lewat pemeriksaan CCTV di stadion. 

Menurut Mahfud, gas air mata yang ditembakkan oleh polisi menjadi penyebab utama kematian para korban. Meski demikian, TGIPF dalam laporannya juga menemukan berbagai kelalaian yang dilakukan oleh Panitia Pelaksana (Panpel) Arema sehingga membuat kondisi kericuhan menjadi lebih buruk. 

Salah satu yang disorot oleh TGIPF adalah soal kondisi pintu di Stadion Kanjuruhan. Dalam catatannya, TGIPF menganggap Panpel tidak memperhitungkan penggunaan pintu untuk menghadapi evakuasi penonton dalam kondisi darurat. Saat kejadian, pintu masuk juga berfungsi sebagai pintu keluar dan pintu darurat padahal ada pintu lain dengan ukuran lebih besar yang bisa seharusnya bisa digunakan.  

Kesalahan lainnya adalah, Panpel dianggap tidak punya rencana menghadapi keadaan darurat. Selain itu, Panpel juga dianggap tidak mengetahui adanya ketentuan spesifikasi teknis terkait standa stadion untuk penyelenggaraan pertandingan sepakbola, terutama yang terkait dengan keselamatan. 

Berikut adalah 6 kelalaian Panpel dalam Tragedi Kanjuruhan

 

6 Kelalaian Panpel Versi TGIPF

Potret Tragedi Kerusuhan Stadion Kanjuruhan Malang yang Tewaskan 127 Orang
Polisi menembakkan gas air mata saat kerusuhan pada pertandingan sepak bola antara Arema Vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, 1 Oktober 2022. Menurut Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, hingga saat ini terdapat kurang lebih 180 orang yang masih menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit tersebut. (AP Photo/Yudha Prabowo)

a. Tidak memahami tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan pertandingan,

b. Tidak mengetahui adanya ketentuan spesifikasi teknis terkait stadion yang standar untuk penyelenggaraan pertandingan sepakbola, terutama terkait dengan aspek keselamatan manusia.

c. Tidak memperhitungkan penggunaan pintu untuk menghadapi evakuasi penonton dalam kondisi darurat (pintu masuk juga berfungsi sebagai pintu keluar dan pintu darurat, sementara ada pintu lain yang bisa digunakan dan lebih besar)

d. Tidak mempunyai SOP tentang keharusan dan larangan penonton di dalam area stadion (Safety Briefing).

e. Tidak mempersiapkan personel dan peralatan yang memadai (HT, Pengeras Suara, Megaphone)

f. Tidak menyiapkan rencana dalam menghadapi keadaan darurat.

Pembentukan TGIPF

TGIPF dibentuk hanya beberapa hari sejak tragedi Kanjuruhan meletus di Malang, pada Sabtu (1/10/2022). Tim ini ditugaskan mengusut tuntas insiden kericuhan sepak bola yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya di Liga 1. TGIPF dipimpin langsung oleh Menkopolhukam, Mahfud MD. Tim ini beranggotakan tokoh dari kalangan jurnalis, pengamat, mantan pemain, hingga akademisi.

Selain meninjau langsung lokasi kericuhan, TGIPF juga memanggil berbagai pihak untuk dimintai keterangan. Selanjutnya hasil temuan itu dianalisis mulai Rabu (12/10/2022) sebelum akhirnya diserahkan ke Presiden.

Tragedi Kanjuruhan sendiri bermula saat sejumlah suporter Arema turun ke lapangan usai peluit panjang laga Arema vs Persebaya di Kanjuruhan. Dalam laga ini, Singo Edan kalah dengan skor 2-3. Kehadiran penonton kemudian disambut dengan tembakan gas air mata dari petugas keamanan yang membuat penonton berhamburan menyelamatkan diri.

Infografis Ragam Tanggapan Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Tragedi Arema di Stadion Kanjuruhan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya