Liputan6.com, Jakarta - Graham Potter menolak jadi kambing hitam atas keterpurukan yang dialami Chelsea belakangan ini. Sebagai manajer, pria yang menggantikan posisi Thomas Tuchel itu juga enggan terpengaruh oleh berbagai kritik yang dialamatkan kepadanya.
Sepanjang musim 2022/2023 berjalan, Chelsea mencatatkan rekor yang sangat buruk. The Blues hanya mampu memenangkan dua laga dari 14 laga terakhir di semua kompetisi. Bahkan, tim asal London tersebut harus menelan kekalahan dari juru kunci Liga Inggris, Southampton FC, di kandang mereka sendiri. Sementara ini Chelsea harus puas duduk di peringkat 10 klasemen liga.
Baca Juga
Rentetan hasil buruk ini bertolak belakang dengan aktivitas transfer yang dilakukan Chelsea selama musim ini. Pada bursa transfer musim dingin saja, Chelsea menghabiskan uang sebesar 300 juta poundsterling. Total musim ini The Blues sudah menggelontorkan uang sebanyak 600 juta poundsterling untuk memboyong sejumlah pemain ke Stamford Bridge.
Advertisement
Wajar bila akhirnya muncul pertanyaan mengenai apa atau siapa yang bertanggung jawab atas keterpurukan Chelsea musim ini. Sebagian besar jari pun mengarah kepada Potter. Pria asal Inggris tersebut dianggap tidak becus dalam menangani skuad The Blues saat ini. Badai kritik semakin kencang setelah Chelsea kembali menelan kekalahan 0-1 atas Southampton di Stamford Bridge, Sabtu (18/2/2023).
Namun Potter enggan disalahkan. Pria berusia 47 tahun itu dengan tegas membantah semua tuduhan yang mengarah kepadanya.
“Setelah kekalahan 0-1 di kandang, saya pikir wajar saja kalau anda mendapat kritik. Saya pikir kami sedang dalam periode sulit dan kami punya banyak tantangan untuk menyatukan pemain muda dalam skuad di Liga Inggris,” ujar Graham Potter dilansir dari ESPN.
“Itulah yang terjadi. Saya yakin banyak orang di luar sana yang berpikir sayalah yang jadi masalah. Saya pikir mereka salah dan opini mereka tak perlu ditanggapi,” beber Potter.
Tanggapan Paul Merson
Sementara itu, menyusul kekalahan Chelsea atas Southampton dalam pekan ke-23 Liga Inggris, pandit SkySports, Paul Merson melihat skuad bertabur bintang yang dimiliki Chelsea hanyalah sekelompok individu yang bermain bersama dan bukan sebagai satu kesatuan tim.
"Satu sisi (Southampton) adalah satu kesatuan tim. Dan sisi lainnya (Chelsea) hanyalah sekolompok individu. Saya tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini,’ ucap Paul Merson dikutip dari SkySports.
Mantan pemain yang pernah membela Arsenal tersebut menambahkan, tidak ada pola permainan yang dilakukan oleh Chelsea di atas lapangan. Semua pemain bekerja sendiri bukan dengan tujuan memperoleh kemenangan tim. “Mereka semua yang memegang bola hanya ingin melewati lima atau enam pemain dan tidak ada bagian permainan yang jelas,” tambah Merson.
Hal tersebut dinilai Merson sebagai dampak dari mendatangkan pemain dengan gaya bermain yang identik. “Mereka telah membawa banyak pemain. Tapi mereka semua adalah penggiring bola.”
Advertisement
Kesulitan Mencetak Gol
Sepanjang berjalannya musim ini, Chelsea terlihat sangat kesulitan untuk menciptakan gol. Berdasarkan data yang diperoleh dari Understat, expected goals atau xG yang dimiliki Chelsea di Liga Primer hanya sebesar 30.90. Membuat Chelsea berada di urutan ke-10 di Liga Primer dalam urusan xG.
Meskipun Chelsea memiliki segudang penyerang berkualitas, mereka hanya hanya mampu mencetak total 23 gol di liga. Lebih sedikit dari Marcus Rashford seorang yang telah mengantongi 24 gol dari semua laga yang dimainkannya bersama Manchester United. Kesulitan tersebut sangat bertolak belakang dengan apa yang dimiliki Chelsea di dalam skuadnya.
Kekalahan Memalukan di Kandang
Pada lanjutan Liga Inggris, Chelsea menjamu tim juru kunci, Southampton di Stamford Bridge, Sabtu (18/2) lalu. Berbekal kemewahan skuad yang dimiliki, Chelsea berharap dapat meraih kemenangan dengan mudah atas The Saints. Namun, nasib ternyata berkata lain.
Sejak awal laga, Chelsea sangat kesulitan untuk memecah kebuntuan. Tercatat dari total 17 tembakan yang dilesatkan The Blues ke gawang Southampton, hanya lima yang mengarah ke gawang. Kendati begitu, Chelsea tetap unggul dalam urusan penguasaan bola dengan angka 62 persen banding 38 persen.
Southampton sendiri berhasil menjebol gawang Kepa melalui skema tendangan bebas yang dieksekusi oleh James Ward-Prowse. Skor 1-0 bertahan hingga pluit terakhir dibunyikan. Atas kekalahan ini, Chelsea melanjutkan rekor lima pertandingan tanpa kemenangan berturut-turut dan harus menanggung malu dihadapan para penggemarnya.
Advertisement