Liputan6.com, Jakarta - Beredar kembali di media sosial dan aplikasi percakapan pesan berantai terkait biaya saat seseorang menerima stiker Whatsapp. Pesan berantai ini ramai dibagikan sejak pekan lalu.
Salah satunya yang mengunggahnya adalah akun bernama Ali Usman. Dia mengunggahnya di Facebook pada 22 Februari 2021.
Baca Juga
Berikut isi pesan berantai tersebut:
Advertisement
AKBP NYOMAN:
*Mohon berita berikut ini dicermati 😘
*STOP PEMAKAIAN STICKER Di WHATSAP / WA**Aku juga baru tahu !!
*Tahukah teman2 ku di group ini..Kenapa saya tidak suka menggunakan stiker..?Setiap stiker atau gambar yang saudaraku kirimkan di WA ini pembayarannya dibebankan kpd yg menerima .
Jika anggota group ini ada 20 org saja maka pembuat stiker sudah mendapat uang 20x 250 rupiah untuk satu stiker.
Jika setiap hari di group ini ada 20 stiker dan gambar maka pembuat stiker mendapat uang perhari dari group ini = 20 x20x 250 = 100.000 rupiah.
Jika dalam 1 bln ,brp kah penghasilan pembuat stiker ???dan berapakah uang pengguna WA yang mendapat kiriman sticker tersedot masuk ke rekening pembuat sticker tersebut
Saya mengajak semuanya untuk stop pakai stiker agar paket / uang kita tidak cepat habis utk memperkaya orang yang sudah kaya !!
*Selain besaran nilai rupiah-nya juga memenuhi file data HP.**STOP PENGGUNAAN STICKER..!!
*•AKBP NYOMAN: 🙏👍 ini tolong di sebar ada bagusnya pengiritan dan tidak penting
*mulai sekarang jangan kirim2 Stiker ya saudaraku...* ##
Lalu benarkah pesan berantai yang menyebut penerima stiker di aplikasi Whatsapp dikenakan biaya?
Saksikan video pilihan berikut ini:
Penelusuran Fakta
Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan menghubungi pihak Whatsapp. Mereka memastikan informasi dalam pesan berantai tersebut tidak benar.
"Kami konfirmasi bahwa pesan berantai itu adalah hoaks. Pengguna terus kami ingatkan untuk menerapkan prinsip ABC dalam menerima informasi yakni Amati isinya, Baca sampai habis, Cek sumbernya," bunyi pernyataan Whatsapp pada Cek Fakta Liputan6.com
Artikel terkait hal tersebut bisa dilihat di link ini...
Selain itu Cek Fakta Liputan6.com juga menghubungi pakar keamanan siber Pratama Persadha. Dia menyebut pesan berantai itu tidak benar.
"Sebenarnya pesan berantai ini adalah hoaks yang berulang. Pesan berantai yang menganjurkan menghindari pemakaian stiker pada medsos dan aplikasi chat cenderung menyesatkan," ujar Pratama saat dihubungi Liputan6.com, Senin (22/2/2021).
"Milenial atau pengguna zaman sekarang cenderung suka berekspresi dengan visual maupun audio visual, lihat bagaimana kesuksesan Line akhirnya diikuti oleh Whatsapp dengan adanya stiker itu," katanya menambahkan.
Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber dan Komunikasi (CISSReC) itu juga menjelaskan perbedaan biaya saat menggunakan stiker bukan karena berbayar.
"Penggunaan stiker pada WhatsApp dan lainnya hanya dibebankan pada kuota data. Memang ada perbedaan besaran data dibandingkan teks, namun ukurannya juga tidak signifikan. Untuk teks, per karakter besar 1 byte sedangkan stiker umumnya di bawah 100 kilo byte. Yang besar di aplikasi chat adalah kirim foto, video dan dokumen," katanya menjelaskan.
"Seiring berkembangnya teknologi, selain gif, netizen juga diberi fitur stiker. Sebagian besar gratis, bahkan kita diberikan keleluasaan untuk membuat sendiri, seperti di Whatsapp."
"Lalu yang berbayar juga ada, namun umumnya sekali beli. Keuntungannya karena sekali beli di toko online yang tersedia, bukan karena dipakai berapa juta orang lalu dikali. Modelnya monetize-nya berbeda dengan film dan musik streaming yang dihitung per sewa maupun per beli juga."
Liputan6.com juga pernah menulis artikel terkait hal ini pada 19 April 2020 dengan judul "Heboh Penerima Pesan Stiker di WhatsApp Kena Tarif Rp 250, Ini Faktanya"
Sumber:
Advertisement
Kesimpulan
Pesan berantai yang menyebut penerima stiker di Whatsapp dikenakan biaya adalah hoaks.
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.
Advertisement