Liputan6.com, Jakarta - Misinformasi saat ini menjadi concern masyarakat karena banyak memuat berita-berita palsu terkait isu covid-19 atau vaksin, terutama di media sosial.
Dilansir dari Science Daily, sebuah studi baru yang dilakukan Sara K. Yeo, profesor komunikasi di Universitas Utah, meneliti mengapa sangat sulit mendeteksi misinformasi sains. Dari hasil penelitiannya, ia menyarankan untuk menggunakan humor dalam membantu memerangi masalah tersebut.
Baca Juga
Yeo dan koleganya Meaghan McKassy, asisten profesor komunikasi Universitas Utah Valley, berpendapat ilmu pengetahuan dan literasi media yang terbatas dikombinasikan dengan kendala seperti minimnya jurnalis sains dan penurunan jumlahnya. Koran lokal dapat membatasi kemampuan untuk membedakan fakta dan misinformasi.
Advertisement
"Misinformasi sering dikemas atau dibingkai dengan cara yang sederhana dan emosional, pertimbangkan 'clickbait' online sebagai contoh: Konten semacam itu sering kali memiliki judul menawan yang mempromosikan informasi yang tampaknya memalukan. Hal ini mendorong penggunaan pintasan mental, yang dapat membuat pendeteksian dan penguraian kepalsuan menjadi tantangan," kata Yeo, dilansir Science Daily.
Menurut mereka, emosi yang muncul dari clickbait dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk memproses informasi secara rasional. Namun, kemajuan dari penelitian tentang emosi yang terkait humor, dapat mengungkapkan bagaimana strategi penggunaan humor ini dapat mengatasi masalah tersebut.
Saksikan Video Cek Fakta di Bawah Ini
Pertahanan terhadap Berita Palsu
Pada era misinformasi ini, humor juga berpotensi menjadi pertahanan terhadap berita palsu. Menurut Yeo, pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana humor memengaruhi sikap terhadap sains diperlukan.
“Sains lucu dapat menarik perhatian pada masalah yang mungkin tidak menjadi agenda publik dan bahkan dapat membantu mengarahkan perhatian ke informasi berharga dan akurat yang tertanam dalam lelucon. Humor juga memengaruhi cara kita memproses informasi tentang sains untuk membentuk sikap dan niat berperilaku,” ujar Yeo.
Penelitian terbaru Yeo juga menunjukan bahwa ilmuwan yang menggunakan humor dianggap lebih disukai, akan tetapi informasi yang dihadirkan tetap kredibel.
Yeo dan McKasy juga percaya tidak ada solusi tunggal atau sederhana untuk masalah misinformasi ini, akan tetapi mereka percaya pendekatan yang baik dan realistis adalah menggunakan banyak strategi bersama-sama.
(MG/Jihan Fairuz)
Sumber:
https://www.sciencedaily.com/releases/2021/04/210413095501.htm
Advertisement
Tentang Cek Fakta Liputan6.com
Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia.
Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu.
Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.
Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silakan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.