Hoaks Jadi Penyebab Sebagian Masyarakat Adat Enggan Divaksin COVID-19

Sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat adat terkait program vaksinasi COVID-19 perlu terus dilakukan.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 12 Nov 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2021, 07:00 WIB
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)
Ilustrasi penyuntikan vaksin Covid-19 (Liputan6.com / Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Tanggap Darurat Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN), Annas Radin Syarif menyatakan, informasi palsu atau hoaks terkait COVID-19 dan vaksin masih menjadi salah satu tantangan untuk mendorong program vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat adat.

Annas mengatakan, ada rasa enggan dan ketakutan di beberapa masyarakat adat untuk pergi ke rumah sakit akibat kondisi di perkotaan yang tidak menentu dan adanya berita tidak benar terkait COVID-19.

"Berita-berita yang masih berseliweran di kalangan mereka yang tidak benar terkait COVID-19, sehingga mereka banyak yang agak takut. Ini yang jadi tantangan AMAN untuk mensosialisasikannya," kata Annas dikutip dari Antara, Kamis (11/11/2021).

Dalam kesempatan tersebut, dia menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang berusaha merangkul masyarakat adat untuk vaksinasi COVID-19, termasuk program vaksinasi yang dilakukan terhadap masyarakat Suku Badui pada Oktober 2021 lalu.

Namun, kata Annas, sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat adat terkait program vaksinasi COVID-19 perlu terus dilakukan. Tujuannya, agar masyarakat adat paham akan manfaat dari vaksinasi COVID-19.

"Kalau vaksin langsung di daerah situ diadakan, langsung disuntik, mereka belum tentu mau. Kenapa? Ada yang kemarin belum selesai soal sosialisasi," ucap dia.

Menurutnya, sempat terjadi penurunan minat vaksinasi di kalangan masyarakat hukum adat. Selain karena hoaks terkait vaksin dan COVID-19, terdapat juga kekhawatiran mengenai kejelasan jumlah dosis vaksin yang diberikan kepada masyarakat adat.

"Selama menunggu juga banyak perubahan-perubahan informasi yang mungkin buat masyarakat adat jadi ragu. Soal sosialisasi jadi penting dan yang kedua soal lokasi vaksin," katanya.

Permasalahan lokasi vaksin itu karena tidak semua masyarakat adat berada di daerah yang dapat terjangkau dengan mudah.

Untuk itu, dia menyarankan petugas kesehatan mendatangi desa-desa masyarakat adat, selain untuk melakukan sosialisasi, para petugas kesehatan juga dapat dilibatkan dalam menentukan sentra vaksinasi.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi patner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya