Waspada Cuaca Ekstrem di Bali, Angin Kencang hingga Hujan Lebat

Kondisi cuaca ekstrem melanda Bali akibat beberapa faktor, termasuk indeks ENSO negatif, pertemuan angin, suhu laut tinggi, dan tingginya konsentrasi massa udara basah, sehingga masyarakat diimbau untuk selalu waspada.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 11 Feb 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 16:00 WIB
Masuk Kawasan Rawan Bencana 3, Komplek Pura Terbesar di Bali Sepi Aktivitas
Suasana sepi di komplek Pura Besakih, Rendang, Bali, Minggu (3/12). Komplek Pura Besakih yang masuk dalam zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 terlihat sepi dari aktivitas ibadah serta wisatawan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Bali tengah menghadapi ancaman cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai. Kondisi ini bukan tanpa sebab, beberapa faktor alam bersatu menciptakan situasi yang berpotensi menimbulkan bencana. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan imbauan waspada, meminta masyarakat untuk selalu siaga dan mengikuti perkembangan informasi cuaca terkini.

Dilansir dari Antara, Indeks El Nino Osilasi Selatan (ENSO) di NINO3.4 tercatat mencapai minus 0,89. Angka ini menunjukkan kondisi La Nina yang lemah, namun tetap berdampak signifikan pada peningkatan pola konvektif di wilayah Indonesia bagian timur, termasuk Bali. Pola konvektif yang meningkat ini memicu pembentukan awan hujan dalam jumlah besar dan intensitas tinggi, berpotensi menghasilkan curah hujan yang lebat dalam waktu singkat.

Selain ENSO, pertemuan dan belokan angin juga diprediksi memperparah situasi. Pertemuan massa udara yang berbeda kecepatan dan arahnya menciptakan turbulensi dan peningkatan kecepatan angin di wilayah Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Angin kencang ini berpotensi menimbulkan kerusakan infrastruktur dan mengancam keselamatan masyarakat.

Suhu muka laut di perairan Bali yang relatif tinggi, berkisar antara 28-30 derajat Celcius, juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi. Suhu laut yang hangat meningkatkan penguapan, sehingga menambah pasokan uap air di atmosfer. Uap air ini kemudian berkondensasi dan membentuk awan hujan yang lebih masif.

Lebih lanjut, konsentrasi massa udara basah dari permukaan hingga ketinggian 5.000 meter semakin memperparah potensi cuaca ekstrem. Massa udara basah yang tinggi ini menyimpan energi potensial yang besar, yang dapat dilepaskan dalam bentuk hujan lebat, angin kencang, dan bahkan potensi puting beliung.

 

Ikuti Kuis Cek Fakta Liputan6.com di Aplikasi Youniverse dan menangkan saldo e-money jutaan rupiah.

Caranya mudah:

* Gabung ke Room Cek Fakta di aplikasi Youniverse

* Scroll tab ke samping, klik tab “Campaign”

* Klik Campaign “Kuis Cek Fakta”

* Klik “Check It Out” untuk mengikuti kuisnya

Imbauan Waspada dan Keselamatan

Waspada Cuaca Buruk dan Gelombang Tinggi di Perairan Banten
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau tiga bibit siklon tropis berada di wilayah Indonesia, yaitu 91S, 94S dan 93P. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Menghadapi potensi bahaya cuaca ekstrem ini, BMKG mengimbau masyarakat Bali untuk meningkatkan kewaspadaan. Pantau terus perkembangan informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG dan media massa terpercaya. Siapkan rencana kontijensi jika terjadi bencana, termasuk jalur evakuasi dan tempat perlindungan sementara.

Periksa kondisi bangunan rumah dan pastikan terhindar dari potensi kerusakan akibat angin kencang. Hindari aktivitas di luar ruangan saat cuaca buruk, terutama di daerah rawan bencana seperti lereng perbukitan dan daerah aliran sungai. Jika terjadi hujan lebat disertai angin kencang, segera cari tempat aman dan berlindung.

Kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat merupakan kunci utama dalam menghadapi ancaman cuaca ekstrem. Dengan mengikuti imbauan dan arahan dari pihak berwenang, diharapkan dampak negatif dari cuaca ekstrem dapat diminimalisir. Semoga informasi ini bermanfaat dan dapat membantu masyarakat Bali dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem yang sedang terjadi.

Kesimpulan

Cuaca ekstrem yang melanda Bali merupakan hasil interaksi beberapa faktor alam, antara lain indeks ENSO negatif, pertemuan dan belokan angin, suhu permukaan laut yang tinggi, dan tingginya konsentrasi massa udara basah. Masyarakat diimbau untuk selalu waspada, memantau informasi cuaca terkini, dan mempersiapkan diri menghadapi potensi bencana. Kesiapsiagaan dan kerjasama semua pihak sangat penting untuk meminimalisir dampak negatif dari cuaca ekstrem ini.

 

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya