10 Alasan Warga Jakarta Malas Jalan Kaki

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa warga Jakarta malas jalan kaki?

oleh Sulung Lahitani diperbarui 11 Jun 2015, 06:30 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2015, 06:30 WIB
Gara-gara Penutupan Jalan, Pegawai Kantoran Terpaksa Jalan Kaki
Seorang karyawan menelpon sambil berjalan menuju kantornya di sekitar kawasan Bundaran HI, Jakarta, Rabu (22/4/2015). Sejumlah ruas jalan di Jakarta ditutup sementara waktu terkait puncak Konferensi Asia-Afrika (KAA). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Citizen6, Jakarta Sebagai kota megapolitan, Jakarta memiliki ritme hidup yang sangat cepat. Semua orang terkesan terburu-buru dan ingin semuanya diselesaikan dengan cepat, termasuk cara mencapai tempat tujuan. Jika dibandingkan, jumlah orang yang mau berjalan kaki di Jakarta sangat jauh berbeda dengan yang naik kendaraan. Mengapa?

Dari hasil observasi sederhana, bisa dirangkum 10 hal yang membuat orang Jakarta malas jalan kaki. Padahal jalan kaki itu sehat dan baik untuk kesehatan. Apa saja yang alasan malas jalan kaki ini? yuk, simak!

1. Panas

Sudah menjadi rahasia umum, Jakarta panas! Mau jalan kaki di jalanan Jakarta saat siang hari bolong? Hmm, yakin? Udara yang panas dan gersang membuat jalan kaki semakin tak nyaman. Sedikitnya jumlah pepohonan di tepi jalan membuat keadaan ini semakin buruk.

Pada saat-saat tertentu, suhu udara di Jakarta bahkan mencapai angka 40 derajat Celcius. Kalau sudah begini, siapa yang tahan jalan kaki di bawah langit Jakarta? Menurut para ahli, Jakarta mengalami fenomena Urban Heat Island.

Fenomena ini disebabkan oleh perubahan fungsi lahan dan aktifitas manusia. Makhluk hidup cenderung menyerap panas, sedangkan material yang digunakan untuk pembangunan kota seperti beton dan aspal malah memantulkan panas. Jadi, terjawab sudah mengapa suhu udara di Jakarta sangat panas dan bikin malas jalan kaki.

2. Asap kendaraan

Polusi udara memang bikin kesal! Sudah suhu udara tinggi masih ditambah asap kendaraan yang mengepul tak tau diri, siapa yang bisa jalan kaki di Jakarta? Kotornya udara di Jakarta ini memang disebabkan oleh tingginya emisi gas buruk yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan juga berbagai industri di ibu kota.

Kamu pasti sering lihat orang-orang yang memakai masker penutup hidung dan mulut di Jakarta. Hal ini dilakukan untuk menghindari terhirupnya udara kotor tersebut. Nah, jika udara Jakarta sudah kotor seperti ini, siapa yang mau menghabiskan waktu lama di jalan dan menghirupnya banyak-banyak?

Selanjutnya

3. Penyalahgunaan trotoar

Jika saja trotoar berfungsi sebagaimana mestinya, mungkin peluang orang Jakarta jalan kaki masih lumayan tinggi. Trotoar yang seharusnya ditujukan untuk kaum pejalan kaki ini malah dijadikan lapak dagang oleh para pedagang jalanan. Tak hanya trotoar, mereka juga menggelar barang dagangannya di jembatan penyeberangan yang mengganggu kenyamanan pejalan kaki.

Trotoar tak hanya dimanfaatkan oleh pedagang. Pemilik kendaraan roda dua maupun empat juga tanpa ragu memarkir tunggangannya di trotoar yang seharusnya bersih ini. Terpaksa, para pejalan kaki harus mengalah dengan berjalan turun ke pinggir jalan.

Seolah peralihan fungsi trotoar ini dibolehkan secara hukum, para pengendara motor banyak yang naik ke trotoar dan mengendarai motornya bersaing dengan pejalan kaki. Ini tentu saja tak aman bagi penjalan kaki. Lalu, di mana tempat yang benar-benar aman dan nyaman bagi pejalan kaki? Kalau begini, tentu saja orang Jakarta malas jalan kaki.

4. Rawan ditabrak

Kelihaian pengendara motor dan mobil di Jakarta memang patut diacungi jempol. Ada celah sedikit, mereka akan langsung tancap gas dan berusaha mendahului yang lain. Selain lihai, pengendara juga ternyata tak cukup peka dengan kondisi sekitarnya termasuk pada pejalan kaki.

Yang paling bahaya adalah saat menyeberang jalan. Meskipun sudah menggunakan jalur penyeberangan seperti zebra cross, masih ada saja pengendara yang tak mau berhenti sebentar saja. Akibatnya, penyeberang jalan di jalur yang benar kadang menjadi korban tabrakan oleh pengendara yang tak bertanggung jawab.

5. Rawan tindak kejahatan

Berjalan kaki di Jakarta berarti harus siap dengan segala resiko yang mungkin terjadi. Selain rawan kecelakaan di jalan raya, kamu juga bisa jadi target kejahatan seperti pencopetan dan pemalakan. Untuk menghindari itu semua, jangan jalan kaki di tempat yang sepi.

Pilih jalan yang ramai agar jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, kamu bisa minta tolong ke orang-orang sekitar. Perempuan harus lebih berhati-hati. Hindari jalan kaki seorang diri di tempat sepi dan di malam hari. Aksi pemerkosaan juga sering terjadi di Jakarta. (sul/kw)

Ingin tahu cerita selengkapnya? Baca langsung di sini

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya