Tidur Berjalan, Pemuda Jatuh dari Lantai 8 Apartemennya

Terjatuh dari lantai 8 apartemennya akibat berjalan dalam tidur, pria ini alami patah tulang.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Feb 2018, 14:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2018, 14:00 WIB
Pria yang terjatuh dari lantai 8 ini berhasil selamat (G.N.Miller/NYPost)
Pria yang terjatuh dari lantai 8 ini berhasil selamat (G.N.Miller/NYPost)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria yang berjalan dalam tidurnya terjatuh dari jendela lantai delapan di sebuah apartemen Lower East Side di South Street dekat Clinton Street, New York, Amerika Serikat. Pria bernama Randy Phothisane, 35, itu jatuh hingga enam lantai dan berhenti di lantai dua. Beruntung ia masih selamat bahkan sempat berdiri setelah dibantu petugas pemadam kebakaran yang datang untuk menolongnnya.

"Dia baik-baik saja. Kami menunggu informasi lebih lanjut," kata saudara Phothisane seperti dilansir NY Post. Menurut saudaranya, Phothisane yang bekerja di sebuah lokasi industri itu memang memiliki sejarah berjalan dalam tidur saat ia masih muda.

Pacar Phothisane mengatakan kepada polisi bahwa dia membawa obat tidurnya ke dalam tas sebelum masuk kamar. Saat terjatuh sekitar pukul 5 pagi, Phothisane diketahui hanya memakai celana tidur pendek. Dia akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Bellevue dengan kondisi kaki dan tulang rusuk yang patah serta luka di bagian punggungnya.

"Terima kasih Tuhan dia masih hidup, saya benar-benar tidak tahu bagaimana dia jatuh. Saya benar-benar mengkhawatirkannya,” kata ibunya, Pamela Phothisane. Meski selamat, namun ibunya tetap memarahinya, “Lain kali mungkin kamu tidak akan seberuntung itu,” ujarnya pada Phothisane.

Berjalan Saat Tidur

Berdasarkan penelitian dari Stanford University School of Medicine tahun 2012 menyebutkan, orang yang berjalan saat tidur biasanya karena efek samping dari penggunaan obat tidur dan akan mengalami setidaknya berjalan saat tidur dua kali dalam seminggu.

Studi ini juga melaporkan bahwa secara umum, sekitar 3,6 persen orang dewasa cenderung berjalan dalam tidur dan sekitar sepertiga orang Amerika akan melakukannya di beberapa titik dalam kehidupan mereka.

"Sebagian otak bertanggung jawab untuk gerakan fisik aktif, sementara sebagian otak lagi yang bertanggung jawab untuk fungsi eksekutif saat tertidur," kata Dr. Mark Mahowald, seorang peneliti dan pendiri pusat penelitian sleep-disorder Sleep Forensic Associates.

"Karena itu, sleepwalker bisa melakukan aktivitas yang membutuhkan agensi luar biasa, bahkan melukai diri sendiri atau orang lain, tanpa merasa bersalah atas tindakan mereka,” tutupnya.

Penulis:

Dhita Koesno

** Jadilah bagian dari Forum Liputan6.com dengan pengiriman artikel unik dan terkini melalui email: Forum@liputan6.com

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya