4 Suku Ini Punya Cara Ekstrem Dandani Wanita, Salah Satunya Ada di Indonesia

Meskipun bagi kita tampak aneh, namun bagi sejumlah suku ini justru dianggap cantik.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2018, 17:00 WIB
4 Standar Kecantikan Tak Lazim di Dunia, Ada dari Indonesia
Suku mursi yang menganggap wanita cantik jika bibirnya lebar (Sumber foto: dagelan.co)

Liputan6.com, Jakarta Setiap negara pasti punya kriteria dan standar kecantikan masing-masing. Apa yang mungkin tidak kita anggap cantik justru bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat lain.

Namun, sejumlah suku ini jutru terkenal punya cara ekstrem dalam melihat kecantikan wanita. Biasanya nilai kecantikan tak biasa itu muncul sebagai bagian dari tradisi turun-temurun nenek moyang mereka.

Mengutip berbagai sumber, berikut merupakan empat suku ternama yang punya tradisi untuk mendandani wanita agar cantik, namun dengan cara yang ekstrem.

1. Suku Bagobo dengan gigi runcing

4 Suku Ini Punya Cara Ekstrem Dandani Wanita, Salah Satunya Ada di Indonesia
(Foto: Merdeka)

Wanita suku Bagobo memiliki gigi runcing agar terlihat tambah cantik. Bagi suku di Mindanao, Filipina ini memiliki gigi tajam adalah suatu keharusan untuk menjadi yang paling cantik.

Agar gigi mereka runcing, mereka menggunakan kayu atau bambu untuk memahat gigi mereka. Prosesnya tidak hanya mengerikan dan menyakitkan, tapi juga sangat lama agar bisa tajam sempurna.

2. Suku Kayan dengan leher panjang

20150909-Intip Kecantikan Wanita Leher Panjang Suku Kayan-Myanmar
Seorang wanita etnis Kayan memainkan musik tradisional di desa PanPat, Kayan, Myanmar, Rabu (9/9/2015). Kaum perempuan Suku Kayan ini mengenakan banyak kalung berbentuk cincin di lehernya hingga membuat leher mereka panjang. (AFP PHOTO/Ye Aung THU)

Wanita Suku Kayan di Thailand akan terlihat cantik dengan leher panjang. Mereka memanjangkan leher mereka dengan memakai kumparan atau gelang kuningan sejak berusia lima tahun. Setiap kumparan atau gelang kuningan ini akan diganti dengan yang lebih panjang secara berkala.

Berat kumparan kuningan tersebut yang mendorong tulang selangka turun dan menekan tulang rusuk sehingga membuat leher ini menjadi lebih panjang. Kumparan ini tidak akan dilepas, kecuali jika ingin diganti dengan yang lebih panjang.

Wanita-wanita suku kayan melakukan ini demi alasan kecantikan, namun baru-baru ini, para antropologi atau ahli budaya memunculkan teori tentang tujuan dari adat unik ini, yakni agar lebih menarik, melambangkan naga (figure penting dari cerita rakyat Kayan) dan untuk mencegah harimau menerkam mereka.

3. Suku Dayak dengan telinga panjang

2. Suku Dayak (Indonesia)
Wanita dayak dianggap cantik jika memiliki telinga panjang (Sumber foto: indonesiaupdate.blogspot.com)

Suku Dayak di Kalimantan akan menyebut wanita cantik jika memiliki telinga panjang. Telinga panjang yang menjuntai hingga ke leher. Tradisi menindik telinga bagi para wanita suku ini dilakukan dengan cara menggunakan anting logam atau emas yang jumlahnya terus menerus di tambah hingga membuat telinganya memanjang.

Penambahan anting ini dilakukan tiap satu tahun sekali, untuk mengetahui berapa usia wanita suku dayak, cukup dengan menghitung berapa banyak anting yang menghiasi telinganya.

Memiliki telinga panjang bagi mereka selain menunjukan identitas dan usia, juga sebagai lambang bahwa mereka adalah keturunan bangsawan serta untuk membedakan dengan wanita yang dijadikan budak karena kalah perang atau tidak mampu membayar utang dan kecantikan. Strata sosial mereka akan semakin terangkat seiring banyaknya emas dan panjangnya telinga mereka.

4. Suku Mursi dengan Lip Plate

[Bintang] Suku Mursi
Suku Mursi di Taman Nasional Mago, Ethiopia. (Cezary Filew/Solent News)

Menjadi cantik versi suku Mursi di Ethiopia ini terbilang sangat aneh. Mereka menilai kecantikan seorang wanita dari seberapa lebar ukuran mulutnya. Semakin lebar mulut seorang wanita, maka semakin cantiklah dia.

Tradisi meregangkan bibir ini disebut 'labret' atau 'lip plate', di mana wanita di suku ini mulai memperbesar ukuran mulutnya pada usia yang amat belia yakni 13 hingga 16 tahun.

Caranya pasti sangat sakit, karena bagian bawah mulut diiris sepanjang 1 sampai 2 cm lalu dimasukkan piringan bulat ke dalam irisan luka tersebut. Setelah 2 atau 3 minggu, piringan tersebut diganti dengan ukuran yang lebih besar hingga mencapai diameter 10 sampai 15 cm bahkan ada yang hingga 25 cm.

Meski sangat menyakitkan, tradisi ini harus tetap dilakukan karena bagi wanita yang menolak tradisi tersebut akan mendapatkan sanksi sosial. Piring di mulut para wanita suku Mursi ini menandakan bahwa mereka memiliki daya tahan tubuh yang kuat, kedewasaan dan kecantikan.

5. Tradisi Kaki Lotus

kaki lotus
Kecantikan perempuan di Cina pada zaman dahulu mempunyai kaki kecil seperti lotus

Kaki mungil ini mulanya hanya dijalankan oleh wanita keturunan bangsawan dan dianggap melambangkan keindahan dan kemakmuran. Proses pembentukan kaki seroja ini dilakukan sejak anak berusia empat sampai tujuh tahun.

Awalnya, kaki akan dioles dengan ramuan tumbuh-tumbuhan dan darah hewan agar lemas dan kuku kaki dipotong sedalam mungkin. Lalu semua jarai-jari kaki akan ditekuk ke arah telapak kaki hingga tulang-tulangnya patah.

Jari kaki yang menempel pada telapak kaki kemudian diikat erat dengan kain dan ditekuk sejajar dengan tungkai sampai ke punggung kaki lalu dibebat lagi dengan kain panjang.

Hasilnya kaki akan tumbuh ideal dengan panjang 7-9 cm setelah pembebatan selama 2 tahun. Gadis tersebut akan berjalan sangat perlahan dengan bertumpu pada tumit sehingga cara berjalannya akan berlenggak lenggok.

Nah, gaya berjalan inilah yang dianggap menggemaskan dan seksual bagi para pria. Namun cacat dan infeksi yang dialami kaki ini menimbulkan bau busuk sehingga wanita akan tetap mengenakan kaos kaki dan sepatu saat bercinta.

 

Reporter

Fellyanda Suci Agiesta

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya