Liputan6.com, Jakarta Bermain di jungkat-jungkit bisa jadi hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Umumnya kita bisa menemukan jungkat-jungkit di taman bermain. Namun, seorang arsitek membuat jungkat-jungkit di pagar perbatasan.
Baca Juga
Advertisement
Dosen arsitektur di University of California, Barkeley Ronald Rael bersama Virginia San Fratello yang membangun jungkat-jungkit di pagar pemisah Amerika Serikat-Meksiko.
Video dan foto projeknya itu pun Rael bagikan di Instagram miliknya dan mencuri perhatian. Dalam unggahannya, Rael pun menuliskan, "Salah satu pengalaman paling luar biasa dari karier saya dan @vasfsf menghidupkan kembali gambar konseptual Tembok Teetertotter dari tahun 2009"
Rael melalui caption-nya pun menambahkan bahwa hal jungkat-jungkit itu bermakna adanya hubungan antara dua sisi. Aksi di satu sisi akan berdampak pada sisi lainnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Teeter-totter Wall
Dalam unggahannya, terlihat tiga jungkat-jungkit berwarna merah muda yang berada di perbatasan AS dan Meksiko. Jungkat-jungkit itu membuat orang di AS dan Meksiko bisa bermain bersama.
Jungkat-jungkit itu berasal dari konsep Teeter-totter Wall yang digagasnya pada 2009. Senin (29/7/2019) Rael mengunggah perwujudan konsep jungkat-jungkit itu di Instagramnya.
Ronald Rael memang dikenal sebagai orang yang menolak tembok perbatasan. Konsep jungkat-jungkit itu pun tertulis pula dalam bukunya yang berjudul Borderwall as Architecture.
Advertisement
Ramai di media sosial
Diunggah di Instagram, projeknya itu mencuri perhatian. Hingga Rabu (31/7/2019), unggahannya telah mendapat lebih dari 128 ribu likes dan 3,7 ribu komentar.
Berbagai akun lain pun mengunggah ulang video dan foto jungkat-jungkit itu. Salah satu akun yang mengunggahnya adalah @martinezmau di Twitter.
"Pengingat yang indah bahwa kita terhubung: apa yang terjadi di satu sisi memengaruhi sisi lainnya." tambah @martinezmau.
Hingga Rabu (31/7/2019), twit itu pun telah mendapat lebih dari 370 ribu likes dan 129 ribu retweet.
Artists installed seesaws at the border wall so that kids in the U.S. and Mexico could play together. It was designed by architect Ronald Rael.
— Mauricio Martínez (@martinezmau) July 30, 2019
Beautiful reminder that we are connected: what happens on one side impacts the other.
🇲🇽 ❤️ 🇺🇸 pic.twitter.com/vSpfxhtvkX
Beragam respons warganet
Berbagai respons muncul dari jungkat-jungkit itu. Bagi segelintir warganet foto itu mengingatkannya pada film The Boy in the Striped Pajamas.
Banyak pula warganet yang berkomentar kagum, sedih, atau juga mengkritiknya. Komentar itu misalnya dari akun @jerryraw1, "Manis dan sedih dalam satu waktu.. setidaknya untuk sebentar, mereka senang."
Ada pula pujian dari akun @ehl2013, "Saya tersentuh dengan ini! Setelah beberapa tahun hanya konsep, ini aktualisasi yang luar biasa dan bermakna. Selamat untuk semua orang yang terlibat dalam mewujudkannya!"
Selain menuai pujian, jungkat-jungkit itu pun menuai respons kritik dari warganet. Salah satu kritik itu disampaikan akun @AWorawongwasu melalui thread-nya di Twitter yang melihat seni itu dari sudut pandang lain seperti politik dan kolonialisme.
This is literally dystopic, and horrifying to see as an Indigenous person and a migrant, but aight. https://t.co/0KCXBs919n
— Aree Worawongwasu (@AWorawongwasu) July 30, 2019
Penulis:
Santi Muhrianti
Universitas Padjadjaran
Advertisement