Alasan Mengapa Lebaran Identik dengan Ketupat dan Opor Ayam

Lantas pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa Lebaran identik dengan kedua hidangan ini?

oleh Camelia diperbarui 13 Mei 2021, 12:20 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2021, 12:20 WIB
Pedagang Kulit Ketupat Mulai Marak
Pedagang menunjukkan kulit ketupat dagangannya di bawah kolong jembatan kawasan Pesanggrahan, Jakarta, Senin (10/5/2021). H-3 menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H, penjualan kulit ketupat mulai marak yang dijual dengan harga Rp 8.000 per 10 buahnya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Idul Fitri selalu menjadi momen yang dinantikan kehadirannya oleh seluruh umat muslim. Berbagai tradisi dan penyajian hidangan istimewa siap menemani momen hangat lebaran.

 

Hidangan lebaran merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi Idul Fitri di Tanah Air. Bahkan dari jauh-jauh masyarakat telah bersiap menyajikan hidangan lebaran.

Saat lebaran, ada sejumlah hidangan yang dianggap wajib tersaji di meja makan. Dua di antaranya yang tak pernah terlwatkan adalah ketupat dan opor. Ya, lebaran sangat identik dengan ketupat dan opor ayam.

Lantas pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa lebaran identik dengan kedua hidangan ini?

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Makna Filosofis Ketupat dan Opor

Pedagang Kulit Ketupat Mulai Marak
Pedagang menyelesaikan pembuatan kulit ketupat yang dijual di bawah kolong jembatan kawasan Pesanggrahan, Jakarta, Senin (10/5/2021). H-3 menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H, penjualan kulit ketupat mulai marak yang dijual dengan harga Rp 8.000 per 10 buahnya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Rupanya bukan tanpa alasan, setiap jenis hidangan khas Lebaran selalu memiliki makna filosofis yang mendalam, begitu juga dengan ketupat dan opor.

Penyajian ketupat dan opor ayam menjadi wajib karena sekaligus sebagai simbol pengingat umat manusia atas segala kekurangan dan kelemahannya.

Ketupat rupanya memiliki filosofi tersendiri dan sejarah yang panjang. Ketupat merupakan bagian dari tradisi Idul Fitri di tanah Jawa. Awalnya makanan ini dipopulerkan oleh salah satu dari Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga.

Sunan Kalijaga memperkenalkan dua kali perayaan lebaran, yaitu lebaran hari raya idul fitri satu syawal dan lebaran kupat. Lebaran kupat adalah perayaan lebaran setelah menjalani puasa sunah tujuh hari pasca 1 syawal. Tradisi lebaran kupat ini berlaku hanya di beberapa daerah yang sebagian besar berada di tanah Jawa.

Sebagai Simbol Kerendahan Hati untuk Mengakui Kesalahan

ilustrasi ketupat lebaran/pexels
ilustrasi ketupat lebaran/pexels

Seperti unsur-unsur tradisi Jawa-Islam lain yang diperkenalkan sang wali, ketupat juga memiliki makna tersendiri. Ketupat berasal dari kata kupat yang memiliki makna ganda, yaitu ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan).

Laku papat alias empat tindakan yang dimaksud adalah luberan, leburan, lebaran, dan laburan. Keempatnya bermakna berakhirnya puasa, berbagi rezeki berlimpah dalam artian zakat fitrah, peleburan dosa dan memutihkan kembali hati.

Tak cukup sampai di situ, penggunaan janur dan bentuk ketupat yang khas pun memiliki arti tersendiri. Secara fisik, anyaman ketupat juga merupakan simbol jalan hidup manusia yang penuh dengan permasalahan, penuh dengan liku-liku.

Sementara itu, daun kelapa muda yang mudah dibentuk, masih lentur, dan memiliki kondisi yang masih baik, secara filosofis menggambarkan sifat manusia yang dapat dibentuk, diarahkan, dididik agar hidupnya selalu indah.

Opor Ayam

Opor Ayam
Ilustrasi/copyright shutterstock.com

Selanjutnya, penyajian opor sebagai teman makan ketupat saat Llebaran juga bukan tanpa alasan. Opor dibuat dengan kuah santan, sementara santan memiliki bunyi yang mirip dengan pangapunten.

Kata ini berarti permintaan maaf di dalam bahasa Jawa. Jadi penyuguhan opor sebagai pendamping ketupat memiliki makna simbolis mengakui kesalahan dengan tulus dan diikuti permintaan maaf.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya