Hukum dan Tata Cara Sholat Tolak Bala dalam Tradisi Rebo Wekasan

Bagaimana hukum dan tata cara sholat tolak bala saat tradisi Rebo Wekasan?

oleh Camelia diperbarui 21 Sep 2022, 08:10 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2022, 17:01 WIB
Ilustrasi sholat hajat
Ilustrasi Sholat Hajat (Sumber: Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Rebo Wekasan menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia. Rebo Wekasan sendiri merupakan Rabu terakhir di bulan Safar atau Shafar. 

Bagi sebagian orang, Rebo Wekasan dianggap sebagai hari keramat dan menakutkan. Pasalnya mereka meyakini bahwa pada hari itu akan ada bencana yang datang. Pada tahun 1444 M ini, Rabu wekasan jatuh pada tanggal 21 September 2022 atau 24 Safar 1444 H.

Tradisi Rebo Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lainnya. Umumnya, tradisi ini dilakukan dengan menjalani sholat dan berdoa. Masyarakat yang melakukan sholat ini memohon keselamatan dari berbagai bencana dan penyakit. 

Dilansir nu.or.id, Selasa (20/9/22), keputusan musyawarah NU Jawa Tengah tahun 1978 di Magelang menegaskan bahwa sholat khusus Rebo Wekasan hukumnya haram, kecuali jika diniati sholat sunnah muthlaqah atau niat sholat hajat. Jika Anda melakukan sholat tersebut dengan niat sholat sunah mutlak atau sholat hajat, maka hukumnya boleh dilakukan.

Sholat sunah mutlak adalah sholat yang tidak dibatasi waktu, sebab, dan bilangannya tidak terbatas. Sementara itu sholat hajat adalah salat yang dilaksanakan saat memiliki keinginan atau jahat tertentu, termasuk hajat li fa'il makhuf (menolak hal-hal yang dikhawatirkan).

 

Niat Salat Tolak Bala

Tata Cara Sholat Jamak
Tata Cara Sholat Jamak (Sumber: Pixabay)

"Usholli sunnatal lidaf'il balaa rokatainii lillaahi ta'ala."

Artinya: "Saya salat sunnah untuk tolak bala dua rakaat karena Allah Ta'ala."

 

Tata Cara Sholat Tolak Bala

Tata cara pelaksanaan salat tolak bala sebenarnya sama seperti salat sunnah pada umumnya, hanya terdapat sejumlah surat yang dibaca.

1. Pada rakaat pertama membaca Al Fatihah, kemudian membaca surat Al-Kautsar 17x

2. Pada rakaat kedua, setelah Al Fatihah dilanjutkan surat Al-Ikhlas 5x

3. Pada rakaat ketiga, setelah Al Fatihah kemudian surat Al-Falaq 1

4. Pada rakaat keempat membaca Al Fatihah yang dilanjutkan surat An-Nas 1

 

 

Penjelasan Rebo Wekasan atau Rabu Terakhir Bulan Safar Menurut Buya Yahya

Buya Yahya tentang amalan puasa di 1 Muharram
YouTube Al-Bahjah TV

 Rebo Wekasan atau Rabu terakhir bulan Safar oleh sebagian kalangan dianggap sebagai hari keramat dan menakutkan. Pasalnya, di hari tersebut diyakini bahwa Allah akan menurunkan banyak bencana.   

Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah (LPD) Al-Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya mengatakan, tidak ada petunjuk dari Rasulullah SAW bahwa harus mengamalkan amalan di Rebo Wekasan atau Rabu terakhir bulan Safar.

 

Menurut Buya Yahya, cerita tentang Rebo Wekasan adalah cerita tentang orang saleh mendapatkan berita (ilham) bahwasanya di hari itu akan turun penyakit. Lalu meminta perlindungan dari Allah agar dijauhkan dari penyakit.

“Kalau (ajaran) dari nabi tidak ada, cuma kalau udah katanya ulama selagi tidak bertentangan dengan ajaran nabi tidak bisa kita (katakan) langsung murni bid’ah,” jelasnya dikutip dari YouTube Al-Bahjah TV, Selasa (20/9/2022).

Menurutnya, ketika orang saleh mendapatkan ilham boleh dipercaya boleh juga tidak. Dengan catatan selama yang dilakukan hasil ilham tersebut tidak bertentangan dengan ajaran nabi.

“Misalnya bersedekah atau salat hajat agar dijauhkan dari malapetaka, maka mengikuti ilham selagi itu tidak bertentangan syariat itu boleh,” Buya Yahya mencontohkan.

Buya Yahya menambahkan, bila ada yang tidak mempercayai ilham tersebut jangan dicaci maki. Misalnya, seseorang memilih tidak melakukan amalan saat Rebo Wekasan karena tidak diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Ilham Bukan Hujjah

Buya Yahya (Foto: YouTube)
Buya Yahya (Foto: YouTube)

Ulama kondang ini menegaskan jika ilham bukan hujjah. Sekalipun seorang wali kutub mendapatkan ilham, tidak boleh menjadi hujjah. 

“Tapi kalau Anda percaya karena dia saleh, kemudian ilhamnya tidak melanggar syariat, maka boleh Anda ikuti,” ujarnya.

“Jadi kalau Anda mempercayai guru Anda seorang yang saleh boleh-boleh saja dilakukan, akan tetapi yang Anda lakukan tentunya dasarnya adalah nabi, bukan dasarnya ilham. Ilham pengantar kepada sunah nabi,” tambah Buya Yahya.

Buya Yahya mencontohkan, misalnya berdasarkan dari ilham bahwasanya pada Rabu terakhir bulan Safar akan turun bala, maka tolaklah bala dengan salat dua rakaat.

“Salat apa itu? Salat yang pernah diajarkan nabi untuk menolak bencana namanya hajat. Kemudian ditambah lagi sedekah. Nabi yang nyuruh, itu boleh,” kata Buya Yahya.

  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya