Liputan6.com, Jakarta - Cokelat memiliki rasa yang manis dan sedikit pahit. Cokelat juga telah menjadi makanan favorit bagi banyak orang.
Saat kamu merasa sedih, terkadang dengan mengonsumsi cokelat, kamu bisa menaikkan mood-mu kembali. Berbagai olahan makanan pun sudah banyak yang menggunakan cokelat sebagai variasi topping-nya.
Baca Juga
Melansir Live Strong, Minggu (4/12/2022), pada 2015, penjualan cokelat di seluruh dunia melebihi 100 miliar dolar. Meskipun cokelat memiliki beberapa manfaat kesehatan, namun manfaat-manfaat yang diduga ini mungkin harus dibayar mahal.
Advertisement
Penulis ulasan Januari 2015 di Integrated Environmental Assessment and Management mencatat beberapa efek kesehatan negatif dari konsumsi cokelat secara berlebihan. Berikut ini enam dampak negatif mengonsumsi cokelat terlalu sering bagi kesehatan:
1. Alergen yang Tidak Dicantumkan
Alergi makanan memengaruhi jutaan orang. Alergen yang tidak disebutkan sering memicu penarikan produk.
Sebuah makalah pada bulan April 2017 di Journal of Food Protection menunjukkan bahwa banyak cokelat batangan mengandung alergen yang tidak dicantumkan seperti susu dan kacang-kacangan.
Makanan ini dapat menyebabkan reaksi parah pada beberapa orang. Kontaminasi semacam itu kerap terjadi bahkan ketika produsen melabeli produknya sebagai produk yang aman.
2. Elemen Beracun
Cokelat juga mungkin mengandung racun yang tidak disebutkan.
Sebuah laporan pada Maret 2018 dalam Journal of Food Composition and Analysis menunjukkan bahwa cokelat olahan dan kakao mentah memiliki kadar kadmium dan nikel yang tidak aman.
Logam berat ini terakumulasi dalam tubuh kamu dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Sayangnya, anak-anak di seluruh dunia mungkin mendapatkan paparan logam berat yang tak dapat ditolerir dari makan cokelat.
3. Bakteri Berbahaya
Kontaminasi antigen merupakan salah satu risiko terbesar dalam produksi cokelat. Praktik produksi modern telah sangat mengurangi risiko ini.
Meski begitu, 25 persen dari sampel cokelat memiliki kontaminasi bakteri ketika diperiksa selama penelitian yang ditampilkan dalam artikel 2015 di jurnal Food Control.
Menariknya, biji kakao menunjukkan sedikit kontaminasi, sehingga kontaminasi terjadi selama pemrosesan. Enterobacteriaceae di tangan pekerja itulah yang menjadi sumbernya.
4. Penambahan Berat Badan
Obesitas memengaruhi sekitar 36 persen populasi Amerika, dan kalori kosong dalam cokelat mungkin memainkan peran.
Sebuah makalah Maret 2015 di Obesity melihat korelasi antara makan permen cokelat dan kenaikan berat badan. Para peneliti menyurvei orang-orang pascamenopause selama periode tiga tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa wanita yang memiliki asupan cokelat lebih tinggi lebih mungkin untuk menambah berat badan.
Advertisement
5. Nyeri Ulu Hati
Efek samping negatif dari cokelat mungkin termasuk nyeri ulu hati (heartburn). Menurut American Society for Gastrointestinal Endoscopy, cokelat menurunkan tekanan sfingter esofagus, perubahan yang dapat membuat kamu rentan terhadap heartburn.
Bahkan, sebuah pengumuman dari Institut Nasional Diabetes and Digestive and Kidney Diseases merekomendasikan untuk menghindari cokelat sebagai cara untuk mencegah gejala penyakit asam lambung.
6. Meningkatkan Risiko Kanker
Makan cokelat menawarkan banyak flavonoid. Antioksidan ini telah membantu melawan kanker. Namun, penulis artikel Juli 2016 di BMC Cancer menyarankan sebaliknya.
Para peneliti ini menyurvei beberapa ribu orang dengan kanker prostat. Korelasi menunjukkan bahwa asupan cokelat yang lebih besar membuat lebih mungkin seorang peserta menderita kanker.
Para penulis mempertimbangkan beberapa penjelasan untuk hasil yang mengejutkan ini. Misalnya, kandungan karbohidrat tinggi dari sebagian besar produk cokelat mungkin telah berkontribusi. Cokelat bebas gula bisa menawarkan manfaat kakao tanpa meningkatkan risiko obesitas dan kanker.
Advertisement