Liputan6.com, Jakarta - Tekanan atau nyeri pada dada lebih erat kaitannya dengan stres, kecemasan, sampai kepanikan daripada penyakit jantung. Sebab, ketika sedang stres atau panik, tubuh akan melepas hormon stres yang memicu segala macam gejala fisik dan nyeri dada menjadi salah satu efeknya.
Saat mengalami stres atau kecemasan, tubuh kita masuk ke dalam mode "fight or flight," yang mampu menghasilkan berbagai gejala fisik, emosional, dan perilaku. Ini merupakan respons otomatis yang bahkan mungkin jarang kita ketahui secara sadar dan kondisi ini bisa menjadi bahaya yang nyata.
Baca Juga
Dalam keadaan stres, tubuh akan melepaskan hormon seperti adrenalin dan kortisol, yang memiliki efek kuat pada tubuh dan pikiran seseorang. Setiap individu merespons hal ini dengan cara yang berbeda-beda dan mengalami stres dengan cara yang unik pula. Perasaan seperti nyeri dada menjadi salah satu respons tersebut.
Advertisement
Mengutip dari Very Well Mind, Senin (26/12/2022), selain tekanan pada dada, respons tubuh terkait dengan stres di antaranya sebagai berikut.
- Perasaan berat di bagian dada
- Rahang yang terkatup
- Merasa gelisah
- Merasa berjarak atau mati rasa secara emosional
- Mengalami detak jantung yang berdebar-debar dan tangan berkeringat
- Mengalami sesak napas
- Merasa mual dan gemetar
- Mengalami kesulitan konsentrasi
- Merasa marah atau mudah tersinggung
Mengalami sesak dada atau tekanan di area dada sangat umum terjadi kala kita masuk ke masa stres atau sedang mengalami kecemasan. Akan tetapi, hal ini bisa bertambah buruk jika kita tidak menganggap serius kondisi tersebut.
Â
Komplikasi Stres dan Sesak Dada
Stres tidak hanya terasa tidak enak, tetapi juga bisa berdampak negatif pada kesehatan, terutama jika kondisi stres semakin kronis. Stres dapat memengaruhi sistem otot, sistem pernapasan, hormon, saluran pencernaan, sistem saraf, dan bahkan sistem reproduksi.
Stres juga berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penyakit seperti diabetes, obesitas, depresi, dan kelelahan kronis. Meskipun sesak dada tidak selalu menjadi pertanda penyakit jantung, stres nyatanya mampu memperburuk kondisi jantung.
Advertisement
Mengatasi Sesak Dada karena Stres
Mengalami sesak dada bisa membuat seseorang yang stres tambah merasa kewalahan. Hal itu dapat menenangkan jika kita mengetahui bahwa gejala sesak tersebut diakibatkan oleh stres dan bukan kondisi medis. Akan tetapi, kita masih harus tetap mengatasi stres tersebut.
Beberapa pemicu utama seseorang mengalami stres di antaranya adalah stres kerja, stres hubungan, stres uang, sampai stres tentang keadaan dunia yang tidak bisa dihindari.
Meskipun begitu, semua orang memiliki kendali dalam mengelola stresnya. Salah satunya adalah melakukan perubahan gaya hidup.
Beberapa perubahan gaya hidup yang disarankan, di antaranya sebagai berikut.
- Tambah jadwal berolahraga ke dalam jadwal harian
- Pastikan tubuh mendapatkan cukup tidur
- Makan secara teratur dan tidak melewatkan waktu makan
- Kurangi kafein dan alkohol
- Luangkan waktu setiap hari untuk berbaring diam dan bernapas dalam-dalam
Jangan Lakukan Self-Diagnose
Tidak perlu panik jika mengalami stres dan tekanan dada secara bersamaan. Namun, apa pun keadaannya kita tidak disarankan untuk mendiagnosis diri sendiri, mengingat kondisi ini bisa saja serius dan disebabkan oleh kondisi medis tertentu.
Jika kita memiliki kondisi jantung yang mendasari dan mengalami tekanan dada, coba cari perawatan medis darurat, terlepas dari penyebab yang kita pikirkan.
Biasanya, gejala serangan jantung terjadi setelah aktivitas fisik, bukan saat kita beristirahat. Gejala serangan jantung juga biasanya memburuk dari waktu ke waktu dan tidak menghilang.
Advertisement