Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda larangan hukum terhadap platform media sosial TikTok. Hal itu menjadi alasan untuk merayakan bagi 170 juta pengguna TikTok di Amerika Serikat.
Mengutip CNN, Selasa (21/1/2025), hal ini berbeda dengan di China, tempat perusahaan induk TikTok berada tidak begitu positif.
Baca Juga
Hal ini terutama karena Donald Trump telah mengisyaratkan ia dapat meminta perusahaan untuk menyerahkan 50% saham TikTok untuk mencegah penutupan. Selain itu, ia juga mengisyaratkan tarif atas barang-barang China dapat bergantung pada apakah Beijing menyetujui kesepakatan potensial pada masa mendatang.
Advertisement
Ketika ditanya mengenai visi Donald Trump untuk masa depan TikTok, Kementerian Luar Negeri China mengatakan “operasi dan akuisisi perusahaan” harus diputuskan oleh perusahaan dan sejalan dengan hukum China.
"Amerika Serikat harus sungguh-sungguh mendengarkan suara akal sehat dan menyediakan lingkungan bisnis yang terbuka, adil, jujur, dan tidak diskriminatif bagi perusahaan-perusahaan dari semua negara,” ujar Juru Bicara Guo Jiakun pada Selasa pekan ini.
Adapun beberapa jam setelah pelantikannya pada Senin, 20 Januari 2025, Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang menunda selama 75 hari penegakan hukum yang haruskan TikTok dilarang di AS kecuali jika dijual kepada pembeli dari AS atau salah satu sekutunya.
Tindakan eksekutif tersebut mengikuti janji Donald Trump pada Minggu lalu, ia akan menunda penegakan hukum.
TikTok menuturkan, jaminan tersebut memungkinkan untuk kembali online setelah tidak aktif selama lebih dari 12 jam selama akhir pekan.
“Penundaan itu akan membantu pemerintahan Donald Trump menentukan arah yang tepat ke depan dengan cara yang tertib yang melindungi keamanan nasional sambil menghindari penutupan tiba-tiba platform komunikasi yang digunakan oleh jutaan orang Amerika Serikat,” demikian isi perintah tersebut.
Reaksi China
Dalam beberapa hari terakhir, Donald Trump telah berulang kali menyatakan mungkin terbuka terhadap pembeli Amerika Serikat yang membeli setengah dari perusahaan dan menjalankannya sebagai usaha patungan 50:50 dengan pemiliknya saat ini di China, ByteDance.
Usaha patungan yang melibatkan perusahaan AS dengan 50% saham di TikTok akan melunakkan isi hukum yang kontroversial itu, meskipun tidak jelas apakah anggota parlemen AS atau TikTok yang menyangkal hal itu menimbulkan risiko keamanan nasional bagi orang Amerika Serikat akan menerimanya.
Reaksi Keras China
Di media sosial China, salah satu dari sekian banyak upaya Amerika Serikat untuk menghalangi kecakapan teknis Beijing, saran Trump disambut negatif.
Puluhan juta pengguna di platform media sosial Weibo berbondong-bondong dengan tagar yang terkait dengan potensi kepemilikan 50-50, dengan banyak yang mengecam pemerintah Amerika Serikat.
“Apple dan Tesla juga harus menyerahkan 50% saham mereka kepada perusahaan China,” demikian dari salah satu komentar.
Advertisement
TikTok dan Tarif
Terlepas dari ketidakpastian seputar nasib TikTok, baik Amerika Serikat (AS) dan China tampaknya menunjukkan minat untuk berdialog saat pemerintahan baru mulai berjalan.
Pada panggilan telepon dengan Trump pada Jumat pekan lalu, pemimpin China Xi Jinping menyerukan “titik awal baru” dalam hubungan Amerika Serikat (AS) dan China dan menekankan kepentingan bersama yang luas. Trump mencatat panggilan itu mencakup diskusi tentang TikTok.
Xi juga mengutus Wakil Presiden China Han Zheng ke pelantikan Donald Trump, pejabat senior yang pernah dikirim China ke pelantikan Presiden AS.
Perintah eksekutif Donald Trump tentang TikTok merupakan salah satu dari serangkaian sinyal dari presiden yang baru dilantik kalau ia bersedia negosiasi dengan China meski berkampanye dengan sikap garis keras terhadap China, saingan geopolitik utama Amerika Serikat.
Pada Senin, 20 Januari 2025, Donald Trump juga menahan diri untuk tidak mengenakan tarif dagang pada barang-barang China, sesuatu yang menurut pengamat dapat menjadi agenda hari pertamanya.
Saat kampanye, Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif lebih dari 60% atas impor China ke AS, dan Beijing telah bersiap hadapi persaingan ekonomi yang lebih ketat dengan AS.
Saat ditanya tentang tarif itu, Donald Trump menuturkan bea yang ia kenakan sebagai presiden pertama kali masih berlaku. Ia tidak menyebutkan batas waktu kapan akan mengenakan tarif lebih banyak. Namun, ia tetap mengenakan tarif terhadap barang Meksiko dan Kanada yang mulai berlaku 1 Februari 2025.