Studi: Mimpi Buruk Bisa Jadi Tanda Peringatan Dini Anda Hadapi Masalah Kesehatan Berikut

Penelitian terbaru telah menemukan hubungan antara mimpi yang menyusahkan dan masalah kesehatan utama yang mendasarinya.

oleh Camelia diperbarui 10 Jun 2023, 19:15 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2023, 19:15 WIB
Ilustrasi orang tidur.
Ilustrasi orang tidur. (dok. Manbob86/Pixabay/ Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta Jika Anda pernah terbangun dalam keadaan panik di tengah malam, Anda pasti tidak sendiri. Mimpi buruk mengganggu tidur kebanyakan orang di beberapa titik atau lainnya.

Itu tidak berarti mimpi buruk tidak perlu dikhawatirkan. Penelitian terbaru telah menemukan hubungan antara mimpi yang menyusahkan dan masalah kesehatan utama yang mendasarinya. 

Para peneliti di University of Birmingham di Inggris baru-baru ini menemukan hubungan antara mimpi buruk dan penyakit Parkinson. Dalam studi pada Juni 2022 yang diterbitkan di eClinicalMedicine, para peneliti menggunakan data dari AS selama 12 tahun dan menganalisis 3.818 pria lanjut usia yang hidup mandiri. Dari jumlah tersebut, ada 91 kasus penyakit Parkinson yang didiagnosis pada akhir penelitian.

Menurut para peneliti, peserta yang sering mengalami mimpi buruk dua kali lebih mungkin mengembangkan Parkinson dibandingkan mereka yang tidak. Mereka yang mengalami peningkatan mimpi buruk selama lima tahun pertama penelitian lebih dari tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit tersebut, yang menunjukkan bahwa mimpi yang sering mengganggu mungkin merupakan gejala prodromal [penyakit Parkinson], studi tersebut menyatakan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mereka juga terhubung dengan gangguan otak lainnya

Ilustrasi Demensia
Ilustrasi demensia. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Parkinson bukan satu-satunya gangguan otak yang berpotensi terkait dengan mimpi buruk. Sebuah studi lanjutan dari peneliti yang sama, diterbitkan Oktober 2022 di eClinicalMedicine, menemukan hubungan antara mimpi buruk dan demensia. Studi tersebut mengamati data dari lebih dari 600 orang di AS antara usia 35 hingga 64 tahun dan 2.600 orang berusia 79 tahun ke atas.

"Saya menemukan bahwa peserta paruh baya yang mengalami mimpi buruk setiap minggu empat kali lebih mungkin mengalami penurunan kognitif (pendahulu demensia) selama dekade berikutnya, sedangkan peserta yang lebih tua dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita demensia," penulis studi tulis Abidemi Otaiku dalam sebuah artikel untuk Science Alert. 

"Secara keseluruhan, hasil ini menunjukkan bahwa seringnya mimpi buruk mungkin merupakan salah satu tanda paling awal dari demensia, yang dapat mendahului perkembangan memori dan masalah berpikir selama beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun, terutama pada pria."


Otak Anda bukan satu-satunya bagian tubuh Anda yang bisa bermasalah

Ilustrasi Depresi
Ilustrasi Depresi. (Gambar oleh Anemone123 dari Pixabay)

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mimpi buruk tidak hanya berhubungan dengan otak Anda. Selama pertemuan tahunan Associated Professional Sleep Societies pada tahun 2020, para peneliti mempresentasikan studi baru yang menghubungkan mimpi buruk dengan penyakit jantung, Medscape Medical News melaporkan. Studi tersebut mengamati 3.468 veteran yang melayani satu atau dua tur sejak 11 September 2001. Dari jumlah tersebut, sekitar 31 persen melaporkan sering mengalami mimpi buruk, dan 35 persen melaporkan mengalami mimpi buruk yang cukup menyusahkan selama seminggu sebelumnya.

Bahkan setelah menyesuaikan hasil untuk usia, ras, jenis kelamin, depresi, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), para peneliti masih menemukan bahwa mimpi buruk yang sering secara signifikan terkait dengan hipertensi dan masalah jantung.

 

"Diagnosis PTSD menggabungkan gangguan tidur sebagai gejala. Oleh karena itu, kami terkejut menemukan bahwa mimpi buruk terus dikaitkan dengan [penyakit kardiovaskular] setelah mengendalikan tidak hanya PTSD dan faktor demografis, tetapi juga diagnosis depresi," Christi Ulmer, PhD, asisten profesor di Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Duke University Medical Center, mengatakan kepada Medscape Medical News.

infografis gejala demensia
Gejala Demensia di Usia Senja
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya