Liputan6.com, Jakarta Anda mungkin tidak asing lagi dengan procrastination atau kebiasaan untuk menunda-nunda. Di mana, Anda sering kali malas untuk menyelesaikan pekerjaan rumah, menunda untuk mandi, atau melakukan hal lainnya.
Tenang saja, Anda tidak sendiri. Sebab, menurut Calm Sage, procrastination memengaruhi 20% orang dewasa dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan produktivitas Anda. Nah, rupanya ada enam tipe procrastination, termasuk penyebab dan strategi efektif untuk mengatasinya.
Baca Juga
Apa itu Procrastination?
Procrastination adalah tindakan menunda tugas atau pekerjaan terus-menerus atau dengan kata lain menunda pekerjaan hingga batas waktu di menit-menit terakhir. Procrastination bukanlah masalah serius, tetapi merupakan kecenderungan umum orang yang mungkin diikuti oleh konsekuensi negatif.
Advertisement
Dampak negatif dari procrastination dapat berupa peningkatan risiko depresi dan kecemasan, peningkatan stres, kontrol impuls yang buruk, dan harga diri yang rendah.
Tahukah Anda, bahwa ada enam tipe procrastination? Apakah Anda ingin tahu tipe procrastination yang mana Anda? Berikut penjelasan lebih lengkapnya.
6 Tipe Procrastination Menurut Psikologi
Dalam psikologi, enam tipe procrastination diidentifikasi berdasarkan perilaku, penyebab, dan gejala yang berbeda. Ini dia tipe procrastination yang dimiliki oleh orang-orang untuk membantu Anda memahami gejala dan perilaku yang terkait dengan gaya menunda-nunda Anda:
- The Perfectionist (Si Perfeksionis)
- The Dreamer (Si Pemimpi)
- The Worrier (Si Cemas)
- The Crisis-Maker (Si Tukang Onar atau Pembuat Masalah)
- The Defier (Si Penentang)
- The Overdoer (Si Tukang Sibuk)
1. The Perfectionist
Orang yang perfeksionis sering menunda-nunda karena mereka terlalu fokus pada detail-detail kecil. Mereka takut pekerjaan mereka tidak akan memenuhi standar yang tinggi, yang menyebabkan keterlambatan dan tenggat waktu yang terlewat.
Gejala Perfectionist Procrastination:
- Kesulitan memulai atau menyelesaikan tugas karena takut akan ketidaksempurnaan.
- Terobsesi dengan detail-detail dengan mengorbankan kemajuan.
Tips Memperbaikinya:
- Jangan pernah biarkan obsesi Anda dengan perfeksionisme menghalangi pencapaian Anda. Untuk mengatasi obsesi ini, tentukan tujuan Anda dengan jelas, tuju tujuan tersebut, dan kerjakan detail-detail, tetapi jangan terlalu melibatkan diri. Sebaliknya, fokuslah pada proses dan cobalah untuk menyelesaikan tugas Anda sebelum tenggat waktu.
- Gunakan aturan 80/20 untuk memprioritaskan detail-detail penting daripada yang tidak penting.
- Berlatihlah untuk berbelas kasih kepada diri sendiri dan ingatkan diri Anda bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari pertumbuhan.
- Terkadang, fokus pada kesederhanaan juga dapat menjadi solusi untuk mencapai tujuan Anda dengan benar. Jangan fokus pada penulisan kata-kata yang rumit. Sebaliknya, buatlah tetap sederhana dan lebih fokus pada angka-angka untuk mencapai tujuan akhir Anda sebelum batas waktu.
Advertisement
2. The Dreamer
Kita semua pernah mengalami hari ketika kita lebih suka merencanakan hari daripada mengambil tindakan atau menjalankan rencana kita. Nah, jika itu hanya sehari, itu bisa jadi normal. Jika Anda terus-menerus menunda-nunda seperti ini, Anda mungkin perlu memperbaiki kecenderungan ini karena dapat menghalangi Anda mencapai tujuan.
Tahukah Anda bahwa the dreamer paling baik dalam tingkat berpikir kreatif mereka? Namun, pemikiran mereka terlalu konstan, sehingga menghentikan mereka untuk mengambil tindakan.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Organizational Behavior (2018), perencanaan yang berlebihan tanpa eksekusi menyebabkan penurunan 40% dalam tingkat penyelesaian tugas di antara para profesional kreatif.
Gejala Dreamer Procrastination:
- Perencanaan berlebihan tanpa eksekusi.
- Menghabiskan waktu yang berlebihan untuk membayangkan hasil daripada mengerjakannya.
Tips Memperbaikinya:
- Gunakan teknik penetapan tujuan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time-bound) untuk membagi tugas menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola.
- Lakukan refleksi secara teratur untuk menyeimbangkan kreativitas dengan produktivitas.
- Alokasikan slot waktu khusus untuk perencanaan dan berkomitmen untuk tindakan segera setelahnya.
3. The Worrier
Worriers procrastination adalah tipe penunda di mana mereka terlalu takut mengerjakan tugas karena mereka pikir mereka tidak mampu mengelola berbagai hal dengan benar. Selain itu, mereka mungkin juga takut dihakimi orang lain, terutama saat mereka melakukan kesalahan.
Tipe procrastination ini juga dapat menjadi penyebab kondisi kesehatan mental yang mendasarinya. Oleh karena itu, jika Anda merasa Anda adalah tipe worriers kronis, sebaiknya Anda mencari bantuan profesional kesehatan mental.
Sebuah survei tahun 2020 oleh American Psychological Association (APA) menemukan bahwa 45% orang dewasa dengan procrastination kronis melaporkan mengalami peningkatan tingkat stres karena takut gagal atau dihakimi.
Gejala Worriers Procrastination:
- Menghindari tugas karena takut gagal atau dikritik.
- Terlalu banyak berpikir tentang setiap keputusan, yang menyebabkan tidak adanya tindakan.
Tips Memperbaikinya:
- Berlatihlah dengan penuh mindfulness atau deep breathing agar tetap tenang.
- Fokuslah untuk menyelesaikan satu langkah kecil pada satu waktu untuk membangun rasa percaya diri.
- Ubah ketakutan akan penilaian menjadi peluang untuk tumbuh dan belajar.
Advertisement
4. The Crisis-Maker
Sesuai namanya, crisis-maker adalah mereka yang menunda pekerjaan hingga menit terakhir dan menyelesaikan pekerjaan mereka hanya untuk memenuhi tenggat waktu. Selama proses ini, orang-orang seperti itu lupa untuk fokus pada angka atau angka, yang dapat mengakibatkan bencana selama presentasi atau rapat.
Jenis procrastination seperti itu tidak hanya memengaruhi kehidupan profesional mereka tetapi juga memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka karena mereka menjadi stres, depresi, dan cemas karena tidak mencapai hal-hal yang telah mereka rencanakan.
Salah satu fakta tentang tipe crisis-maker yang suka menunda-nunda adalah mereka menganggap tenggat waktu itu menyenangkan. Selain itu, mereka secara keliru percaya bahwa mereka bekerja lebih baik di bawah tekanan, yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental.
Penelitian dari Harvard Business Review (2019) mengungkapkan bahwa 84% orang yang mengandalkan pekerjaan di menit-menit terakhir mengalami kelelahan, yang menyebabkan penurunan produktivitas dan hasil yang berkualitas rendah.
Gejala Crisis-Maker Procrastination:
- Berkembang pesat karena adrenalin dari tenggat waktu di menit-menit terakhir.
- Percaya bahwa tekanan meningkatkan kinerja.
Tips Mengatasinya:
- Bagi proyek menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan batas waktu yang lebih awal untuk mengurangi stres
- Bekerja dalam interval waktu yang pendek dengan jeda untuk mempertahankan fokus, seperti menggunakan teknik POMODORO.
- Ingatkan diri Anda bahwa kemajuan yang stabil akan menghasilkan hasil yang lebih baik.
5. The Defier
The defier adalah tipe yang ingin terlihat kooperatif dan baik kepada orang lain, dan mereka mengharapkan Anda melakukan sesuatu untuk mereka sebagai balasannya. Tipe procrastination ini tidak negatif, tetapi mereka secara tidak langsung menunda banyak hal.
Mereka secara teratur menantang tingkat procrastinationan mereka dan akhirnya terlihat seperti orang yang pesimis karena mereka tidak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu.
Sebuah studi tahun 2021 dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa procrastination yang didorong oleh penolakan 30% lebih mungkin mengalami konflik hubungan karena keengganan mereka untuk bekerja sama dalam tugas kelompok.
Gejala Defier Procrastination:
- Penolakan terhadap otoritas atau tugas yang dipaksakan.
- Menunda untuk menegaskan kendali atau kemandirian.
Tips Memperbaikinya:
- Pahami motivasi Anda untuk menyelaraskan tugas dengan nilai-nilai pribadi.
- Terapkan tugas sebagai tantangan yang Anda pilih untuk diambil, bukan kewajiban.Â
- Bekerja dengan orang lain untuk merasa didukung dan termotivasi.
Advertisement
6. The Overdoer
Setelah membaca nama tipe tersebut, kita mungkin teringat pada rekan kerja yang cerewet yang merupakan pekerja keras, bekerja sepanjang waktu, tampak sibuk sepanjang waktu, fokus pada detail tetapi tetap tidak dapat mencapai tujuan dengan benar! Benar, kan?
Tahukah Anda mengapa ini terjadi bahkan setelah melakukan semuanya dengan benar? Orang-orang seperti itu menghadapi masalah saat memprioritaskan tugas mereka; mereka terlalu fokus atau mengerjakan tugas yang tidak penting secara berlebihan.
Hal ini mengakibatkan tidak cukup waktu untuk fokus pada tugas-tugas penting. Pada akhirnya, mereka merasa tidak layak, dan akibatnya, mereka tidak ingin bekerja lagi. Satu-satunya alasan di balik jenis procrastination ini adalah bahwa mereka terus-menerus menunda pengambilan keputusan dan melakukan tugas yang salah.
Studi dari Forbes Insights (2022) menunjukkan bahwa lebih dari 70% profesional yang terlalu berkomitmen mengalami kelebihan tugas, yang menyebabkan kelelahan mental dan penurunan efisiensi.
Gejala Overdoer Procrastination:
- Terlalu berkomitmen pada tugas tetapi kesulitan menyelesaikan tugas yang penting.
- Kesibukan terus-menerus tanpa kemajuan yang signifikan.
Tips Memperbaikinya:
- Fokus pada penetapan prioritas, untuk mengkategorikan tugas berdasarkan tingkat kepentingan dan urgensi.
- Hindari multitasking dan berkonsentrasilah pada satu tugas dalam satu waktu untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi.
- Belajarlah untuk mengatakan "tidak" pada komitmen yang tidak perlu dan delegasikan tugas jika memungkinkan.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)