Banjir Benanain Terjang Kabupaten Malaka

Banjir besar melanda 3 kecamatan yang berada di dalam wilayah Kabupaten Malaka, NTT dan merendam sekitar 36 desa.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Jun 2013, 16:36 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2013, 16:36 WIB
130701bbanjir .jpg
Citizen6, Malaka: Banjir besar melanda 3 kecamatan yang berada di dalam wilayah Kabupaten Malaka, NTT dan merendam sekitar 36 desa tersebut dengan ketinggian air mencapai 2 meter lebih. Walaupun belum ada korban jiwa namun para korban menderita kerugian harta benda sangat besar. Berpuluh - puluh hektar sawah dan ladang warga rusak serta mengalami gagal panen. Sedangkan hewan ternak seperti sapi, babi, kambing dan ayam mati tersapu banjir. Rumah - rumah warga pun tidak luput dari hantaman banjir yang disertai material lumpur pekat tersebut.

Meluapnya air Sungai Benenain sejak Sabtu, 22 Juni 2013 ini disebabkan jebolnya titik tanggul penahan air Daerah Aliran Sungai (DAS) Benenain yang diterdapat di wilayah Motaulun, Besikama, dan Sikun. Hingga kini warga masih ditampung ditenda pengungsian di wilayah Desa Besikama tepatnya di SDI kaberan Rai, SDK Rabasa, SDK Besikama, dan kantor camat Malaka Barat. Sejumlah warga yang ada di kecamatan Malaka Barat telah dievakuasi, namun sebagiannya belum dapat dievakuasi karena masih terjebak derasnya arus banjir seperti warga di Desa Sikun, Fafoe, Umatoos, dan Airae.

Dari kecamatan yang terkena banjir tersebut terdapat 3 paroki yang terkena dampaknya secara langsung yakni paroki St. Yohanes pembaptis Besikama, paroki St. Antonius Padua Kleseleon, dan paroki St. Fransiskus Xaveriuis Bolan. Sementara itu 2 paroki yang berdekatan langsung dengan 3 paroki di atas yakni paroki St. Yohanes Rasul Webriamata dan Paroki Salib Suci Weoe pun terkena banjir namun tidak separah paroki lainnya.

Berdasarkan data dari kantor Camat Malaka Barat tercatat, 5610 Kepala Keluarga yang membutuhkan bantuan. Sementara itu data dari Paroki Kleseleon melalui Pastor parokinya Rm. Hendrikus Hale Pr menyebutkan, sebagian besar umatnya terkena dampak banjir dengan 3 lingkungan yang paling parah yakni Motaulun, Maktihan, dan Naas.

"Jumlah umat paroki ini 9.024 jiwa. Ada sekitar 800 KK yang terkena dampak banjir saat ini. Untuk saat ini bantuan masih terfokus ke Besikama dan diwilayah ini belum mendapat bantuan dan kiranya ini perlu diperhatikan. Untuk saat ini perlu dibuka posko-posko kesehatan dalam melakukan pengobatan kepada warga," tutur pastor Hendrikus Hale Pr. Selain itu untuk kedepannya, baik pemerintah dan pihak terkait membangun tanggul permanen diwilayah titik jebolnya banjir Benenain seperti yang sudah dibangun di Desa Uma Au pasca banjir 2010 lalu.

Wilayah Paroki Kleseleon merupakan pemekaran dari Paroki Besikama dengan jumlah umat 9.024 jiwa, dari 107 Kelompok Umat Basis dan 25 lingkungan. Dari jumlah tersebut sebagian besar dari umat terkena banjir dan ada 3 desa yang terkena banjir paling parah yakni Desa
Motaulun, Maktihan, dan Desa Naas. Hingga saat ini umat dari 3 paroki tersebut telah dievakuasi namun sebagian besar masih terjebak banjir khususnya umat Paroki Besikama yang berasal dari Sikun, Airae, Fafoe, dan Umatoos.

Tim gabungan dan SAR, bekerja keras mengevakuasi korban dengan perahu karet. Bahkan hingga saat ini gereja Paroki Besikama dipenuhi dengan material lumpur dan air bahkan pastor paroki Besikama, Rm Pius Nahak Pr pun telah dievakuasi ke Betun, Ibukota kabupaten Malaka.

Sejumlah bantuan telah bergulir hingga saat ini untuk para korban bencana banjir Benenain yakni dari Kabupaten Belu melalui dinas sosial, dinas kesehatan, dinas PU serta dari propinsi NTT, LSM, Justice and Peace Integrity Creation (JPIC), Telkomsel. Serta sumbangan baik secara
pribadi maupun institusi seperti oleh politisi dari partai PDIP yakni Herman Herry. Bantuan yang diberikan berupa sejumlah uang serta berbagai sembako seperti beras, mie instan, susu kaleng, minyak goreng serta bantuan lainnya seperti air bersih, tenda terpal, selimut, pakaian layak pakai, kelambu, dan perahu karet untuk kepentingan evakuasi.

Jebolnya tanggul disebebakan hampir 3 pekan hujan terus menerus melanda Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara, dan kabupaten Timor Tengah Selatan. Sungai-sungai yang ada di 3 kabupaten tersebut bermuara ke Sungai Benenain, apabila terjadi hujan terus menerus maka akan meluap. Selain itu tanggul-tanggul penahan air disekitarnya tak bisa membendung walalupun telah dibangun tanggul penahan air. Sejak tahun 2000 lalu, banjir bandang yang menelan korban jiwa ratusan orang itu hingga kini masih menyisakan banjir tahunan bagi warga sekitar Malaka yang menelan korban harta warga yang tidak sedikit.

Agustinus Klau Lekik, salah satu warga korban bencana banjir Benenain mengatakan, "Kami kehilangan lahan sawah dan kebun, ternak mati semua dan rumah mengalami kerusakan. Hanya tersisa pakaian dibadan. Ini bencana yang butuh kita semua baik itu pemerintah, LSM dan juga pihak gereja agar penanggulangan tanggul banjir ke depannya lebih efektif," ujarnya penuh kesedihan. Agustinus dengan suara terbata ,mengakui harus dengan apa ia menafkahi keluarganya mengingat banjir telah menghancurkan lahan sawah. Selain itu juga ternaknya telah mati akibat diterjang derasnya banjir Benenain.

Data yang dihimpun dari kantor camat Malaka Barat menyebutkan terdapat 5610 KK yang terkena banjir dengan jumlah jiwa 19.942 jiwa. Dari jumlah itu terdapat 2.742 KK dan 14.747 jiwa yang terkena dampak langsung banjir. Sementara itu jumlah KK yang telah mengungsi sebanyak 358 KK serta 725 jiwa.

Rumah yang mengalami rusak berat sebanyak 187 rumah, rusak ringan sebanyak 575 rumah dan rumah yang masih terendam air banjir sebanyak 3.559 rumah. Luas lahan sawah dan ladang yang diterjang banjir dan mengalami gagal panen adalah seluas 1.844 hektare. (Fransiskus Pongky Seran/YSH)

Fransiskus Pongky Seran adalah pewarta berita

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya