[Warga Mengadu] Purwokerto Kini Makin Panas

Tak sedikit warga yang mengeluhkan sikap pemerintah kabupaten ini. Pro dan kontra mengiringi tanpa henti.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Feb 2014, 11:06 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2014, 11:06 WIB
02022014-purwokerto.jpg
Citizen6, Purwokerto: Polusi yang disebabkan kendaraan bermotor yang setiap detik meningkat volumenya, gas buang pabrik, asap pembakaran sampah, terbuang ke udara dan terhirup manusia. Polusi yang mengandung karbondioksida tidak diperlukan tubuh.  Hal itu dapat menyerang saluran pernafasan manusia.

Secara kasat mata adanya pepohonan menimbulkan efek sejuk di mata karena warna hijau alaminya. Pohon juga membuat orang yang berteduh di bawahnya merasa segar atau sejuk dari panasnya cuaca saat itu.
  
Namun, di akhir era kepemimpinan Bupati Banyumas 2013 lalu, kota Purwokerto disulap menjadi kota yang panas dan kesan naturalnya telah meluntur. Pasalnya, pohon beringin dan pepohonan lain di area alun-alun serta pinggiran jalan dipangkas. Apalagi jalan tersebut merupakan jalan utama masyarakat bahkan beberapa di antaranya adalah tempat para pelajar menunggu jemputannya yakni angkutan umum.

Belum lagi saat itu musim panas masih melanda. Volume kendaraan juga meningkat. Purwokerto bagaikan kota Metropolitan, Jakarta, yang panas dan banyak terdapat polusi baik saat masyarakat berangkat ke sekolah atau bekerja hingga malam hari. Bukan itu saja, jalan tengah pembatas antara jalan sebelah kanan dan kiri juga dilenyapkan. Padahal di jalan tengah/pembatas tersebut ditumbuhi beberapa pohon yang sering menjadi peneduh masyarakat terutama yang sedang menunggu transportasi publik.

Tak sedikit warga yang mengeluhkan sikap pemerintah kabupaten ini. Pro dan kontra mengiringi tanpa henti.  Belum lagi eluhan warga pada bulan puasa (Ramadhan) Agustus 2013 lalu, saat musim panas belum usai. Masyarakat yang pergi ke luar rumah dengan berjalan kaki dalam kondisi berpuasa, sungguh merasakan ujian yang luar biasa. Panas tanpa ada naungan, padahal waktu berbuka puasa masih setengah hari lagi. Apalagi pengendara motor, saat di lampu merah, panas amat terasa membakar kulit.    

Tujuan pemerintah kabupaten melakukan hal itu salah satunya adalah untuk mengubah kota agar lebih tertata dan indah dipandang. Selain itu, agar pembersihan dedaunan atau buah-buah yang jatuh dari pohon beringin di alun-alun tidak terlalu berat. Tujuan itu bisa dinilai benar.

Namun, bumi ini sedang membutuhkan penghijauan. Penanaman seribu pohon sedang ramai digalakkan oleh berbagai instansi atau organisasi, tetapi mengapa justru kota ini dibuat sebaliknya. Apa tak ada langkah lain untuk menata kota selain dengan memangkas pepohonan yang kehadirannya ini dapat mengurangi efek global warming? Inilah yang menjadi PR Bupati Banyumas terpilih, Bapak Ir. H. Achmad Husein dan sang wakil Bapak dr. Budi Setiawan. 

Penulis:
Nurlailli Sukma Istiqomah
Jalan Kalibener Kranji, Purwokerto Timur

Baca Juga:
Jangan Lupa Nikmati Mendoan Saat ke Purwokerto
Getuk Goreng Khas Purwokerto Ini, Populer Sejak 1918
Sahoun Ayam Pak Kartim Khas Purwokerto, Ini Bukan Mie Lho!

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Mulai 7 Januari sampai 7 Februari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Warga Mengadu". Ada hadiah dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Caranya bisa disimak di sini.



Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya