Liputan6.com, Jakarta - Sebuah makalah terbaru yang diterbitkan oleh Bank Sentral Eropa pada 12 Oktober 2024 mengklaim keuntungan pemegang lama bitcoin (BTC) turun dengan mengorbankan pemegang baru. Makalah itu juga menilai, kalau bitcoin harus diatur untuk mencegah harganya naik atau dilarang sama sekali.
Mengutip cointelegraph.com, ditulis Senin (21/10/2024), para penulis klaim kalau mereka yang memperoleh bitcoin pada tanggal lebih awal atau yang membeli pada titik terendah pasar, dan menjualnya kepada investor baru dengan keuntungan,sehingga mengekploitasi pembeli baru.
“Tentu saja, begitulah cara kerja semua pasar keuangan, investor bertujuan membeli aset pada harga rendah dan menjualnya pada harga tinggi,” demikian seperti dikutip.
Advertisement
Pada dasar ini, riset itu menyimpulkan bitcoin harus hadapi kontrol harga yang ketat untuk mencegah eksploitasi dan pertikaian sipil yang terjadi akibat distribusi kekayaan yang tidak adil.
"Dalam kasus apa pun, mereka yang saat ini tidak memiliki Bitcoin harus menyadari bahwa mereka memiliki alasan kuat untuk menentang Bitcoin dan mengadvokasi undang-undang yang menentangnya, yang bertujuan untuk mencegah harga Bitcoin naik atau melihat Bitcoin menghilang sama sekali."
Penulis makalah tersebut juga menegaskan, Bitcoin jarang digunakan sebagai metode pembayaran, sekaligus mengutip klaim palsu yang dibuat oleh makalah penelitian sebelumnya bahwa Bitcoin adalah metode transaksi yang disukai oleh para pelaku kejahatan.
Mengutip Cointelegraph, Senin (20/10/2024), menurut laporan Mei 2024 dari Departemen Keuangan Amerika Serikat, uang fiat tetap memimpin sebagai alat yang tak terbantahkan untuk transaksi terlarang. Namun, hal yang jadi sorotan, makalah itu lalai menyebutkan mengapa harga aset yang dibatasi pasokannya telah meningkat drastis sejak awal kemunculannya pada 2009.
Penulis juga gagal menyebutkan pencipta bitcoin yang memakai nama samara, Satoshi Nakamoto bermaksud agar aset digital yang langka itu berfungsi sebagai metode pembayaran yang terdesentralisasi dan penyimpan nilai terhadap uang fiat yang terdepresiasi dengan cepat.
Dapat Ganggu Stabilitas
Banyaknya klaim yang saling bertentangan yang dibuat di makalah itu termasuk bitcoin tidak memiliki nilai di dunia nyata, tetapi selanjutnya akan tumbuh sedemikian tinggi hingga dapat menganggu stabilitas masyarakat, mengabaikan dampak inflasi moneter yang mengejutkan yang diberlakukan oleh pemerintah dan bank sentral terhadap warga negaranya.
Menurut Statista, utang sektor publik di Inggris Raya pada tahun fiskal 2023-2024 telah meningkat hingga sekitar 98 persen dari produk domestik bruto (PDB) negara itu, tingkat tertinggi yang tercatat sejak 1960an.
Referensi terhadap ketidakbertanggungjawaban moneter dan fiskal ini disertakan oleh Satoshi Nakamoto dalam Genesis Block, blok pertama yang pernah ditambang di jaringan bitcoin dalam bentuk Salinan halaman depan the London Times pada 3 Januari 2009.
Di Amerika Serikat, stimulus fiskal melalui pencetakan uang telah menyebabkan peningkatan 41 persen dalam pasokan uang M2 sejak 2020, menambah utang nasional yang terus naik sebesar USD 35 triliun sehingga sebabkan hilangnya daya beli konsumen.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Lebih dari Separuh Pemilih AS Mau Punya Presiden Pro-Kripto
Sebelumnya, jajak pendapat yang disusun manajer Aset Kripto, Grayscale mengungkapkan bahwa lebih dari separuh pemilih di Amerika Serikat lebih cenderung memilih kandidat presiden yang pro-kripto.
Mengutip Cointelegraph, Jumat (18/10/2024) Grayscale bermitra dengan The Harris Poll, sebuah perusahaan riset pasar, untuk melakukan jajak pendapat pemilih AS mengenai sikap terhadap mata uang kripto.
"Jajak pendapat tersebut juga menemukan bahwa dua dari setiap lima orang Amerika mengatakan bahwa mereka lebih memperhatikan posisi kandidat mengenai Bitcoin sebagai aset kripto dibandingkan dengan pemilihan sebelumnya," ungkap Kepala bagian hukum Grayscale, Craig Salm, saat diwawancarai di Serious XM Business Radio.
"Jelas, jajak pendapat ini menunjukkan bahwa orang Amerika peduli apakah seorang kandidat menentang kripto," ujarnya.
Seperti diketahui, pemilihan presiden AS pada November mendatang mempertemukan calon dari Partai Republik Donald Trump, yang mengatakan ia ingin menjadikan Amerika sebagai "ibu kota kripto dunia," dan pesaingnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, yang relatif tidak banyak membahas industri tersebut.
Tetapi Harris, yang kini masih menjabat sebagai Wakil Presiden AS dilaporkan lebih bersahabat dengan kripto dibandingkan Presiden Joe Biden, tetapi tidak pro-industri seperti saingannya dan mantan Presiden Trump, menurut Galaxy Research.
Pada 17 Oktober, Kalshi, pasar taruhan pemilu, mematok peluang Trump untuk memenangkan pemilu sebesar 57%, dibandingkan dengan 43% untuk saingannya Harris.
Petaruh di Polymarket, pasar prediksi terdesentralisasi di jaringan Polygon, bahkan lebih optimis pada Trump, mematok peluangnya menang Pilpres hingga 61% dibandingkan dengan kurang dari 38% untuk Harris.
Inflasi Memengaruhi
Menurut Salm, 30% responden jajak pendapat juga mengatakan inflasi adalah satu-satunya masalah yang paling mendesak di Amerika. Di sinilah aset seperti Bitcoin dapat memegang posisi penting.
"Mengingat Bitcoin, Ethereum, dan aset kripto lainnya dapat berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penyimpan nilai. Bagi kami, tidak mengherankan mengetahui bahwa orang Amerika semakin fokus pada posisi kandidat mereka dalam kripto,” kata Salm.
Dimulai pada bulan September, Harris mulai meningkatkan permainan kripto-nya, dengan mencantumkan teknologi blockchain di antara beberapa sektor yang sedang berkembang di mana ia ingin AS "tetap dominan."
"Kami juga menemukan bahwa kripto melampaui afiliasi partai. Orang-orang suka mengatakan kripto bersifat bipartisan, tetapi kami suka mengatakan itu nonpartisan," bebernya.
Advertisement