Liputan6.com, Jakarta - Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) Amerika Serikat (AS) telah mencabut aturan yang membatasi layanan kripto bagi perbankan dan layanan keuangan tradisional. Dengan begitu, kripto dimungkinkan diadopsi oleh perbankan.
Mengutip Bitcoin.com, Minggu (26/1/2025), Pemimpin sementara SEC, Mark T. Uyeda, telah mencabut pedoman yang dikeluarkan dalam Staff Accounting Bulletin 121 (SAB 121), yang melarang bank menawarkan layanan kripto karena persyaratan komisi tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Dalam Staff Accounting Bulletin 122 terbarunya, komisi menyatakan bahwa mereka "mencabut pedoman interpretatif yang tercantum dalam Bagian FF dari Topik 5 dalam Seri Staff Accounting Bulletin yang berjudul Akuntansi untuk Kewajiban untuk Menjaga Kripto-Aset yang Dimiliki Entitas untuk Pengguna Platformnya."
Advertisement
Bullettin ini, yang pertama kali diperkenalkan pada Maret 2022, dikritik karena dampaknya yang merugikan terhadap kemajuan kripto di lingkungan perbankan. Pedoman tersebut memaksa lingkungan perbankan untuk menganggap volume kripto sebagai bagian dari neraca bank, dengan implikasi biaya tinggi terkait. Bulletin ini juga menjadi pusat perang kongres dengan eksekutif.
Awal tahun ini, Undang-Undang Tinjauan Kongres (CRA) disahkan dengan dukungan bipartisan untuk mengakhiri SAB 121. Namun, mantan Presiden Biden memveto inisiatif ini, dengan alasan bahwa menandatanganinya akan “secara tidak tepat membatasi kemampuan SEC untuk menetapkan pengaman yang tepat dan menangani masalah di masa depan.”
Komisioner SEC Hester Peirce, yang dikenal di kalangan kripto sebagai 'crypto mom' merayakan peristiwa ini.
“Selamat tinggal, SAB 121! Itu tidak menyenankan,” kata Peirce, yang menentang sikap yang diambil SEC dalam SAB 121 sejak pertama kali diterbitkan.
Senada, Senator pro-kripto Cynthia Lummis juga memuji langkah ini, dengan mencatat bahwa SAB 121 'merusak' industri perbankan, menghambat inovasi di bidang aset digital di AS.
Dengan dicabutnya aturan ini, bank dan lembaga keuangan tradisional lainnya kini bebas untuk menyertakan layanan kripto. Ini termasuk kustodian, kepada pelanggan mereka, membuka pintu bagi lonjakan besar orang untuk bergabung dengan saluran kripto.
Potensi Bitcoin di Tengah Dominasi Dolar AS
Sebelumnya, Goldman Sachs, salah satu raksasa Wall Street, mulai melirik potensi Bitcoin. Meskipun belum sepenuhnya terjun, perusahaan ini mengakui teknologi blockchain yang mendasari Bitcoin memiliki potensi besar untuk merevolusi sistem keuangan global.
Melansir coinmarketcap, Jumat (24/1/2025), Goldman Sachs saat ini sedang aktif meneliti dan mengembangkan aplikasi berbasis blockchain untuk meningkatkan efisiensi transaksi keuangan.
Salah satu fokus utama adalah pada pengembangan produk dan layanan yang dapat memanfaatkan keunggulan teknologi blockchain seperti transparansi, keamanan, dan desentralisasi.
CEO Goldman Sachs, David Solomon melihat blockchain dapat memberikan solusi inovatif untuk berbagai tantangan dalam industri keuangan, termasuk penyelesaian transaksi yang lebih cepat, pengurangan biaya, dan peningkatan transparansi.
Dengan memanfaatkan teknologi ini, perusahaan berharap dapat menawarkan produk dan layanan baru yang lebih kompetitif dan menarik bagi klien mereka.
Advertisement
Tetap Waspada
Meskipun demikian, Goldman Sachs tetap berhati-hati dalam mengadopsi Bitcoin. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti volatilitas harga Bitcoin yang tinggi, regulasi yang belum jelas di banyak negara, dan kekhawatiran tentang penggunaan Bitcoin untuk aktivitas ilegal.
Perusahaan lebih memilih untuk fokus pada pengembangan infrastruktur teknologi blockchain yang mendasarinya, daripada berinvestasi langsung dalam Bitcoin.
Dengan kata lain, Goldman Sachs melihat Bitcoin sebagai sebuah inovasi teknologi yang menarik, namun masih membutuhkan waktu untuk matang sebelum dapat diaplikasikan secara luas dalam industri keuangan.
Perusahaan ini lebih tertarik pada potensi jangka panjang dari teknologi blockchain daripada pada volatilitas jangka pendek dari harga Bitcoin.