Liputan6.com, Jakarta - Geoffrey Kendrick dari Standard Chartered memperkirakan harga Bitcoin bisa mencapai USD 500.000 atau setara Rp 8,1 miliar (asumsi kurs Rp 16.330 per dolar AS) pada 2028.
Menurutnya, lonjakan harga Bitcoin ini akan didorong oleh meningkatnya akses investor serta stabilitas yang lebih besar di pasar, terutama seiring dengan meningkatnya partisipasi institusional dan perkembangan infrastruktur keuangan.
Advertisement
Baca Juga
"Meskipun dalam jangka pendek Bitcoin masih berfluktuasi, prospek jangka panjangnya semakin jelas," ujar Kendrick, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (7/2/2025).
Advertisement
Kendrick memproyeksikan Bitcoin dapat mencapai USD 200.000 pada akhir 2025, diikuti oleh USD 300.000 pada 2026, USD 400.000 pada 2027, dan akhirnya menyentuh USD 500.000 pada 2028, di mana harga tersebut diperkirakan bertahan hingga 2029.
Kebijakan Donald Trump Mendorong Harga
Sebagai Kepala Riset Aset Digital Global di Standard Chartered, Kendrick percaya pemerintahan Trump dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi Bitcoin. Ia menyoroti keberhasilan ETF Bitcoin spot AS, yang sejak peluncurannya pada Januari 2024 telah menarik investasi bersih sebesar USD 39 miliar.
"Dengan pemerintahan Trump, akses investor terhadap Bitcoin semakin luas. Arus masuk dana institusional terus meningkat, sementara volatilitas menurun seiring dengan berkembangnya infrastruktur keuangan, termasuk pasar opsi Bitcoin,” jelasnya.
Salah satu faktor utama yang dapat mendorong Bitcoin naik adalah berkurangnya volatilitas sebuah tantangan yang selama ini membuat investor besar ragu untuk berinvestasi. Kendrick memperkirakan dengan semakin matangnya pasar ETF, pergerakan harga Bitcoin akan menjadi lebih stabil dan menarik bagi investor institusional.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Bitcoin Bisa Meniru Kenaikan Emas
Kendrick juga membandingkan potensi Bitcoin dengan emas, mencatat bagaimana harga emas melonjak setelah diperkenalkannya Exchange-Traded Product (ETP) pada tahun 2004.
Ia yakin Bitcoin bisa mengalami pola serupa, tetapi dalam periode yang jauh lebih singkat sekitar dua tahun dibandingkan tujuh tahun pada emas.
"Seiring dengan penurunan volatilitas, proporsi Bitcoin dalam portofolio investasi yang dioptimalkan bersama emas akan meningkat," pungkas Kendrick.
Advertisement
Potensi Obligasi Berbasis Bitcoin
Sebelumnya, Brian Dixon, CEO Off the Chain Capital, memprediksi perkembangan besar berikutnya dalam dunia kripto adalah penerbitan obligasi yang didukung Bitcoin oleh negara-negara berdaulat.
Dalam sebuah diskusi di Roundtable with Rob Nelson, Dixon menegaskan ketika negara mulai menambahkan Bitcoin ke neraca mereka, langkah logis berikutnya adalah memanfaatkan aset tersebut untuk menerbitkan obligasi.
“Begitu negara berdaulat mulai memperoleh Bitcoin untuk neraca mereka, salah satu langkah paling logis berikutnya adalah membuat obligasi yang didukung Bitcoin,” kata Dixon, dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (6/2/2025).
Menurutnya, ini akan menjadi inovasi finansial yang mengubah cara pemerintah mengelola pendanaan publik.