Jelang Hari Disabilitas Internasional, Yayasan di Sidoarjo Berharap Bisa Bangun Desa Wisata Inklusi

Jelang Hari Disabilitas Internasional 2021, Ketua Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) Yenni Darmawanti SE, mengungkapkan harapannya untuk membangun desa wisata inklusi di Sidoarjo, Jawa Timur.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 01 Des 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 01 Des 2021, 10:00 WIB
Khitan Massal Anak Berkebutuhan Khusus
Khitan Massal Anak Berkebutuhan Khusus. Foto: dokumentasi Y-AMI.

Liputan6.com, Jakarta Jelang Hari Disabilitas Internasional 2021, Ketua Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) Yenni Darmawanti SE, mengungkapkan harapannya untuk membangun desa wisata inklusi di Sidoarjo, Jawa Timur.

“Kami ingin membuat desa wisata inklusi di Taman Puspa Anggaswangi, Sukodono, Sidoarjo karena di Anggaswangi ini sudah terbentuk lingkungan yang mendukung,” kata Yenni kepada Kanal Disabilitas Liputan6.com, Selasa (30/11/2021) melalui sambungan telepon.

Sejauh ini, desa wisata inklusi belum ada di Sidoarjo bahkan di Indonesia, tambah Yenni. Di desa tersebut, ia dan Yayasan memiliki cita-cita untuk memberdayakan masyarakat dan sumber daya alam yang ada.

“Di sana kita bisa membatik, membuat es puter, membuat telur asin, berkesenian, dan kegiatan apapun yang bisa memberikan nilai plus bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).”

Dalam berkegiatan, anak-anak disabilitas dan non disabilitas pun bisa berkomunikasi dan saling berinteraksi tanpa dibeda-bedakan.

Yenni berharap, cita-citanya ini dapat terwujud dalam dua hingga tiga tahun mendatang.

“Sejauh ini kita sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, semoga bisa terwujud di dua hingga tiga tahun mendatang.”

Lingkungan Masih Tidak Inklusif

Keinginan membangun desa wisata inklusif dilatarbelakangi dengan lingkungan sekitar yang masih belum ramah disabilitas.

Yayasan AMI yang berlokasi di klaster perumahan tak jarang mendapat komentar miring dari tetangga sekitar bahkan sempat mendapat perlakuan tidak baik dari satpam.

“Mereka bilang, ‘kami tinggal di sini bukan untuk melihat anak ileran enggak bisa jalan dan berisik’ mendengar kata-kata itu hati saya sakit.”

Ia menambahkan, memang pada kenyataannya warga sekitar tidak menyukai keberadaan yayasan tersebut karena anak-anak ABK cenderung berisik dan dinilai mengganggu ketentraman di lingkungan sekitar.

Minta Perhatian Pemerintah

Maka dari itu, Yenni meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo dapat memberi perhatian pada anak-anak berkebutuhan khusus agar dapat diterima dengan baik.

“Yang sangat saya harapkan adalah kepedulian dari pemkab atau pemerintah kota setiap wilayah untuk komunitas-komunitas disabilitas.”

Ia ingin pemerintah daerah mengikutsertakan komunitas disabilitas untuk berdiskusi dan saling berbagi (sharing) secara rutin. Pasalnya, berbagai kegiatan Y-AMI tidak mendapat perhatian sama sekali dari Pemkab Sidoarjo.

“Sama sekali kami belum ada perhatian dari pemkab, dari anggota dewan kita sudah sempat hearing tapi cuma wacana, kami tidak dijenguk dan tidak dipedulikan apapun.”

Walau demikian, sekalipun tidak ada kepedulian dari pemerintah setempat, pihak Yenni terus melakukan kegiatan positif seperti khitan ABK. Bahkan, kegiatan ini malah mendapat apresiasi dari pihak luar negeri bukan dari pemerintah setempat.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya