Liputan6.com, Jakarta Bahasa isyarat adalah cara komunikasi yang digunakan oleh penyandang disabilitas rungu atau Tuli. Guna mendalami ilmu tentang bahasa isyarat, Universitas Indonesia (UI) mulai mengembangkan Laboratorium Riset Bahasa Isyarat tepatnya di Fakultas Ilmu Budaya (FIB).
Guna mengembangkan laboratorium ini, UI menjalin kerja sama dengan tiga universitas di Korea Selatan, yakni Korea Nazarene University, Baek Seok University, dan Kyung-In Women’s University.
Baca Juga
Jalinan kerja sama ini dibahas dalam kunjungan delegasi UI yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Bondan Kanumoyoso.
Advertisement
Kerja sama antara UI dan ketiga universitas yang terletak di Cheonan City dan Incheon, Korea Selatan ini akan berfokus pada penyediaan pendidikan berkualitas.
Dengan Nazarene University, delegasi UI mengusulkan kerja sama pengembangan Laboratorium Riset Bahasa Isyarat di FIB UI. Mengingat, universitas tersebut memiliki kekhasan pada pendidikan difabel. Kolaborasi keduanya dapat membuka peluang pertukaran pelajar bagi mahasiswa Tuli, baik secara daring maupun luring.
UI juga membuka peluang pertukaran mahasiswa dan dosen dengan Baek Seok University karena universitas ini merupakan salah satu universitas swasta terbesar di Korea Selatan. Universitas ini sudah bekerja sama dengan perguruan tinggi terkemuka di dunia.
Kerja Sama dalam Program Pertukaran Mahasiswa
Sementara itu, dengan Kyung-In Women’s University, delegasi UI menawarkan penerimaan mahasiswa dari universitas tersebut, khususnya melalui program pertukaran dan perolehan kredit (credit earning).
Selain menjajaki kerja sama, dalam kunjungan pada 21 hingga 26 Mei 2024, delegasi UI mendatangi Smart Farm yang ada di Korea Nazarene University. Di sana, para dosen dan mahasiswa mengembangkan beberapa jenis buah, seperti timun, melon, dan stroberi, dengan basis data artificial intelligence (AI).
Delegasi UI juga berkesempatan menghadiri pembukaan Cheonan K-Culture Expo 2024 yang merupakan ajang ekspose secara besar-besaran kebudayaan kontemporer Korea yang mendunia, seperti K-pop, K-drama, K-film, dan K-kuliner.
Advertisement
Teken MoU
Pada akhir kunjungan, delegasi UI menerima naskah Memorandum of Understanding (MoU) yang akan ditandatangani oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D.
“Kehadiran UI ini memberikan penguatan pentingnya memperluas kerja sama tidak hanya antara universitas dan universitas, tetapi juga antara universitas dan industri di Korea Selatan,” kata Bondan mengutip laman UI, Jumat (21/6/2024).
Bahasa Isyarat Itu Apa?
Bahasa isyarat adalah bahasa yang digunakan penyandang Tuli untuk berkomunikasi. Bahasa isyarat yang banyak digunakan di Indonesia disebut Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).
Dilihat dari sisi budaya, Bisindo dapat digunakan dengan menyesuaikan kekhasan budaya di setiap daerah. Bahasa ini juga berkembang seiring berjalannya waktu dan selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Bisindo juga selalu berubah mengikuti perkembangan zaman layaknya perkembangan bahasa lisan. Bahasanya cenderung tidak kaku dan praktis untuk digunakan karena tidak mengisyaratkan kata per kata.
“Bisindo memiliki berbagai variasi isyarat secara alamiah di Indonesia. Dari kacamata linguistik kalau kita bicara bahasa tentu penelitiannya ada dalam kajian fonologi, morfologi, sintaksis, apakah tata bahasanya SPO atau SOP,” kata Ketua Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) Laura Lesmana Wijaya, M. A. dalam webinar Konekin ditulis pada Jumat, 23 Oktober 2020.
Bisindo memiliki tata bahasa yang berdiri sendiri terlepas dari sistem yang berkembang di bahasa Indonesia. Bisindo memiliki kaitan erat dengan budaya Tuli. Maka dari itu, Laura meminta setiap orang untuk sadar akan pentingnya Bisindo sebagai bagian dari budaya Tuli.
“Kita tahu bahasa isyarat ini di Indonesia bervariasi, kita harus menunjukkan respect atas hal itu. Terutama adalah pentingnya memperkenalkan dan mengajarkan anak-anak agar memperoleh bahasa isyarat yang alami sejak ia lahir,” tambahnya.
Advertisement