Liputan6.com, Jakarta - Islam mengajarkan pemeluknya untuk menghormati sesama manusia termasuk penyandang disabilitas.
“Salah satu hal penting dan mendasar yang harus kita pahami terkait saudara-saudara kita penyandang disabilitas, bahwa mereka adalah bagian dari kita dan kita juga bagian dari mereka,” mengutip naskah khutbah Jumat yang dipublikasi oleh Kementerian Agama (Kemenag), dikutip Senin (10/2/2025).
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah tatanan masyarakat bangsa, penyandang disabilitas dan non disabilitas sama-sama merupakan unsur penting. Mereka memiliki hak untuk memperoleh lingkungan yang mendukung dan kesempatan yang luas untuk maju, berkembang, dan berkontribusi pada masyarakat dan bangsa sepertinya masyarakat lain.
Advertisement
Islam memberikan perhatian dan kepedulian yang besar terhadap penyandang disabilitas. Hal ini tercantum dalam ayat Al-Quran, sabda Nabi Muhammad saw, dan praktik hidup Rasulullah.
“Semuanya menunjukkan adanya kewajiban kita terhadap saudara-saudara yang menyandang disabilitas agar mereka dapat menjalani kehidupan yang bermartabat seperti orang lain. Salah satunya adalah tidak memandang rendah mereka. Allah Swt, memperingatkan agar kita tidak mengejek atau merendahkan mereka.”
Sebagaimana firman-Nya:
﴿يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok),” (QS Al-Hujurat [49]: 11).
Sabda Rasul Soal Penyandang Disabilitas
Bahkan, sering kali orang-orang yang dianggap lemah, tak berdaya, kurang mampu, atau dianggap rendah itu justru memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki kelompok masyarakat yang lain. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda:
هَلْ تُنْصَرُونَ، وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ
“Bukankah kalian diberi pertolongan dan rezeki berkat orang-orang lemah di antara kalian?” (HR Bukhari).
Dalam riwayat Nasa’i disebutkan dengan redaksi yang sedikit berbeda, “Sesungguhnya Allah menolong umat ini berkat orang-orang lemah, berkat doa-doa mereka, berkat salat-salat mereka, dan berkat keikhlasan mereka.”
Dulu, ketika akan dilakukan pembagian rampasan perang (ganimah), ada seorang Sahabat yang bertanya kepada Rasulullah saw:
“Apakah orang yang melindungi kaumnya, membentengi saudara-saudaranya dalam perang mendapat bagian yang sama dengan orang lain yang biasa-biasa saja?”
Rasulullah saw. Menjawab: “Sama.” Lalu mengucapkan hadis di atas.
Artinya, seperti dijelaskan oleh para pensyarah hadis, kalau orang-orang kuat memiliki kelebihan dalam hal keberanian bertempur dan berperang sehingga membawa kemenangan bagi umat, maka orang-orang lemah juga memiliki kelebihan berkat doa tulus mereka.
“Boleh jadi, kemenangan yang diperoleh umat Islam dalam perang-perangnya sepanjang sejarah justru berkat doa tulus orang-orang lemah itu, bukan semata-mata karena keberanian orang-orang yang kuat. Boleh jadi juga, kemenangan saudara-saudara kita di Gaza dan beberapa tempat lainnya, itu berkat doa-doa tulus dari orang-orang yang lemah.”
Advertisement
Kisah Abdullah bin Ummi Maktum
Ihwal perhatian Islam terhadap penyandang disabilitas ini bahkan sampai membuat Allah Swt menegur Nabi Muhammad saw., kekasih tersayang-Nya, hamba terbaik-Nya.
Ketika Abdullah bin Ummi Maktum, seorang penyandang disabilitas netra bertanya kepada Rasulullah saw tentang suatu hal, Rasulullah saw tidak langsung menanggapinya karena memang sedang menerima tamu pembesar-pembesar Quraisy yang diharapkan akan menerima dakwah Rasul dan berpengaruh membawa kaumnya memeluk Islam. Namun, sikap Nabi saw itu ditegur oleh Allah, karena dinilai kurang memperhatikan Abdullah bin Ummi Maktum yang tunanetra dan lebih memperhatikan pembesar-pembesar Quraisy.
Turunlah firman Allah Swt:
﴿عَبَسَ وَتَوَلَّى* أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَى* وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى* أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى* أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى* فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى﴾ [عبس:1-6]،
“Dia (Nabi Muhammad) berwajah masam dan berpaling, karena seorang tunanetra (Abdullah bin Ummi Maktum) telah datang kepadanya. Tahukah engkau (Nabi Muhammad) boleh jadi dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran sehingga pengajaran itu bermanfaat baginya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (para pembesar Quraisy), engkau (Nabi Muhammad) memberi perhatian kepadanya,” (QS ‘Abasa [80]: 1-6).
Islam Ajarkan Umatnya Jaga Kehormatan Penyandang Disabilitas
Ada pelajaran penting dan hikmah besar yang dapat ditarik dari sini, yaitu bahwa Islam mengajarkan pemeluknya untuk menjaga kehormatan, martabat, kesetaraan, keadilan, dan perasaan saudara-saudara penyandang disabilitas.
Pada bagian lain, Al-Quran menyatakan bahwa Muslim semua berasal dari ayah dan ibu yang sama, lalu diciptakan berbeda-beda bangsa, warna kulit, bahasa, dan lain sebagainya. Akan tetapi, perbedaan itu bukan menjadi alasan bahwa yang satu lebih tinggi daripada yang lain, atau yang satu boleh mengejek dan merendahkan yang lain.
“Sama sekali bukan itu maksud perbedaan. Orang yang paling mulia di sisi Allah bukan ditentukan oleh warna kulitnya, melainkan oleh ketakwaannya kepada Allah Swt.”
Advertisement