Liputan6.com, Jakarta Gangguan penglihatan pada anak banyak terjadi salah satunya karena penggunaan gawai berlebihan.
Sayangnya, penanganan masalah mata pada anak kerap terabaikan karena gejala awalnya sering tak disadari.
Baca Juga
Padahal, menurut data Kementerian Kesehatan, 3,6 juta anak Indonesia mengalami kelainan refraksi, dan jumlah ini berpotensi terus meningkat. Diperkirakan 3 dari 4 anak dengan kelainan refraksi belum mendapatkan koreksi dengan kacamata.
Advertisement
Untuk itu, dokter spesialis mata dari KMN EyeCare, Kevin menjelaskan delapan gejala gangguan mata yang perlu diwaspadai para orangtua sebagai berikut:
Sering Menyipitkan Mata
Anak yang mengalami kesulitan melihat objek yang jauh atau dekat sering menyipitkan mata untuk membantu fokus. Hal ini biasanya menandakan kelainan refraksi seperti miopia dan hipermetropia.
Posisi Kepala Tidak Normal
Anak yang memiliki masalah penglihatan, seperti astigmatisme, mungkin sering memiringkan kepala untuk mendapatkan penglihatan yang lebih jelas.
Mendekatkan Objek ke Wajah
Jika anak sering melihat layar gawai, buku, atau objek lain dari jarak yang sangat dekat, ini bisa menjadi tanda gangguan penglihatan seperti miopia.
Mengucek Mata Secara Berlebihan
Mata yang mudah lelah atau terasa gatal sering menjadi gejala mata kering atau gangguan lainnya. Kebiasaan mengucek mata juga dapat memperburuk kondisi tersebut.
Sakit Kepala atau Mata Cepat Lelah
Anak dengan kelainan refraksi sering mengalami sakit kepala setelah membaca atau menatap layar dalam waktu lama. Hal ini disebabkan oleh otot mata yang bekerja terlalu keras untuk mencoba fokus.
Sulit Membaca Tulisan di Papan Tulis atau Buku
Jika anak sering mengeluh tidak bisa melihat tulisan di papan tulis atau merasa buku terlihat buram, ini adalah indikasi kuat adanya kelainan refraksi.
Advertisement
Tidak Tertarik pada Aktivitas Visual
Anak-anak yang sering menghindari aktivitas seperti membaca, menggambar, atau bermain game visual mungkin mengalami masalah penglihatan yang membuat mereka tidak nyaman.
Mata Merah atau Berair
Mata yang sering merah atau berair bisa menjadi tanda iritasi akibat paparan sinar biru dari gawai atau adanya gangguan mata lain, seperti infeksi.
“Gangguan penglihatan pada anak tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik tetapi juga perkembangan akademik dan sosial mereka. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin adalah langkah penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang,” kata Kevin mengutip keterangan pers, Kamis (13/2/2025).
Penting Periksa Mata Rutin Sejak Dini
Kevin menambahkan, pemeriksaan mata rutin sejak dini sangat penting karena kesehatan mata anak masih dalam tahap perkembangan yang sangat dinamis, terutama pada usia 5-11 tahun.
Pada periode ini, anatomi mata dan kemampuan melihat terus berkembang, sehingga kesehatan mata anak sangat rentan terhadap gangguan.
Jika anak-anak sering menggunakan gawai tanpa memerhatikan jarak pandang, bayangan yang masuk ke mata tidak akan jatuh tepat di retina. Hal ini dapat menyebabkan elongasi aksial (memanjangnya bola mata), yang berisiko menimbulkan kelainan refraksi seperti miopia.
“Penggunaan gawai dalam waktu lama tanpa jeda dapat mempercepat risiko elongasi aksial ini, apalagi jika anak bermain dengan jarak sangat dekat. Dampaknya, kemampuan melihat buram pada jarak tertentu menjadi keluhan yang umum. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat memperburuk penglihatan anak hingga dewasa,” terang Kevin.
Deteksi dini membantu mengidentifikasi masalah penglihatan sebelum berdampak pada kemampuan belajar, konsentrasi, dan aktivitas sehari-hari anak.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)