Onshore Adalah: Pengertian, Manfaat, dan Perbedaan dengan Offshore

Pelajari pengertian onshore, manfaat, dan perbedaannya dengan offshore. Simak penjelasan lengkap tentang operasi onshore dalam berbagai industri.

oleh Liputan6 diperbarui 06 Des 2024, 20:56 WIB
Diterbitkan 06 Des 2024, 20:56 WIB
onshore adalah
onshore adalah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Pengertian Onshore

Liputan6.com, Jakarta Onshore adalah istilah yang merujuk pada kegiatan atau operasi yang dilakukan di daratan atau di dalam batas wilayah suatu negara. Dalam konteks bisnis dan industri, onshore mengacu pada aktivitas yang berlangsung di daratan, baik itu eksplorasi sumber daya alam, produksi, maupun layanan keuangan.

Secara etimologi, kata "onshore" berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata: "on" yang berarti "di atas" dan "shore" yang berarti "pantai" atau "daratan". Jadi secara harfiah, onshore berarti "di atas daratan" atau "di darat".

Dalam industri minyak dan gas, onshore merujuk pada kegiatan eksplorasi dan produksi yang dilakukan di daratan. Ini mencakup pengeboran sumur minyak atau gas di area daratan, serta fasilitas pengolahan dan infrastruktur pendukung yang berada di darat. Contohnya adalah ladang minyak di daerah Cepu, Jawa Tengah yang merupakan operasi onshore.

Di sektor keuangan, onshore mengacu pada transaksi dan layanan keuangan yang dilakukan di dalam yurisdiksi atau negara tempat perusahaan atau individu berada. Misalnya, bank lokal yang melayani nasabah domestik dianggap sebagai operasi onshore.

Penting untuk memahami bahwa konsep onshore tidak terbatas pada kedekatan dengan pantai. Operasi yang dilakukan jauh di pedalaman suatu negara tetap dianggap sebagai onshore selama masih berada dalam batas teritorial negara tersebut.

Manfaat Operasi Onshore

Menjalankan operasi secara onshore memiliki sejumlah keuntungan yang signifikan bagi perusahaan maupun negara tempat operasi tersebut berlangsung. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari operasi onshore:

1. Kontrol dan Pengawasan yang Lebih Baik

Dengan menjalankan operasi di dalam negeri, perusahaan dapat memiliki kontrol yang lebih besar atas seluruh aspek bisnisnya. Pengawasan terhadap proses produksi, manajemen sumber daya manusia, dan kepatuhan terhadap regulasi menjadi lebih mudah dilakukan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk lebih cepat merespon perubahan pasar atau tantangan operasional.

2. Kepatuhan Hukum yang Lebih Mudah

Operasi onshore umumnya lebih mudah mematuhi peraturan dan regulasi setempat. Perusahaan dapat lebih mudah berkonsultasi dengan otoritas terkait dan memastikan bahwa setiap aspek operasinya sesuai dengan hukum yang berlaku. Ini dapat mengurangi risiko sanksi atau denda akibat pelanggaran regulasi.

3. Kontribusi pada Ekonomi Lokal

Kegiatan onshore memberikan dampak positif langsung pada ekonomi lokal. Ini termasuk penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan daerah melalui pajak, dan stimulasi pertumbuhan bisnis pendukung di sekitar lokasi operasi. Misalnya, sebuah pabrik manufaktur yang beroperasi secara onshore akan menyerap tenaga kerja lokal dan mendorong pertumbuhan industri pendukung di sekitarnya.

4. Akses ke Infrastruktur yang Lebih Baik

Operasi onshore umumnya memiliki akses yang lebih baik ke infrastruktur seperti jalan, listrik, dan telekomunikasi. Ini dapat meningkatkan efisiensi operasional dan mengurangi biaya logistik. Sebagai contoh, sebuah perusahaan teknologi yang beroperasi onshore dapat memanfaatkan jaringan internet berkecepatan tinggi yang tersedia di kota-kota besar.

5. Perlindungan Kekayaan Intelektual yang Lebih Kuat

Di banyak negara, perlindungan hak kekayaan intelektual lebih kuat untuk operasi onshore. Ini penting terutama bagi perusahaan yang mengandalkan inovasi dan pengembangan produk baru. Dengan beroperasi onshore, perusahaan dapat lebih mudah mendaftarkan paten dan melindungi rahasia dagang mereka.

6. Peningkatan Reputasi Perusahaan

Operasi onshore sering dipandang lebih positif oleh konsumen dan pemangku kepentingan lokal. Ini dapat meningkatkan reputasi perusahaan sebagai entitas yang berkontribusi pada pembangunan nasional. Misalnya, sebuah perusahaan ritel yang memilih untuk mendirikan pusat distribusi onshore dapat dipandang sebagai pendukung ekonomi lokal.

Perbedaan Onshore dan Offshore

Memahami perbedaan antara onshore dan offshore sangat penting dalam konteks bisnis global. Kedua istilah ini memiliki implikasi yang berbeda dalam hal operasional, hukum, dan finansial. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara onshore dan offshore:

1. Lokasi Operasi

Perbedaan paling mendasar antara onshore dan offshore terletak pada lokasi operasinya:

  • Onshore: Operasi dilakukan di dalam batas teritorial suatu negara, baik itu di daratan maupun perairan teritorial.
  • Offshore: Mengacu pada operasi yang dilakukan di luar batas teritorial negara asal, baik itu di negara lain atau di perairan internasional.

Contoh konkret: Sebuah perusahaan minyak AS yang melakukan pengeboran di Texas dianggap sebagai operasi onshore, sementara jika perusahaan yang sama melakukan pengeboran di Laut Utara, itu dianggap sebagai operasi offshore.

2. Regulasi dan Kepatuhan Hukum

Aspek hukum dan regulasi sangat berbeda antara onshore dan offshore:

  • Onshore: Tunduk sepenuhnya pada hukum dan regulasi negara tempat operasi berlangsung. Ini mencakup peraturan perpajakan, ketenagakerjaan, dan lingkungan.
  • Offshore: Sering kali beroperasi di yurisdiksi dengan regulasi yang lebih longgar, terutama dalam hal perpajakan dan kerahasiaan finansial.

Misalnya, sebuah bank yang beroperasi onshore di Indonesia harus mematuhi seluruh regulasi perbankan yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sementara bank offshore di negara tax haven mungkin memiliki kewajiban pelaporan yang lebih minimal.

3. Struktur Biaya

Biaya operasional dapat sangat bervariasi antara onshore dan offshore:

  • Onshore: Umumnya memiliki biaya operasional yang lebih tinggi karena standar upah, pajak, dan biaya kepatuhan yang lebih tinggi.
  • Offshore: Sering kali dipilih karena biaya operasional yang lebih rendah, terutama dalam hal pajak dan tenaga kerja.

Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan manufaktur yang beroperasi onshore di Jepang mungkin menghadapi biaya tenaga kerja yang jauh lebih tinggi dibandingkan jika mereka memindahkan produksi ke negara berkembang secara offshore.

4. Akses ke Pasar dan Sumber Daya

Perbedaan lokasi juga memengaruhi akses ke pasar dan sumber daya:

  • Onshore: Memiliki akses langsung ke pasar domestik dan sumber daya lokal. Ini dapat mempermudah distribusi dan manajemen rantai pasokan.
  • Offshore: Mungkin memiliki akses yang lebih baik ke pasar global atau sumber daya alam tertentu yang tidak tersedia di negara asal.

Contohnya, sebuah perusahaan teknologi yang beroperasi onshore di Silicon Valley memiliki akses langsung ke pool talenta teknologi yang besar, sementara operasi offshore di India mungkin memberikan akses ke tenaga kerja IT yang lebih murah.

5. Persepsi Publik dan Reputasi

Cara publik memandang operasi onshore dan offshore dapat sangat berbeda:

  • Onshore: Sering dipandang lebih positif oleh publik domestik karena kontribusinya pada ekonomi lokal.
  • Offshore: Kadang menghadapi persepsi negatif, terutama jika dianggap sebagai upaya untuk menghindari pajak atau regulasi.

Misalnya, sebuah perusahaan ritel yang mempertahankan operasi onshore dan mempekerjakan tenaga kerja lokal mungkin lebih dihargai oleh konsumen domestik dibandingkan dengan perusahaan yang memindahkan seluruh produksinya ke luar negeri.

Industri yang Memanfaatkan Operasi Onshore

Operasi onshore dimanfaatkan oleh berbagai industri di seluruh dunia. Setiap industri memiliki alasan dan keuntungan spesifik dalam menjalankan operasi onshore. Berikut adalah beberapa industri utama yang memanfaatkan operasi onshore beserta penjelasan mengapa mereka memilih strategi ini:

1. Industri Minyak dan Gas

Industri minyak dan gas adalah salah satu pengguna terbesar operasi onshore. Kegiatan eksplorasi dan produksi minyak dan gas di daratan telah lama menjadi tulang punggung industri energi di banyak negara. Beberapa alasan mengapa industri ini memilih operasi onshore meliputi:

  • Biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan dengan operasi lepas pantai (offshore).
  • Kemudahan akses untuk peralatan dan personel.
  • Infrastruktur yang lebih baik untuk transportasi dan distribusi produk.
  • Regulasi yang lebih jelas dan stabil di banyak negara produsen minyak.

Contoh nyata dari operasi onshore dalam industri minyak dan gas adalah ladang minyak Permian Basin di Texas dan New Mexico, AS, yang merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia.

2. Industri Manufaktur

Sektor manufaktur adalah contoh klasik dari industri yang memanfaatkan operasi onshore. Meskipun tren offshoring telah populer beberapa dekade terakhir, banyak perusahaan manufaktur tetap memilih atau bahkan kembali ke operasi onshore karena beberapa alasan:

  • Kontrol kualitas yang lebih baik.
  • Waktu pengiriman yang lebih cepat ke pasar domestik.
  • Perlindungan hak kekayaan intelektual yang lebih kuat.
  • Mengurangi risiko gangguan rantai pasokan global.
  • Memanfaatkan insentif pemerintah untuk produksi dalam negeri.

Sebagai contoh, perusahaan otomotif seperti Toyota dan Honda telah meningkatkan produksi onshore mereka di AS untuk lebih dekat dengan pasar konsumen mereka dan mengurangi biaya logistik.

3. Industri Teknologi dan Layanan Digital

Meskipun industri teknologi sering dikaitkan dengan globalisasi, banyak perusahaan teknologi memilih untuk mempertahankan operasi onshore yang signifikan. Alasan untuk ini meliputi:

  • Akses ke talenta lokal yang berkualitas tinggi.
  • Perlindungan data dan privasi yang lebih baik sesuai dengan regulasi lokal.
  • Kedekatan dengan pusat inovasi dan penelitian.
  • Membangun kepercayaan dengan pelanggan lokal dan pemerintah.

Google, misalnya, memiliki pusat data besar di berbagai negara untuk memenuhi persyaratan penyimpanan data lokal dan meningkatkan kecepatan layanan mereka.

4. Industri Perbankan dan Keuangan

Sektor perbankan dan keuangan memiliki komponen onshore yang kuat di sebagian besar negara. Ini disebabkan oleh beberapa faktor:

  • Regulasi ketat yang mengharuskan kehadiran fisik dan operasional di dalam negeri.
  • Kebutuhan untuk membangun kepercayaan dengan nasabah lokal.
  • Kemampuan untuk menawarkan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar lokal.
  • Kepatuhan terhadap peraturan anti pencucian uang dan know-your-customer (KYC).

Bank-bank besar seperti JP Morgan Chase di AS atau BCA di Indonesia memiliki jaringan cabang dan operasi yang luas di negara asal mereka untuk melayani pasar domestik.

5. Industri Pertanian dan Pengolahan Makanan

Industri pertanian dan pengolahan makanan sangat bergantung pada operasi onshore karena beberapa alasan:

  • Kedekatan dengan sumber bahan baku (lahan pertanian, peternakan).
  • Kebutuhan untuk memastikan kesegaran produk.
  • Regulasi keamanan pangan yang ketat di tingkat nasional.
  • Preferensi konsumen untuk produk lokal.

Perusahaan seperti Nestlé atau Indofood memiliki fasilitas produksi di berbagai negara untuk memenuhi permintaan pasar lokal dengan produk yang segar dan sesuai selera setempat.

Tantangan dalam Operasi Onshore

Meskipun operasi onshore memiliki banyak keuntungan, terdapat juga sejumlah tantangan yang perlu dihadapi oleh perusahaan yang memilih strategi ini. Memahami tantangan-tantangan ini penting untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam menjalankan operasi onshore. Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam operasi onshore:

1. Biaya Operasional yang Lebih Tinggi

Salah satu tantangan terbesar dalam operasi onshore adalah biaya operasional yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan operasi offshore di negara-negara berkembang. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap biaya tinggi ini meliputi:

  • Upah tenaga kerja yang lebih tinggi, terutama di negara-negara maju.
  • Biaya sewa atau pembelian properti yang lebih mahal.
  • Pajak dan biaya kepatuhan regulasi yang lebih tinggi.
  • Investasi dalam teknologi dan infrastruktur untuk memenuhi standar lokal.

Contoh: Sebuah perusahaan manufaktur yang beroperasi onshore di Jerman mungkin menghadapi biaya tenaga kerja yang jauh lebih tinggi dibandingkan jika mereka memindahkan produksi ke negara seperti Vietnam atau Bangladesh.

2. Kepatuhan Regulasi yang Ketat

Operasi onshore harus mematuhi seluruh regulasi lokal yang berlaku, yang seringkali lebih ketat dan kompleks dibandingkan dengan beberapa yurisdiksi offshore. Tantangan ini meliputi:

  • Memahami dan mematuhi peraturan ketenagakerjaan yang kompleks.
  • Memenuhi standar lingkungan yang ketat.
  • Mematuhi regulasi industri spesifik yang mungkin berbeda di setiap negara.
  • Menghadapi perubahan regulasi yang sering terjadi.

Contoh: Perusahaan farmasi yang beroperasi onshore di AS harus mematuhi regulasi FDA yang sangat ketat, yang mungkin memerlukan investasi besar dalam penelitian dan pengembangan serta uji klinis.

3. Persaingan yang Lebih Ketat

Pasar onshore cenderung lebih kompetitif, terutama di negara-negara maju dengan ekonomi yang mapan. Tantangan ini meliputi:

  • Bersaing dengan perusahaan lokal yang sudah mapan dan memahami pasar dengan baik.
  • Menghadapi persaingan dari perusahaan multinasional besar dengan sumber daya yang lebih banyak.
  • Kebutuhan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan preferensi konsumen lokal.

Contoh: Sebuah startup teknologi yang beroperasi onshore di Silicon Valley harus bersaing dengan raksasa teknologi seperti Google dan Apple, serta ribuan startup lainnya, untuk mendapatkan talenta dan pendanaan.

4. Keterbatasan Sumber Daya

Operasi onshore mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal akses ke sumber daya tertentu, termasuk:

  • Kesulitan dalam menemukan tenaga kerja terampil untuk posisi tertentu.
  • Keterbatasan akses ke bahan baku atau komponen tertentu yang mungkin tidak tersedia secara lokal.
  • Kendala dalam mengakses teknologi atau peralatan khusus yang mungkin lebih mudah diperoleh di negara lain.

Contoh: Perusahaan elektronik yang beroperasi onshore di Indonesia mungkin menghadapi kesulitan dalam mendapatkan komponen mikroelektronika tertentu yang harus diimpor, yang dapat meningkatkan biaya produksi dan waktu pengiriman.

5. Fluktuasi Ekonomi Lokal

Operasi onshore sangat terkait dengan kondisi ekonomi lokal, yang dapat menjadi tantangan tersendiri:

  • Kerentanan terhadap resesi ekonomi lokal.
  • Dampak dari fluktuasi nilai tukar mata uang lokal.
  • Perubahan dalam kebijakan ekonomi pemerintah yang dapat memengaruhi operasi bisnis.

Contoh: Perusahaan ritel yang beroperasi onshore di Argentina mungkin menghadapi tantangan besar akibat inflasi tinggi dan ketidakstabilan ekonomi yang sering terjadi di negara tersebut.

Strategi Mengatasi Tantangan Operasi Onshore

Menghadapi tantangan dalam operasi onshore membutuhkan pendekatan strategis dan adaptif. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut:

1. Optimalisasi Efisiensi Operasional

Untuk mengatasi biaya operasional yang tinggi, perusahaan dapat fokus pada peningkatan efisiensi:

  • Implementasi teknologi otomasi untuk mengurangi biaya tenaga kerja.
  • Penggunaan analisis data untuk mengoptimalkan proses produksi dan rantai pasokan.
  • Penerapan metodologi lean manufacturing untuk mengurangi pemborosan.
  • Investasi dalam pelatihan karyawan untuk meningkatkan produktivitas.

Contoh: Toyota, dengan sistem produksi "Just-In-Time"-nya, telah berhasil mengurangi biaya inventori dan meningkatkan efisiensi produksi di pabrik-pabrik onshore-nya.

2. Kepatuhan Proaktif terhadap Regulasi

Untuk mengatasi tantangan regulasi yang ketat, perusahaan dapat mengadopsi pendekatan proaktif:

  • Membangun tim kepatuhan internal yang kuat.
  • Melakukan audit reguler untuk memastikan kepatuhan berkelanjutan.
  • Berpartisipasi dalam dialog industri dengan regulator untuk memahami dan memengaruhi perkembangan regulasi.
  • Menggunakan teknologi untuk membantu pemantauan dan pelaporan kepatuhan.

Contoh: Perusahaan fintech seperti Stripe telah mengembangkan sistem kepatuhan yang canggih untuk memenuhi regulasi perbankan dan keuangan yang kompleks di berbagai negara tempat mereka beroperasi.

3. Diferensiasi Produk dan Layanan

Untuk menghadapi persaingan yang ketat, perusahaan perlu fokus pada diferensiasi:

  • Investasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan produk inovatif.
  • Fokus pada kualitas dan layanan pelanggan yang unggul.
  • Mengembangkan strategi pemasaran yang kuat untuk membangun loyalitas merek.
  • Menawarkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik pasar lokal.

Contoh: Apple, meskipun menghadapi persaingan ketat di pasar smartphone, tetap unggul melalui inovasi produk dan ekosistem layanan yang terintegrasi.

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia Lokal

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya, terutama tenaga kerja terampil:

  • Berinvestasi dalam program pelatihan dan pengembangan karyawan.
  • Berkolaborasi dengan institusi pendidikan lokal untuk mengembangkan kurikulum yang relevan.
  • Menawarkan program magang dan rekrutmen lulusan baru.
  • Mengembangkan budaya kerja yang menarik untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik.

Contoh: Google telah membuka pusat penelitian dan pengembangan di berbagai negara, bekerja sama dengan universitas lokal untuk mengembangkan talenta di bidang AI dan teknologi lainnya.

5. Diversifikasi dan Manajemen Risiko

Untuk mengurangi dampak fluktuasi ekonomi lokal:

  • Diversifikasi pasar dan produk untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar.
  • Mengembangkan strategi lindung nilai (hedging) untuk mengelola risiko mata uang.
  • Membangun cadangan keuangan untuk menghadapi periode ekonomi yang sulit.
  • Mengadopsi model bisnis yang fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar.

Contoh: Unilever, dengan operasi onshore di banyak negara, telah berhasil mengurangi dampak fluktuasi ekonomi di satu negara melalui diversifikasi geografis yang luas.

Tren Masa Depan Operasi Onshore

Operasi onshore terus berkembang seiring dengan perubahan teknologi, ekonomi global, dan preferensi konsumen. Memahami tren masa depan ini penting bagi perusahaan untuk tetap kompetitif dan relevan. Berikut adalah beberapa tren utama yang diperkirakan akan membentuk masa depan operasi onshore:

1. Digitalisasi dan Otomatisasi

Tren ini akan semakin mendominasi operasi onshore di berbagai industri:

  • Implementasi teknologi AI dan machine learning untuk meningkatkan efisiensi operasional.
  • Penggunaan robotika canggih dalam manufaktur dan logistik.
  • Adopsi Internet of Things (IoT) untuk pemantauan dan optimalisasi real-time.
  • Peningkatan penggunaan analisis data besar untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

Contoh: Pabrik-pabrik "pintar" seperti yang dikembangkan oleh Siemens, di mana seluruh proses produksi didigitalisasi dan dioptimalkan menggunakan AI dan IoT.

2. Fokus pada Keberlanjutan

Operasi onshore akan semakin dituntut untuk menjadi lebih berkelanjutan:

  • Peningkatan penggunaan energi terbarukan dalam operasi.
  • Implementasi praktik ekonomi sirkular untuk mengurangi limbah.
  • Pengembangan produk dan proses yang lebih ramah lingkungan.
  • Pelaporan dan transparansi yang lebih besar terkait dampak lingkungan.

Contoh: Unilever telah berkomitmen untuk mencapai nol emisi karbon dalam operasi onshore-nya di seluruh dunia pada tahun 2030.

3. Reshoring dan Nearshoring

Tren untuk membawa kembali operasi yang sebelumnya di-offshore atau memindahkannya ke lokasi yang lebih dekat:

  • Peningkatan fokus pada ketahanan rantai pasokan.
  • Keinginan untuk mengurangi risiko geopolitik.
  • Memanfaatkan otomatisasi untuk mengurangi keunggulan biaya tenaga kerja offshore.
  • Respon terhadap permintaan konsumen untuk produk lokal.

Contoh: Apple telah mulai memindahkan sebagian produksi iPhone-nya ke India dan Vietnam, lebih dekat dengan pasar Asia yang berkembang pesat.

4. Personalisasi dan Customisasi Massal

Operasi onshore akan semakin fokus pada memenuhi permintaan konsumen untuk produk yang dipersonalisasi:

  • Penggunaan teknologi manufaktur aditif (3D printing) untuk produksi customisasi.
  • Implementasi sistem produksi yang fleksibel untuk mengakomodasi variasi produk.
  • Pemanfaatan data konsumen untuk mengantisipasi dan memenuhi preferensi individual.

Contoh: Nike dengan program NIKEiD-nya memungkinkan konsumen untuk mendesain sepatu mereka sendiri, yang kemudian diproduksi di fasilitas onshore.

5. Peningkatan Kolaborasi dan Ekosistem Bisnis

Operasi onshore akan semakin terintegrasi dalam ekosistem bisnis yang lebih luas:

  • Peningkatan kolaborasi antara perusahaan besar dan startup inovatif.
  • Pengembangan hub industri yang memfasilitasi inovasi dan berbagi sumber daya.
  • Integrasi yang lebih erat antara produsen, pemasok, dan pelanggan.

Contoh: Silicon Valley di AS atau Cyberjaya di Malaysia, di mana perusahaan teknologi besar dan startup berkolaborasi dalam ekosistem inovasi yang terintegrasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya