Liputan6.com, Jakarta Rabies merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi hewan dan manusia. Virus rabies menyerang sistem saraf pusat dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Memahami ciri-ciri rabies pada hewan sangat penting untuk pencegahan dan penanganan dini. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang ciri rabies, penyebab, gejala, cara penularan, pencegahan, serta penanganan yang tepat.
Pengertian dan Penyebab Rabies
Rabies adalah penyakit virus yang menyerang sistem saraf pusat hewan berdarah panas dan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus. Virus rabies umumnya ditularkan melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, terutama melalui air liur yang mengandung virus.
Beberapa fakta penting tentang rabies:
- Rabies dapat menyerang semua hewan berdarah panas, termasuk anjing, kucing, kera, dan kelelawar.
- Virus rabies menyebar melalui sistem saraf dari tempat gigitan menuju otak.
- Setelah mencapai otak, virus berkembang biak dan menyebar ke kelenjar air liur.
- Masa inkubasi rabies bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa bulan.
- Sekali gejala muncul, rabies hampir selalu berakibat fatal.
Memahami penyebab dan cara penularan rabies sangat penting untuk pencegahan. Dengan mengetahui bahwa virus ini terutama menyebar melalui gigitan hewan terinfeksi, kita bisa lebih waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Advertisement
Ciri-ciri Rabies pada Hewan
Mengenali ciri-ciri rabies pada hewan sangat penting untuk deteksi dini dan pencegahan penularan. Gejala rabies dapat bervariasi dan berkembang dalam beberapa tahap. Berikut adalah ciri-ciri umum rabies pada hewan:
Tahap Prodromal (Awal)
- Perubahan perilaku mendadak
- Hewan menjadi gelisah atau cemas
- Nafsu makan berkurang
- Demam ringan
- Pupil mata melebar
Tahap Ganas
- Hewan menjadi sangat agresif
- Menyerang benda-benda di sekitarnya
- Menggigit atau mencakar tanpa provokasi
- Mengeluarkan air liur berlebihan (hipersalivasi)
- Suara menggonggong berubah (pada anjing)
- Takut air (hydrophobia)
- Sensitif terhadap suara dan cahaya
Tahap Paralitik
- Kelumpuhan otot-otot
- Kesulitan menelan
- Rahang menggantung
- Air liur menetes terus-menerus
- Kesulitan bernapas
- Koma dan kematian
Penting untuk diingat bahwa tidak semua hewan rabies akan menunjukkan semua gejala ini. Beberapa hewan mungkin hanya menunjukkan beberapa gejala atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali (rabies diam). Oleh karena itu, setiap perubahan perilaku yang tidak biasa pada hewan harus diwaspadai.
Hewan Pembawa Rabies
Meskipun semua mamalia dapat terinfeksi rabies, beberapa jenis hewan lebih sering menjadi pembawa dan penular virus ini. Mengetahui hewan-hewan yang berisiko tinggi membawa rabies dapat membantu meningkatkan kewaspadaan. Berikut adalah beberapa hewan yang paling sering menjadi pembawa rabies:
1. Anjing
Anjing merupakan hewan pembawa rabies yang paling umum di banyak negara, terutama di negara berkembang. Anjing liar atau tidak divaksinasi memiliki risiko tinggi terinfeksi dan menularkan rabies.
2. Kucing
Kucing, terutama kucing liar, juga dapat menjadi pembawa rabies. Meskipun tidak seumum anjing, kasus rabies pada kucing tetap perlu diwaspadai.
3. Kelelawar
Di beberapa negara, kelelawar menjadi pembawa rabies yang signifikan. Gigitan kelelawar yang terinfeksi dapat menularkan virus, bahkan jika gigitannya sangat kecil.
4. Rakun
Di Amerika Utara, rakun merupakan salah satu hewan liar yang paling sering terinfeksi rabies.
5. Rubah
Rubah, terutama di daerah pedesaan dan hutan, dapat menjadi pembawa rabies yang berbahaya.
6. Sigung
Sigung atau musang Amerika juga dikenal sebagai pembawa rabies di beberapa wilayah.
7. Monyet
Di beberapa negara tropis, monyet liar dapat menjadi pembawa rabies dan menularkannya melalui gigitan atau cakaran.
Penting untuk diingat bahwa meskipun hewan-hewan ini memiliki risiko lebih tinggi, setiap mamalia berpotensi terinfeksi dan menularkan rabies. Oleh karena itu, berhati-hati dan menghindari kontak langsung dengan hewan liar atau hewan yang perilakunya mencurigakan adalah langkah penting dalam pencegahan rabies.
Advertisement
Cara Penularan Rabies
Memahami cara penularan rabies sangat penting untuk pencegahan yang efektif. Virus rabies umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Berikut adalah beberapa cara utama penularan rabies:
1. Gigitan
Cara penularan yang paling umum adalah melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Air liur yang mengandung virus masuk ke dalam luka gigitan dan menginfeksi sistem saraf.
2. Cakaran
Meskipun lebih jarang, cakaran dari hewan yang terinfeksi juga dapat menularkan rabies, terutama jika hewan tersebut baru saja menjilat cakarnya.
3. Kontak dengan Selaput Lendir
Virus rabies dapat masuk melalui selaput lendir seperti mata, hidung, atau mulut jika terkena air liur hewan yang terinfeksi.
4. Luka Terbuka
Jika air liur atau jaringan saraf hewan yang terinfeksi berkontak dengan luka terbuka atau goresan pada kulit, penularan dapat terjadi.
5. Transplantasi Organ
Dalam kasus yang sangat jarang, rabies dapat ditularkan melalui transplantasi organ dari donor yang terinfeksi namun belum menunjukkan gejala.
6. Aerosol
Penularan melalui udara (aerosol) sangat jarang terjadi dan umumnya hanya terjadi dalam kondisi khusus seperti di gua kelelawar atau laboratorium.
Penting untuk diingat:
- Rabies tidak dapat ditularkan melalui darah, urin, atau feses hewan yang terinfeksi.
- Menyentuh atau memberi makan hewan yang terinfeksi tidak akan menularkan rabies selama tidak ada kontak dengan air liur atau jaringan saraf.
- Virus rabies tidak dapat menembus kulit yang utuh.
Memahami cara penularan ini membantu kita untuk lebih waspada dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, terutama saat berinteraksi dengan hewan liar atau hewan yang perilakunya mencurigakan.
Diagnosis Rabies pada Hewan
Diagnosis rabies pada hewan hidup sangat sulit dilakukan karena gejala-gejalanya dapat menyerupai penyakit lain. Namun, ada beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis rabies, terutama pada hewan yang sudah mati. Berikut adalah beberapa metode diagnosis rabies:
1. Pengamatan Gejala Klinis
Dokter hewan akan mengamati gejala-gejala yang ditunjukkan oleh hewan, seperti perubahan perilaku, agresivitas, hipersalivasi, dan kelumpuhan. Namun, diagnosis berdasarkan gejala saja tidak dapat memastikan rabies.
2. Tes Fluorescent Antibody (FA)
Ini adalah metode standar untuk diagnosis rabies post-mortem. Jaringan otak hewan yang mati diperiksa menggunakan mikroskop fluoresen untuk mendeteksi antigen virus rabies.
3. Isolasi Virus
Virus rabies dapat diisolasi dari jaringan otak atau air liur hewan yang terinfeksi. Metode ini membutuhkan waktu lebih lama dan biasanya digunakan untuk konfirmasi hasil tes FA.
4. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Teknik PCR dapat mendeteksi materi genetik virus rabies dalam sampel jaringan atau cairan tubuh. Metode ini sangat sensitif dan dapat memberikan hasil yang cepat.
5. Tes Serologis
Tes ini mengukur antibodi rabies dalam darah atau cairan serebrospinal. Namun, tes ini lebih sering digunakan untuk mengevaluasi respons vaksinasi daripada untuk diagnosis.
6. Biopsi Kulit
Dalam beberapa kasus, biopsi kulit dari area leher dapat digunakan untuk mendeteksi antigen virus rabies pada folikel rambut.
Penting untuk diingat:
- Diagnosis pasti rabies pada hewan hidup sangat sulit dan jarang dilakukan.
- Jika ada kecurigaan rabies, hewan biasanya dikarantina dan diobservasi selama 10-14 hari.
- Jika hewan menunjukkan gejala rabies dan mati selama masa observasi, pemeriksaan post-mortem dilakukan untuk konfirmasi.
- Diagnosis dini sangat penting untuk penanganan yang tepat dan pencegahan penularan.
Karena sulitnya diagnosis rabies pada hewan hidup, pencegahan melalui vaksinasi dan menghindari kontak dengan hewan liar atau tidak dikenal tetap menjadi langkah terpenting dalam mengendalikan penyebaran rabies.
Advertisement
Pencegahan Rabies
Pencegahan adalah kunci utama dalam mengendalikan penyebaran rabies. Berikut adalah langkah-langkah penting untuk mencegah rabies pada hewan dan manusia:
1. Vaksinasi Hewan Peliharaan
Vaksinasi rutin pada anjing, kucing, dan hewan peliharaan lainnya adalah langkah pencegahan paling efektif. Ikuti jadwal vaksinasi yang direkomendasikan oleh dokter hewan.
2. Menghindari Kontak dengan Hewan Liar
Jangan mendekati, memberi makan, atau menyentuh hewan liar atau hewan yang tidak dikenal, terutama yang menunjukkan perilaku tidak normal.
3. Pengawasan Hewan Peliharaan
Awasi hewan peliharaan Anda saat berada di luar rumah. Hindari membiarkan mereka berkeliaran bebas tanpa pengawasan.
4. Edukasi Masyarakat
Tingkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya rabies dan pentingnya vaksinasi hewan peliharaan melalui program edukasi dan kampanye kesehatan.
5. Pengendalian Populasi Hewan Liar
Dukung program pengendalian populasi hewan liar, terutama di daerah dengan risiko rabies tinggi.
6. Pelaporan Kasus
Segera laporkan hewan yang mencurigakan atau kasus gigitan hewan kepada otoritas kesehatan setempat.
7. Vaksinasi Pra-pajanan untuk Manusia
Individu dengan risiko tinggi terpapar rabies, seperti dokter hewan atau petugas penanganan hewan liar, sebaiknya mendapatkan vaksinasi pra-pajanan.
8. Perawatan Luka Gigitan
Jika tergigit atau tercakar oleh hewan, segera cuci luka dengan air mengalir dan sabun selama minimal 15 menit.
9. Karantina Hewan
Hewan yang diduga terinfeksi rabies harus dikarantina dan diobservasi oleh profesional.
10. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Gunakan sarung tangan dan alat pelindung lainnya saat menangani hewan yang tidak dikenal atau hewan yang dicurigai terinfeksi rabies.
Langkah-langkah pencegahan ini harus diterapkan secara konsisten dan menyeluruh untuk mengurangi risiko penularan rabies. Ingat, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan, terutama dalam kasus penyakit yang sangat berbahaya seperti rabies.
Penanganan Rabies pada Hewan
Penanganan rabies pada hewan merupakan proses yang kompleks dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Berikut adalah langkah-langkah penanganan rabies pada hewan:
1. Isolasi Hewan
Hewan yang dicurigai terinfeksi rabies harus segera diisolasi untuk mencegah penularan ke hewan lain atau manusia. Isolasi dilakukan di tempat yang aman dan terkontrol.
2. Observasi
Hewan yang diisolasi harus diobservasi selama minimal 10-14 hari. Selama periode ini, perubahan perilaku dan gejala-gejala rabies akan diamati secara seksama.
3. Penggunaan Alat Pelindung Diri
Petugas yang menangani hewan yang dicurigai rabies harus menggunakan alat pelindung diri lengkap, termasuk sarung tangan tebal, masker, dan pakaian pelindung.
4. Pengambilan Sampel
Jika hewan mati selama masa observasi, sampel jaringan otak akan diambil untuk pemeriksaan laboratorium guna memastikan diagnosis rabies.
5. Eutanasia
Dalam banyak kasus, terutama jika hewan menunjukkan gejala jelas rabies, eutanasia mungkin direkomendasikan untuk mencegah penderitaan hewan dan risiko penularan.
6. Pemeriksaan Post-mortem
Setelah eutanasia, pemeriksaan post-mortem dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis rabies melalui tes laboratorium.
7. Pelacakan Kontak
Jika hewan terkonfirmasi rabies, perlu dilakukan pelacakan untuk mengidentifikasi manusia atau hewan lain yang mungkin telah terpapar.
8. Vaksinasi Pasca-pajanan
Manusia yang terpapar hewan rabies harus segera mendapatkan vaksinasi pasca-pajanan dan imunoglobulin rabies sesuai rekomendasi medis.
9. Desinfeksi Area
Area di mana hewan rabies berada harus didesinfeksi secara menyeluruh untuk menghilangkan virus yang mungkin tertinggal di lingkungan.
10. Pelaporan
Kasus rabies harus dilaporkan kepada otoritas kesehatan setempat untuk tindak lanjut dan pencegahan penyebaran lebih lanjut.
Penting untuk diingat bahwa penanganan hewan yang dicurigai rabies harus selalu dilakukan oleh profesional yang terlatih. Jangan pernah mencoba menangani sendiri hewan yang dicurigai rabies karena risiko penularan sangat tinggi. Jika Anda mencurigai hewan peliharaan atau hewan liar terinfeksi rabies, segera hubungi otoritas kesehatan hewan atau dokter hewan terdekat.
Advertisement
Kesimpulan
Rabies merupakan penyakit yang sangat serius dengan tingkat kematian yang tinggi. Memahami ciri-ciri rabies pada hewan, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan sangat penting untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan hewan peliharaan. Vaksinasi rutin pada hewan peliharaan, menghindari kontak dengan hewan liar, dan penanganan cepat terhadap gigitan atau cakaran hewan adalah kunci utama dalam pencegahan rabies.
Ingatlah bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan, terutama dalam kasus penyakit yang sangat berbahaya seperti rabies. Jika Anda mencurigai hewan terinfeksi rabies atau mengalami gigitan dari hewan yang tidak dikenal, segera cari bantuan medis. Dengan pengetahuan yang tepat dan tindakan yang cepat, kita dapat bersama-sama mengurangi risiko penularan rabies dan melindungi kesehatan masyarakat.